Yogyakarta – Indonesia akan mematenkan semua jenis racikan kopi lokal dari berbagai daerah. Direktur Industri Agro Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian Enny Ratnaningtyas mengatakan pemerintah menargetkan tahun ini bisa mematenkan semua kopi lokal yang jenisnya diketahui dari indikator geografis.
“Yang sudah paten kopi Kintamani (Bali), Kopi Gayo (Aceh), Kopi Toraja (Sumatera Utara) dan Kopi Lampung,” ujar Enny seusai workshop standardisasi produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Jumat 16 September 2011.
Menurut dia, langkah ini diambil Pemerintah untuk mengamankan produk kopi lokal dari ancaman pembajakan sejumlah produsen kopi internasional yang kini pasarnya sudah meluas di Indonesia. “Kami ingin pelaku usaha minuman kopi yang mengusung racikan khas lokal masih punya kesempatan mengejar produsen asing kelas kakap, semacam Starbucks,” ungkapnya.
Konsumsi kopi di dalam negeri, ungkapnya, lumayan tinggi karena minat masyarakat kepada kopi yang dijual dalam bentuk kemasan saset terus meningkat. Di pasar internasional tingkat konsumsi minuman berbahan kopi juga terus meningkat. Makanya, biji kopi Indonesia kini jadi rebutan pedagang asing maupun dalam negeri.
Di Yogyakarta, sejak lima tahun belakangan, minuman kopi menjadi jualan utama sejumlah cafe yang konsumen utamanya mahasiswa. Ratusan cafe yang terpusat di kawasan sepanjang Selokan Mataram, Babarsari dan di sekitar Kampus Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pendidikan Nasional (UPN) Veteran, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga terus menjamur.
Berbagai jenis racikan kopi baik yang berlabel asal daerah hingga jenis kopi tertentu menjadi jualan utama.
Kafe Blandongan, misalnya, menjual racikan kopi dari pesisir Lamongan dengan ciri khas rasanya yang pahit dan warnanya yang hitam pekat. Kafe milik Badrun, jebolan kampus UIN Sunan Kalijaga ini kini memiliki tiga cabang di kawasan Kota Baru, Babarsari (Yogyakarta) dan Banguntapan (Bantul). Ratusan pelanggan yang kebanyakan mahasiswa meriung setiap malam.
Di Yogyakarta juga ada kopi jos, racikan kopi yang dicampur arang kayu dan banyak dijual oleh penjaja ankringan di sekitar Stasiun Tugu. (ADDI MAWAHIBUN IDHOM | TEMPOINTERAKTIF | Atjeh Post)