NAMA Defri Rizki tak asing lagi bagi pecinta olahraga sepak bola di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah dan bener Meriah. Terlahir di Takengon, 10 desember 1989 dari pasangan suami istri, Bakri dan Siti, Defri tumbuh menjadi remaja yang menekuni banyak cabang olahraga sebelum akhirnya menekuni olahraga sepak bola.
Dia sempat dilirik pengurus cabang Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Aceh Tengah untuk menekuni cabang balap sepeda saja. Bahkan, saat itu tahun 2006 Defri sempat diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi atlit pra PON untuk tim Aceh. Namun sayangnya dia minim persiapan saat itu.
Diapun kembali ke lapangan hijau dan akhirnya membawa lulusan SMA Negeri 2 Takengon (sekarang SMAN 4 Takengon) ini mengawali karirnya memperkuat tim sepak bola Aceh Tengah pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) tahun 2004 di kota Sabang. Di Takengon, Defri digembleng di klub Persema Takengon. Dan klub binaan Nova yang berprofesi sebagai tukang becak inilah Defri mengawali karir hingga menjadi pesepak bola profesional.
Karir sebagai pemain sepak bola bagi pria yang ramah dan murah senyum ini berlanjut dan sejak tahun 2006 terpilih memperkuat tim kebanggaan rakyat Aceh Tengah, Persitas Takengon dengan pelatih Alm. Hikmah Jaya alias Katung dan Hidayat.
Peristas pun bangkit setelah sekian lama tak terdengar perolehan prestasinya. Defri dan kawan-kawan berhasil berhasil meloloskan diri ke putaran Sumbagut pada Piala Suratin I Medan tahun 2006.
Setelah mengikuti piala Suratin yang kedua di Lhokseumawe tahun 2007, Defri kemudian mencoba merambah ke ke Kutaraja atas saran Pelatihnya Hikmah Jaya alias Katung dengan mengikuti seleksi Tim Pra Pon Aceh pada tahun 2007. Namun apa boleh buat, nama Defri tidak disebutkan pada pengumuman nama-nama pemain yang memperkuat Aceh pada Pra Pon tersebut.
Namun ternyata Defri dilirik pelatih sepak bola PPLP Aceh untuk memperkuat Tim PPLP Aceh pada pertandingan antar PPLP se Indonesia dan berhasil membawa Aceh pada posisi puncak dan berhak mewakili Indonesia di Thailand tahun 2007.
Karena kegigihan dan pantang menyerah, akhirnya dia dipanggil kembali memperkuat tim sepak Bola Aceh pada PON tahun 2008 di Kalimantan Timur.
Tidak hanya sampai disini, Defri menjadi pemain Persiraja pada musim kompetisi 2008-2009, kemudian pernah juga di Persikabo Bogor pada tahun 2009-2010, bermain pada klub PERSIH Tembilahan pada musin kompetisi 2010-2011 dan sekarang kembali memperkuat Persiraja Banda Aceh untuk musim kompetisi 2011-2012 di Indonesia Liga Primer.
Defri juga pernah memperkuat Tim Aceh Selection pada Piala Gubernur Aceh bersama Ismed Sofyan tahun 2011 lalu.
Untuk persepakbolaan Aceh Tengah, Defri sangat berharap ada lapangan sepak bola yang standar untuk pertandingan sehingga memotivasi generasi muda Gayo untuk bermain sepak bola.
“Saya merasa di Takengon tidak ada pihak yang serius mengurus sepak bola padahal di Aceh Tengah cukup banyak pemain muda berbakat yang tidak muncul ke permukaan,” kata Defri dengan nada kesal saat Lintas Gayo menemuinya di sisi lapangan Stadion Lhong Raya Banda Aceh, Selasa (13/3/2012).
Selain itu, dia sangat miris atas kurangnya penghargaan untuk insan olahraga di Kabupaten penghasil kopi tersebut. “Banyak putra Aceh Tengah mengukir prestasi hingga tingkat nasional yang tentu membawa nama harum Aceh Tengah, apalagi tahun 2012 ini banyak yang lolos ke PON XVIII Riau, namun peran Pemerintah kabupaten Aceh Tengah sepertinya tidak ada,” kata Defri.
Dia berharap semoga kedepannya kondisi ini bisa menjadi lebih baik yang tentu bisa terjadi jika yang mengurus olahraga baik di pemerintahan maupun di KONI dan Pengcab setempat diurus oleh orang yang tepat. (Edy.S/Red.03)
.
mantap cek…
mmg seperti itulah cek lpgn dsni cek
dari mulai maen bola ng pke sepatu smpai pke sepatu
tetap seperti itu