Di Takengon, Shaf Shalat Berjama’ah Bengkok dan Terputus

Takengon | Lintas Gayo : Jika tidak lupa, seorang imam shalat berjama’ah sebelum memulai shalat pasti mengingatkan jama’ahnya agar merapatkan serta meluruskan shaf (barisan) shalat. Juga kerap diingatkan agar shaf tidak terputus.

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa arti penting dari shaf shalat yang lurus dan rapat mengandung filosofi atau gambaran kesatuan dan persatuan ummat Islam. Juga disebutkan bermakna “kesantunan” saat berhubungan dengan sang Khalik, Allah SWT. Selain itu juga gambaran nilai kepatuhan jama’ah atau rakyat terhadap imam atau umara (pemimpin).

Pemerintah Negara Republik Indonesia menetapkan Rabu (31/8/2011)adalah 1 Syawal 1432 Hijiriah, artinya hari dan tanggal itulah saatnya ummat Islam diseluruh Indonesia melaksanakan shalat ‘idul fithri. Tak terkecuali di Kabupaten Aceh Tengah secara resmi dilakukan shalat ‘id dan mendengarkan khutbah hari raya di lapangan Gelengang Musara Alun Takengon.

Dari amatan Lintas Gayo saat dilakukannya shalat ‘id ditempat tersebut, terlihat shaf yang bengkok dan terputus-putus walau sudah diingatkan agar jama’ah merapatkan dan meluruskan shaf, namun kelihatannya tidak terlalu digubris oleh jama’ah.

Terkait bengkok dan terputusnya shaf shalat ini, dijelaskan Drs. Jamhuri MA, salah seorang dosen di Fakultas Syari’ah IAIN ar-Raniry Banda Aceh menyatakan sebenarnya tidak ada ketentuan atau dalil yang mewajibkan bahwa shaf shalat berjamaah harus lurus, rapat dan rapi.

“Shaf shalat berjamaah dianjurkan lurus, rapat dan rapi itu adalah untuk etika saat beribadah,” ujar Jamhuri, Kamis (1/9).

Selain itu menurutnya kerapian shaf tersebut bisa jadi menggambarkan persatuan dan kesatuan ummat. Juga bermakna kepatuhan terhadap pimpinan.

“Saat menunaikan ibadah haji di Mekkah, jamaah asal Indonesia paling terkenal dengan kedisiplinan yang salah satunya ditunjukkan dengan kerapian shaf saat shalat berjamaah,” katanya lagi. Dia mengaku heran jika ditemui shaf shalat di Gayo yang tidak rapi.

Mungkin inilah gambaran kekinian dari ummat Islam di negeri Gayo yang tidak lagi berpegang kepada nilai-nilai persatuan dan kepatuhan terhadap para pemimpin, pungkasnya. (Windjanur).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.