by

Soal Kopi Gayo Jangan Banyak Omong, Carikan Saja Pasarnya

Takengon | Lintas Gayo : Andy, salah seorang pengusaha kopi di Takengon mengaku bosan dan jenuh dengan janji kosong para pembuat keputusan di kabupaten Aceh Tengah soal kopi.

“Soal kopi jangan banyak omong. Carikan saja pasaran kopi bagi kami, kualitas apapun dari kopi akan kami penuhi”, kata Andy di Jelan Lembaga Takengon, beberapa waktu lalu.

Menurut Andy, semua orang tahu kualitas kopi Arabika Gayo sangat terkenal baik rasa , aroma maupun pisik kopi. Namun pemasaran kopi gayo masih didominasi pengusaha luar dimana para toke kopi lokal  sangat tergantung pada eksportir di Medan.

“Sering hasil penjualan kopi hijau (green bean) Arabika Gayo uangnya tidak kontan. Harus menunggu hasil penjualankopi oleh eksportir”, sebut Andy.

Akibatnya, kata Andy, pengusaha terpaksa menghentikan kegiatan jual beli kopi saat uang penjualan kopi belum cair.

Idealnya, tambah Andy, soal  kopi ditangani Pemda dari hulu hingga hilir.

“Pemda selama ini hanya mengutip retribusi dari kopi Rp.250 /kg”, tegas Andy.

Selama membeli kopi petani, Andy melihat kehidupan petani sebagai produsen kopi utama di Takengon tidak memiliki manajemen yang baik.

Baik manajemen keuangan petani maupun pengolahan kopi.

“Selain manajemen, petani juga tidak memiliki pengetahuan tentang bertani kopi secara komersial, tapi sangat tradisional”, ungkap Andy.

Akibatnya, tambah Andy, posisi tawar petani sangat rendah meski para pengusaha sangat tergantung pada petani.

“Idealnya penyuluh pertanian kopi bekerja dan berkantor ditengah kebun kopi sehingga mudah diakses petani dan dapat mempercepat proses belajar mengajar tentang kopi”, kata Andy.

Andy yakin, jika peran penyuluh jalan, produksi kopi petani dapat ditingkatkan secara signifikan dan tidak perlu banyak teori dengan seminar , workshop tentang kopi.

Selain itu, Andy berharap Pemda serius mencarikan pasar kopi Gayo ke pasar dunia.

Caranya, menurut Andy dengan membangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang khusus menangani penjualan kopi Arabika Gayo  ke pasar lokal dan mancanegara.

“Soal kualitas kopi, jangan kuatir. Kami pengusaha mampu memberikan kopi kualitas terbaik asal sesuai harganya”, imbuh Andy.

Dijelaskan Andy, idealnya, BUMD yang dibuat tidak satu. Bisa 5 atau 6 BUMD yang khusus kopi. Seperti BUMD yang menyediakan bibit kopi, pupuk, tenaga ahli kopi hingga merancang kebun kopi secara komersial.

“Selama ini, kopi hanya dijadikan sumber PAD dengan retribusinya tapi penanganan kopi tidak ada. Bahkan kita tidak punya kebun induk kopi atau balai penelitian kopi. Soal kopi, tampaknya perlu revolusi”, harap Andy.

Kedepan Andy berharap kopi tidak lagi dijual dari Takengon dalam bentuk bahan baku atau mentah. Tapi sudah dijadikan industri kopi seperti kopi dalam bentuk sachet atau bubuk serta kopi arabika yang dirosting.

“Banyak bidang usaha dari kopi yang prospek. Tapi kami kesulitan modal. Tidak ada kemudahan pinjaman bank bagi pengusaha kopi”, katanya. (Win Ruhdi)

Comments

comments