Akhir tahun 2011 ini memang penuh kejutan bagi Tanoh Gayo dibidang penerbitan buku. Setelah diluncurkannya buku berjudul “Demokrasi Aceh, Mengubur Ideologi” pada 25 Nopember 2011 lalu yang merupakan karya mantan kombatan gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Linge, Adam Mukhlis Arifin yang diterbitkan oleh The Gayo Institute dengan editor Salman Yoga S.
Lalu disusul dengan buku yang berisi hasil kegiatan penelitian pra sejarah di Loyang Mendale dan Sekitarnya, sebuah kawasan ditepian Danau Lut Tawar Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.
Buku karya dua orang Arkeolog dari Balai Arkeologi Medan Sumatera Utara, Ketut Wiradyana dan rekannya Taufiqurrahman Setiawan yang dilucurkan di Takengon, 6 Desember 2011 lalu ternyata menggemparkan. Sebuah fakta sejarah terungkap, klaim Belanda yang menyatakan Gayo itu berasal dari Batak terbantahkan. Buku dengan judul “Gayo Merangkai Identitas” berhasil membuka satu simpul “gelapnya” asal usul Urang Gayo yang dalam kenyataannya sudah menghuni tepian danau Lut Tawar sekitar 7400 tahun lalu.
Dipertengahan Desember 2011, terbetik kabar akan muncul lagi satu buku yang rencananya akan segera diluncurkan. Kali ini bukan tentang sejarah, namun lingkungan danau Lut Tawar, danau kebanggaan rakyat Gayo Kabupaten Aceh Tengah.
“Ekosistem Danau Lut Tawar: Karakteristik dan Permasalahnnya”, demikian judul buku karya Saiful Adhar, S.Si.,M.P yang merupakan seorang insan akademik di Universitas Malikussaleh Lhok Seumawe dengan jabatan sebagai Kepala Pusat Studi Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Malikussaleh (2007 – 2011) dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh (2011 – sekarang).
Penulisan buku ini bertujuan untuk menambah khasanah referensi tentang Ekosistem Danau Laut Tawar yang dewasa ini menjadi topik pembicaraan banyak kalangan, karena dinilai telah mulai mengalami degradasi yang dikhawatirkan dapat mendorong ketidakseimbangan lingkungan, tulis Saiful Adhar, S.Si.,MP melalui konfirmasi online dengan Lintas Gayo, Selasa (13/12/2011) lalu.
Lebih jauh dijelaskan, buku ini mengupas karakteristik Ekosistem Danau Laut Tawar dan beberapa permasalahan yang terjadi di kawasan tersebut. Kupasannya meliputi karakteristik daerah tangkapan air, beserta karakteristik kimia, fisika dan biologi perairan danau. Permasalahan yang dibahas meliputi proses alamiah maupun hal-hal yang timbul karena campur tangan manusia.
Saiful Adhar berharap kehadiran buku tersebut akan membantu para pemerhati lingkungan, peneliti terkait dan para stakeholder dalam upaya pengelolaan Ekosistem Danau Laut Tawar, dengan harapan semoga potensi degradasi Ekosistem Danau Laut Tawar di masa yang akan datang dapat diminimalisir dan dikendalikan.
“Tidak adanya pembahasan mengenai sosial dan budaya di Ekosistem Danau Laut Tawar, membuat buku ini tidak sempurna, tulis Saiful Adhar. Walaupun demikian bukan berarti pada bagian-bagian lainnya dari isi buku ini telah sangat sempurna, timpalnya pria kelahiran Meunasah Drang, Krueng Mane, Aceh Utara tanggal 1 Januari 1973 ini.
Saiful Adhar yang beristrikan Yulisma Fauza kelahiran kampung Hakim Kecamatan Lut Tawar ini juga sempat menjadi salah seorang narasumber pada kegiatan Workshop “Penyelamatan Danau Lut Tawar” yang digelar akhir 2009 silam dimana sejak workshop inilah kekhawatiran akan rusaknya ekosistem Danau Lut Tawar mulai mencuat kepermukaan.
Workshop ini juga menjadi cikal bakal dibentuknya Forum Penyelamatan Danu Lut Tawar dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ir Win Ruhdi Bathin. Namun sejak beberapa bulan terakhir, dia mengundurkan diri dan digantikan oleh Subhandy AP. (Khalisuddin/03)