Takengon Kota Spesial Ahmed

Ahmed Alias Jeremy (Foto: Wrb)

Kota ini begitu spesial bagi Ahmed. Warga Francis yang banyak habiskan waktunya berpetualang mengelilingi dunia.

Setahun lalu, Ahmed yang mualaf dengan nama aslinya Jeremy, sudah pernah datang kesini.

“Kota ini begitu spesial bagi saya. Selain Banda Aceh”, katanya sore Minggu di Paya Tumpi. Kenapa spesial? tanyaku.

“Iklimnya, orangnya dan pemandangannya”,balas Ahmed. Lima tahun lalu, Ahmed habiskan waktunya di berbagai negara dunia.

Kemudian pulang ke Nantes, kota keenam terbesar di Barat Francis. Bekerja empat bulan di kantor pos menggunakan motor, lalu berwisata lagi.

Sewaktu pulang ke Nantes , kami sempat bervideo call fan Ahmed mengenalkan ibunya berusia 66 tahun yang pro Palestina.

Ahmed masih sendiri memeluk Islam di keluarganya. Seorang kakak dan adiknya bersimpati pada Islam. Meski belum mualaf.

“Semoga suatu saat mereka Islam”,doa Ahmed.

Meski tidak Islam, ibu Ahmed, jika ada demontrasi mendukung Palestina, dia akan ikut. Pun begitu adik dan kakaknya. Sangat menghormati mereka yang Muslim dan sering mengucap salam.

Berwisata bagi Ahmed seperti tuntutan jiwa. Keinginan itu begitu kuat, katanya . Itulah sebabya, setiap ada kesempatan dan uang, Ahmed, akan selalu berpetualang.

Sebelum ke Indonesia, Ahmed sudah menghabiskan waktu satu bulan di Malaysia. Terbang ke Medan. Lalu ke Takengon.

Ahmed selama berwisata kerap bertemu dengan sesama pengeliling dunia dari berbagai negara. Mereka lalu menjadi sahabat dan berbagi pengalaman.

Umumnya,, kata Ahmed, para pengeliling dunia ini mencari sesuatu yang berarti.

Berarti bagi jiwa dan semacam.pencarian. Mereka menemukan dua hal selama di perjalanan. Hal baik dan buruk. Orang bersifat baik dan buruk.Seperti syurga dan neraka.

Ahmed sendiri tak tahu sampai kapan bepergian. Tapi keinginan itu selalu ada.

Sebelumnya, saya pernah bertemu Jake Tetrick, turis Amerika yang banyak habiskan waktunya keliling dunia.

Jake kemudian tertarik kepada Islam sejak lama. Karena menurut Jake, Islam dengan Syariatnya sesungguhnya melindungi pemeluknya dari berbagai hal negatif.

Seorang temannya di Amerika mati karena ditabrak pengemudi mabuk. Islam mengharamkan minuman keras untuk menjaga akal tetap waras, kata Jake.

Setelah pulang dari Takengon, Jake kemudian ke Malaysia, India , Pakisan, Dubai. Jake kemudian mengirim foto dirinya dari Mekah.

Saya tentu saja kaget. Karena Jake bukan Islam. Bagaimana mungkin dia bisa foto di Mekah. Saya protes ke Jake. Santai Jake menjawab bahwa dia sudah bersyahadat di Tanah Haram, Mekah Almukarramah.

(Win Ruhdi Bathin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.