by

Takengon Akan Menjadi Kota Layak Anak

Beberapa balita berlarian kesana kemari. Ibu belakangnya menuntun. Sesekali generasi penerus ini terjatuh. Dengan cepat, penuh kasih sayang sang ibu mengangkatnya. Kemudian membiarkanya kembali berlari.

Dulu area ini merupakan bagian dari lapangan Setdakab Aceh Tengah. Kini di sana sudah ramai dikunjungi anak anak dan kawula muda.

Sebuah kota tanpa memili taman untuk bermain anak anak, akan menjadi kota yang gersang. Walau kota itu mengundang pesona.

Alam yang indah, berhawa sejuk,  hamparan dalam pelukan gunung, ditemani danau dengan air yang dingin, belum merupakan kota sahabat anak, bila tidak ada taman khusus buat mereka.

Inilah Takengon, kota wisata dengan pesona alamnya bagaikan Swiss. Aroma kopi arabika yang khas, serta kental terasa di kerongkongan, belum layak disebut kota sebagai sahabat anak, bila kota ini tidak menyediakan sarana bermain untuk anak-anak.

Pemda Aceh Tengah tidak memiliki tanah yang memadai untuk menjadikan taman kota. Ada tanah yang terbilang luas (lapangan Musara Alun), namun lokasinya tidak terbuka. Lapangan ini dijadikan sebagai “stadion”, digunakan untuk kegiatan olah raga, serta berbagai panggung pertunjukan.

Lokasinya agak tertutup, tidak layak untuk taman anak anak bermain. Pemda Aceh Tengah tidak tahu, dimana akan didirikan taman kota, sebagai persyaratan kota layak anak.

Ketika Bupati dijabat Shabela Abubakar, dia membuat terobosan untuk menghadirkan kota layak anak. Pilihanya memang pahit. Lapangan upacara Setdakab Aceh Tengah dibagi dua. Setengah untuk lapangan upacara, setengah lagi dijadikan taman kota.

“Kita juga harus pikirkan tempat yang nyaman buat berteduh, buat refresing, khususnya buat anak anak bermain. Mau cari dimana tanah yang layak untuk itu. Pilihanya lapangan Setdakab dan pendopo,” sebut Shabela Abubakar, Bupati Aceh Tengah, Minggu (30/12/2019) menjawab Dialeksis.

Di area tugu lapangan Setdekab itu, kini sudah berdiri taman kota untuk anak anak. Diantara rimbunya pohon, tersedia ayunan, tempat duduk untuk bermain anak.

Demikian dengan sisi selatan depan pendopo. Selama ini dipergunakan untuk lapangan tennis. Shabela menyulapnya menjadi taman kota dengan gemerlapnya cahaya lampu ketika malam tiba. Taman ini  untuk rileks, melepas kepenatan.

Ada reremputan hijau yang khusus ditata. Dibuat jalan khusus agar anak anak nyaman, bila berlari-lari. Kedua taman itu (Setdakab dan Pendopo) kini ramai dikunjungi manusia, bukan hanya anak-anak. Kawula muda, menjadikan area ini sebagai tempat berkumpul.

“Dua taman ini memang belum refresentatif untuk taman kota layak anak. Namun kita sudah berupaya untuk membenahinya. Ada yang luas, di lapangan Musara Alun, lokasinya tertutup tidak terbuka, tidak layak untuk anak,” sebut Shabela.

Warga Takengon sudah sangat lama mendambakan di kotanya ad ataman untuk bermaian anak. Sebelumnya Pemda Aceh Tengah akan menjadikan area di Jalan Putri Hijau, Pasar Ikan Takengon untuk taman kota.

Bangunan ruko yang didirikan Pemda di atas tanah yang dasarnya paya ini, kondisinya sudah miring, retak dan terancam rubuh. Ruko ini hanya sebagai kecil yang dimanfaatkan, karena bangunanya memang tidak layak lagi untuk dijadikan hunian, tempat berusaha.

Di ruko ini Pemda Aceh Tengah akan mendirikan taman kota, dengan melakukan perubuhan bangunan yang sudah tak layak itu. Namun proses untuk itu, Pemda memiliki sejumlah pertimbangan. Sampai kini bangunan yang sudah tak layak itu masih berdiri.

Di kepimpinan Shabela Abubakar, dia membagi lokasi pendopo untuk publik. Lapangan tenis sebelah selatan pendopo disulap menjadi taman.Lokasinya memang tidak terlalu luas. Demikian dengan lapangan Setdakab, setengahnya dipoles menjadi taman.

Kini negeri yang indah dengan pesona alamnya dan kopi terbaik dunia, arabika Gayo, sudah memiliki taman di kota yang dapat dipergunakan anak anak untuk bermain. Sudah layakah disebut Takengon sebagai kota layak anak?  (Bahtiar Gayo)

 

Comments

comments