Dr Jonas Smedeegaard : Jurnalis Sama Dengan Hacker

Dr Jonas Smedeegaard (Foto : Wein Mutuah)

Takengon | Lintas Gayo –Kesempatan berbincang-bincang dengan Dr Jonas Smedeegaard, sebenarnya cukup langka. Pakar telematika dari Debian Foundation Denmark itu tergolong orang yang sibuk dan waktunya sangat terbatas untuk bincang-bincang. Waktunya selama berada di Takengon Aceh Tengah dihabiskan bersama mahasiswa FT Universitas Gajah Putih (UGP).Sore kemarin, Senin (26/12/2011), dalam sebuah bincang-bincang dengan kalangan jurnalis di Cafe Batas Kota-Takengon. Dr Jonas Smedegaard mengatakan bahwa jurnalis juga adalah hacker sama seperti dirinya. Kalangan jurnalis kaget mendapat istilah itu.

Selama ini, hacker diartikan negatif yaitu sebagai peretas yang sering membobol sistem komputer, situs milik orang lain serta mengirim virus yang bisa merusak sebuah program. Menurut Jonas, kapasitas jurnalis sebagai hacker karena kalangan jurnalis dalam menulis berita sepenuhnya ingin memperbaiki sesuatu yang tidak baik supaya menjadi lebih baik.

Dia minta dibedakan antara hacker dan cracker. Kalau hacker adalah orang yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik daripada yang telah dirancang oleh yang lain. Dia mengaku sebagai hacker, dan itu yang sedang dilakukannya selama berada di Takengon-Aceh. Kalau cracker adalah para peretas yang mengubah atau mengobrak-abrik suatu situs dan menyusupkan virus sehingga merusak program dan sistem komputer milik orang lain.

Jika jurnalis berperan sebagai hacker maka tugas para jurnalis dengan keahliannya menulis akan mampu memberitakan sebuah masalah di masyarakat yang selanjutnya akan menjadi perhatian banyak pihak. Kemudian masalah itu akan diperbaiki secara bersama-sama agar menjadi lebih baik lagi. Jadi hacker di dunia telematika dengan jurnalis di media massa sama-sama bertujuan untuk sebuah kebaikan dan kemajuan.

Dr Jonas Smedegaard juga kurang menyukai teknologi dimasukkan dalam dunia bisnis. Kalau teknologi sudah masuk bisnis, kita tidak bisa lagi mengetahui ilmu yang ada dalam teknologi itu. Pemilik paten sudah memproteksinya sehingga yang lain tidak berkesempatan belajar mengembangkan teknologi itu. Seharusnya teknologi itu dibuka dan diketahui oleh seluruh masyarakat dunia, sehingga semua bisa menikmati, menggunakan dan mengembangkan teknologi itu sesuai kebutuhannya.

Pandangan Dr Jonas sangat masuk akal, karena selama ini konsumen tidak berdaya dengan teknologi yang perkembangan dan perubahannya makin cepat. Sangat terasa bahwa selera dan keinginan konsumen semuanya diatur oleh produsen sebagai pemegang hak paten. Aplikasi atau fitur apa yang mereka sediakan, maka hanya itu yang bisa digunakan. Konsumen tidak memiliki wewenang untuk mengubahnya sesuai dengan selera dan kebutuhannya.

Seharusnya ilmu, teknologi dan aplikasinya adalah milik seluruh masyarakat dunia, bukan milik perorangan atau kelompok bisnis tertentu. Oleh karena itu software dari sumber terbuka (open source) dapat digunakan oleh siapa saja yang berada di muka bumi ini. Kalau ikon atau programnya ingin dikembangkan, fiturnya ditambah dipersilahkan kepada siapa saja, tidak perlu harus membeli hak paten.

Dengan menggunakan software dari sumber terbuka (open source) maka mahasiswa dari daerah terpencil juga dapat merancang sebuah software baru untuk kemajuan bangsa ini. Kalau menggunakan software berpaten, berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk membeli izin dari perusahaan tersebut. Tentu saja mereka yang memiliki dana saja yang bisa mengembangkan dan merekayasa teknologi.

Hal ini sudah dibuktikan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon. Mereka berhasil merancang software pendeteksi kebakaran hutan, software penentu ketepatan lahan untuk menanam kopi yang memiliki aroma terbaik, dan software yang menggunakan bahasa Gayo dan berisi tradisi dan adat istiadat Gayo. Dr Jonas Smedegaard berjanji, dari Denmark dia akan terus membantu berbagai hal yang terkait dengan masalah teknis dalam penyempurnaan rancangan software itu.

(Cijur/03)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.