Jakarta | Lintas Gayo – Sastrawan kondang Malaysia, Siti Zainon Ismail, mengharapkan, agar hak ragam hias Gayo segera dipatenkan. Hal itu disampaikannya kepada L.K. Ara, penyair nasional asal Takengon, tanoh Gayo, Aceh, prihal tanggapannya tentang upuh ulen-ulen, Rabu (23/2/2012).
Menurut penerima pelbagai anugerah sastra itu, motif upuh ulen-ulen ada persamaannya dengan daerah pergunungan Chiangmai. Pergunungan Khmer juga keturunan warisan deutro, terutama bahan benang kapas kuning putih merah dan dasar hitam. Lebih lanjut, dikatakannya, berbeda dengan daerah pesisir yang sudah berkembang dengan benang emas.
āUnited Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sudah pun menerima dan meluluskan hak paten ragam hias Khmer dan Chiangmai. Gayo cepatlah. Pak Ara, saya masih meyimpam upuh ulen-ulen ini, yang dipakaikan Bupati M. Jamil, tahun 1986 dulu, ā katanya sambil mengenang kunjungannya saat ke Takengon beberapa tahun silam.
Sementara itu, L.K. Ara sangat menghargai perhatian sahabatnya tersebut. Pengumpul dokumentasi sastra Gayo itu, berharap, agar pihak-pihak terkait di Gayo dapat mempatenkan warisan-warisan budaya tak benda Gayo. Dan, menyelamatkan budaya Gayo yang nyata-nyata sudah kian tergerus zaman (al-Gayoni)