Banda Aceh – Masyarakat Gayo, terutama masyarakat Gayo Lues menyambut dengan suka cita keputusan resmi Unesco terhadap Tari Saman Gayo yang menjadi warisan Budaya Dunia melalui sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan warisan budaya tak benda UNESCO di Nusa Dua, Bali, Kamis pagi, (24/2011).
Pakar Saman Gayo Dr Rejeb Bachri kepada The Atjeh Post mengatakan, masyarakat menyambut baik keputusan UNESCO, namun keputusan itu bukanlah tujuan akhir tari Saman, sehingga seluruh elemen yang terkait, termasuk masyarakat Gayo, dan masyarakat Aceh agar menjadikan keputusan tersebut sebagai tantangan untuk memajukan kesenian di Aceh kedepan.
“Kita harus menata kesenian sesuai dengan posrsinya,” kata Rejeb Bahri, kamis (24/11) di Banda Aceh.
Menurut Rejep sedikitnya ada 3 hal yang harus dilakukan untuk kelestarian Tari Saman Gayo tersebut, yakni:
Pertama, Pemerintah dan masyarakat harus serius menjaga Tari Saman.
Kedua, Pemerintah harus membangun pusat informasi untuk memudahkan masyarakat lain, termasuk masyarakat dunia mendapatkan informasi yang benar tentang Tari Saman dan kesenian Aceh lainnya.
Ketiga, Masyarakat dan pemerintah harus seinergi menjaga kelestarian Saman Gayo.
“Jadi bukan menjadikan Saman sebagai milik sendiri, tetapi merupakan milik seluruh masyarakat, tinggal bagaimana mengemasnya sebagai seni yang spesifik dan tidak menjadikan kesenian yang bukan Saman pun masuk ke dalam kriteria Saman, itu sama saja kita membunuh kesenian-kesenian di Aceh,” jelas Rejeb Bahri. (Jauhari Samalangan | Atjeh Post)