Salman Yoga S – Irvan Ceh Kul
Inilah
Kesahajaan yang mendusun
Kata berkata adalah lumbung pahala
Ribuan tahun kedamaian menjadi raja
Kuasanya mewabah bagai udara merambah kemana-mana
(Gayo di Gayo) bidadari gunung yang bijaksana
Seperti mengepal kaplingan tanah surga
Lalu membagi-baginya tanpa tersisa
Bambu beruas genap
Tiga jengkal satu hasta
Ujung diruncing bela nahma
Setapak tak rela di jejak jajah
Bambu dihunus sebagai sejata
Keikhlasan syahid berrela nyawa
Kini bambu dititipkan dari lembah baur sejuta bukit
Bambu yang melantunkan ritme-ritme berharga
Lahirkan suara penghubung hati dan kepala
Pengikat rasa yang mewabah suka
Bila rindu sudah tak terkatakan
Maka tiup dan dentingkan bilah-bilah bambu
Maka anginpun akan mengerti
Hembusan badaipun akan berhenti
Dan belantara fauna akan memaklumi
Teganing suling bensi
Gerantung bebelen kekeci
Akan menjelma menjadi sembilunya puisi
Terang
Terang gerene gelep, entine gelep
Sigep
Sigep
Sigep
Lalu siapa punya tangga nada
Kita, kita yang berpartitur nilai dan kehidupan
Kita
Takengon, November 2012