Biochar, Harapan Baru dari Arang Sekam untuk Selamatkan Kopi Gayo

Doc. Pelatihan pembuatan Biochar untuk petani di desa Bathin Baru, Bener Meriah 25 April 2025. Ist

Oleh: Salman Pedemun*

Dalam beberapa dekade terakhir, kopi Gayo telah menempati posisi penting di pasar global sebagai kopi arabika berkualitas tinggi. Namun di balik reputasi itu, lahan-lahan tua yang menopang kejayaan kopi Gayo tengah mengalami kelelahan. Tanah-tanah yang telah berumur lebih dari seratus tahun mulai kehilangan daya dukungnya.

Perubahan iklim yang ekstrem, curah hujan tak menentu, serta serangan hama dan penyakit seperti jamur akar dan penggerek buah, mempercepat penurunan produktivitas kopi rakyat. Yang paling mengkhawatirkan, kondisi tanah menunjukkan gejala yang tidak bisa diabaikan seperti: pH turun, mikroorganisme tanah berkurang drastis, dan unsur hara tidak lagi tersedia secara optimal. Ini bukan sekadar persoalan produksi, tapi sinyal awal dari krisis keberlanjutan.

Sayangnya, pendekatan yang selama ini diambil cenderung parsial, kebanyakan petani hanya mengganti tanaman atau meningkatkan input pupuk. Solusi semacam ini justru memperparah kondisi tanah karena tidak menyentuh akar persoalan. Yang dibutuhkan saat ini adalah pendekatan regeneratif yang memulihkan kesehatan tanah sebagai fondasi utama produktivitas.

Di sinilah biochar hadir sebagai salah satu inovasi yang layak diarusutamakan. Biochar merupakan arang sekam yang dibuat dengan proses pembakaran tidak sempurna yang dipanaskan dengan wadah tertutup dengan suhu relatif rendah. Ketika ditambahkan ke tanah, biochar memiliki sejumlah manfaat penting, antara lain: menahan air, menyerap racun, menormalkan pH, memperbaiki struktur tanah, serta menjadi tempat hidup mikroorganisme yang sangat berperan dalam siklus hara.

Dalam banyak uji coba, biochar terbukti meningkatkan kandungan karbon organik tanah hingga 69% dan nitrogen total hingga 7%. Yang menarik, biochar bisa dibuat dari limbah pertanian lokal, termasuk kulit tanduk kopi yang selama ini dibuang begitu saja. Teknologi ini murah, mudah diterapkan dan tidak menuntut ketergantungan pada impor atau bahan kimia. Dengan sedikit pelatihan, petani bisa memproduksinya sendiri menggunakan alat sederhana.

Namun, hingga kini, pendekatan berbasis biochar belum mendapat perhatian serius dalam kebijakan pembangunan pertanian. Padahal, di tengah keterbatasan intervensi pemerintah terhadap lahan rakyat, solusi lokal semacam ini adalah jalan tengah yang rasional dan realistis.

Doc. Pengaplikasian Biochar pada lahan petani di Desa Kenawat Lut, 12 April 2025. Ist

Mendorong adopsi biochar secara luas bukan hanya soal teknis pertanian. Ini adalah keputusan strategis untuk menyelamatkan kopi Gayo dari kemerosotan dan memastikan keberlanjutan ekonomi petani. Pemerintah daerah, lembaga riset, dan pelaku industri kopi perlu bersinergi untuk menjadikan biochar bagian dari kebijakan konservasi tanah dan peningkatan produktivitas kopi.

Sudah saatnya kita berhenti menggantungkan nasib kopi pada pendekatan lama yang tidak lagi relevan. Tanah yang lelah membutuhkan perawatan jangka panjang. Dan arang sekam dari kulit kopi itu sendiri dalam bentuk biochar bisa menjadi penyelamatnya.

* Koordinator BPP Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.