by

Surat Terbuka Untuk Seluruh Elemen Bener Meriah!

Surat terbuka untuk Bapak/Ibu di Lembaga eksekutif, legislatif, SKPD. Ulama, tokoh masyarakat dan pemuda, mahasiswa, serta cendikia muda di Bener Meriah.

Dengan hormat.
Semoga tidak ada kekurangan suatu apapun dari kita, sehingga syukur kepada Allah SWT menjadi keharusan, agar kita tidak tergolong kepada orang-orang munafik. Amin ya rabbal alamin.
Bapak – bapak dan Ibu- Ibu yang saat ini sedang duduk di lembaga eksekutif, legislatif, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), serta tokoh masyarakat Kabupaten Bener Meriah yang kami hormati.
Sepuluh tahun sudah Kabupaten Bener Meriah lahir, banyak catatan sejarah yang telah terpatri di benak masyarakat yang umumnya adalah petani kopi tradisional.
Mayoritas daerah yang jumlah penduduknya 128.538 jiwa (data BPS, 2012) ini, menggantungkan ekonomi pada sektor perkebunan, pertanian khususnya kopi jenis robusta dan arabika, bagaimana tidak, banyak mereka pecinta kopi lokal ataupun internasional banyak”melirik” kopi gayo.

Konadi
Konadi

Produksi kopi yang merupakan “akar” dari ekonomi masyarakat Gayo, sampai saat ini masih butuh perhatian khusus baik itu bagaimana memilih dan menciptakan benih kopi unggul, perawatan, dan terpenting adalah pemasaran. Dalam hal ini Pemerintah daerah akan diuji dalam membangun ekonomi kerakyatan yang benar sangat di harapkan, untuk menunjang kesejahteraan secara menyeluruh, berlandaskan Pancasila, adat dan budaya di daerah yang mayoritas penduduknya adalah Gayo.
Memang tidak akan semudah membalikan telapak tangan, tapi konsistensi serta keseriusan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat tentunya menjadi beban moral kepada pimpinan yang dipilah dengan proses demokrasi. Tidak terkecuali kepada para anggota legislatif yang terseleksi pada 9 April lalu, ini akan menjadi pekerjaan rumah yang berat kepada bapak dan ibu.
Kami khawatir bapak/ ibu hanya akan menjadi pembicara yang baik, tanpa ingin mengerti apa yang rakyat rasakan, dalam pepatah Gayo kita juga diingatkan “Uwas ni umah enti ara kempong, uwas ni kelah enti ara telbong”(jangan sekali-kali mengkianati mereka yang telah memberi rasa percaya kepada kita). Karena, dengan alasan apapun mereka telah menitipkan kepercayaannya kepada anda.
Yah beginilah kami, muda dan sombong. Karena kami sangat faham bahwa “makanan elang tidak akan mungkin menjadi makanan pipit”.
Pun demikian, kami adalah masyarakat yang masih mengharapkan campur tangan pemerintah dalam beberapa hal, termasuk bagaimana caranya agar jalan yang kami lalui semulus lintas Banda Aceh -Medan, toh statusnya sama-sama jalan nasional kan?.
Menyediakan lapangan pekerjaan bagi pemuda – pemudi umumnya, dan para barisan sarjana yang sampai saat ini masih menyimpan ijazah di lemari pada khususnya. Persoalan pembalakan hutan secara liar, angka kriminal dapat di tekan, mungkin dengan memberikan ketrampilan dan pinjaman modal usaha, bisa saja mengarahkan dan mengajak memanfaatkan sumber daya alam tanpa harus merusak alam itu sendiri dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang berlaku.
Dengan tidak ada sama sekali niat untuk menggurui, ini hanya keluh kesah yang kami urai dalam bait kata yang sangat jauh dari sempurna.
Dalam usia Kabupaten yang tidak lagi terbilang muda Bener Meriah sampai saat ini belum memiliki Perguruan Tinggi atau Kampus yang dikelola dan diawasi langsung oleh Ditjen Dikti (Pendidikan Tinggi), eksekutif, legislatif dan masyarakat. Yang ada hanya kelas jauh yang melalui surat edaran Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti No.595/D5.1/2007, Tanggal 27 Februari 2007 tentang pelarangan model kelas jauh dan sabtu minggu sebagai tempat mengais ilmu.
Mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan kita bersama yaitu banyak orang tua yang ekonomi keluarganya menengah kebawah, harus kerja ekstra untuk dapat menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi di luar Kabupaten ini, dan menurut kami ini bisa saja menjadi alasan banyak orang tua yang akan menikahkan anaknya di usia muda, karena alasan tidak mampu membiayai sekolah anaknya sampai ke perguruan tinggi.
Dan tidak munafik ketika putra –putri daerah Bener Meriah akan merasa sangat bangga jika dapat mengenyam pendidikan bermutu serta berkualitas di daerahnya sendiri, selain ekonomis, hemat waktu, juga tidak perlu jauh dari orang tua dan keluarga yang terus mengawasi dari dekat serta pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih substansial.
Pertanyaannya, apa yang melatar belakangi Institute Kesenian Aceh(IKA) gagal berdiri di atas bumi Burni Telong?
Kami sebagai masyarakat tentunya sangat – sangat berharap akan ada perubahan di daerah, khususnya pada pelaksanaan ekonomi kerakyatan dan jaminan pendidikan perguruan tinggi. “kalau bukan sekarang kapan lagi?, kalau bukan kita siapa lagi?”.
Sangat – sangat memungkinkan pada Tahun anggaran 2015 akan ada bediri Perguruan Tinggi atau Universitas yang menyiapkan para generasi hebat untuk mengelola kekayaan alam di negerinya sendiri tanpa harus mengharapkan bantuan pihak luar, jika para “Petinggi’ serius dan sekali lagi konsisten pastinya.
Masih terlalu banyak pengangguran yang bergelar sarjana di sini, lapangan kerja sangat memungkin kan akan tercipta jika Perguruan tinggi berdiri, perputaran ekonomi di daerah akan pasti meningkat. Mengapa alam Gayo harus “mereka” yang mengelola?, sedang masih belum ada kata terlambat menyiapkan semua untuk 10 atau 20 tahun yang akan datang.
Beri ruang utuk mereka yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikannya, berikan mereka beasiswa, beri para anak petani kopi itu jaminan pendidikan untuk menjadi mengabdi pada daeranya sendiri , siapkan generasi pribumi untuk mengelola hasil alam, Energi tekhnologi, sumber daya pemodalan. tentunya Perlu ada kesepahaman, antara Eksekutif dan legislatif. Selaku pemangku jabatan di daerah. Agar putra putri pribumi yang mengerti corak, ragam, serta adat dan budaya daerah ini bisa menjadi Raja di Negrinya sendiri. Pendidikan merupakan wadah untuk membentuk kebribadian daerah dari segi Karakter, Sikap dan Pengetahuan.
Kami percaya bahwa bapak/ ibu adalah orang-orang pilihan yang nantinya akan mampu mengubah tatanan masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya,karena bagaimanapun isi tulisan surat terbuka kami tidak mampu mengubah kebijakan di atas meja sidang, kearifan dan kebijaksanaan bapak/ibulah nantinya yang akan menjadi tolak ukur bahwa ibu/bapak adalah jembatan rakyat.
“sedingken koro beruer, ume berpeger, murum mi kite gelah kunul sara duk, ratip sara anguk”.

Demikian surat terbuka ini kami haturkan atas perhatiannya terima kasih, semoga bermanfaat dan menjadi bahan bacaan bapak/ibu, kami berharap mendapatkan surat balasan dari bapak/ibu. agar segala kegundahan kami selama ini terjawab, kami mohon ma’af atas segala kekurangan kami.

Hormat Saya
Konadi Adhani
Jl.Takengon-Pondok Baru, Blang Tampu.Bener Meriah

Comments

comments