Oleh Drs. Jamhuri, MA¨
Diantara kita sering menganggap bertanya adalah suatu hal yang biasa dalam keseharian, dalam asumsi bahwa mereka yang bertanya adalah orang yang tidak mengetahui sesuatu yang di tanyakan, bahkan apabila ada orang yang bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahui, maka ia kita anggap orang yang mengetes kemampuan kita atau juga kita menganggap asal bertanya.
Namun dalam proses pembelajaran, baik dibangku kuliah atau dibangku sekolah terkadang seorang dosen atau seorang guru selalu menunggu pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa atau juga siswa. Pengalaman dari seorang tenaga pengajar, dimana ketika ia masuk ke ruang kelas kemudian mengabsen mahasiswa, dan selanjutnya memberi penjelasan yang merupakan kilas balik dari apa yang telah diajarkan pada minggu sebelumnya. Waktu berjalan sekitar lima belas menit, kilas balik selesai dan memulai dengan pertanyaan, apakah ada pertanyaan tentang materi kuliah yang lalu atau hal-hal baru yang anda dapatkan dari hasil bacaan pada minggu ini ? Semua mahasiswa terdiam. Lalu pertanyaan selanjutnya diajukan, apakah ada buku yang anda baca pada minggu ini, mereka tetap terdiam. Pertanyaan selanjutnya diarahkan kepada setiap orang dari mahasiswa, buku apa yang anda baca ? Mereka tidak menjawab. Dan akhirnya dengan kondisi mahasiswa seperti ini kuliah dipadai untuk hari itu, dan berpesan agar kuliah minggu depan baru dilanjutnkan ketika semua mahasiswa sudah membaca buku.
Pada minggu depannya mahasiswa menghubungi dosen pengasuh mata kuliah dengan menyebutkan bahwa mereka telah membaca buku dan kuliah dapat dilanjutkan, hal ini dibuktikan dengan masing-masing mereka mempersiapkan pertanyaan yang diajukan kepada dosen pengasuh. Kendati sebenarnya bagi seorang tenaga pengajar mengatahui mana sebenarnya pertanyaan yang didasari dengan pengetahuan atau mana juga pertanyaan yang hanya sekedar pertanyaan.
Seorang mahasiswa bertanya kepada dosen atau gurunya dengan menggunakan media Facebook (FB), dosen atau guru tersebut tidak mengenal persis siapa mahasiswa atau siswa yang bertanya, karena sebutan kata bapak atau ibu, si dosen dan guru berkeyakinan bahwa yang berttanya adalah mahasiswa atau siswanya, pertanyaannya : “ pak bagaimana menjelaskan, bila ada orang yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluq ?” Setelah menjawab salam yang diajukan langsung dosen atau guru menjawab, bahwa sebenarnya menurut pendapat mu’tazilah bahwa al-Qur’an itu adalah makhluq dan menurut Asy’ari al-Qur’an itu bukan makhluq. Setelah jawaban itu saya sebutkan dia membalas dengan “o…ya”.
Dari respon kelompok pertama kita mendapatkan sebuah pengetahuan bahwa sebenarnya orang yang tidak bertanya adalah orang yang tidak mengetahui apa yang akan ditanyakan, karena mereka tidak berupaya mengetahui apa yang perlu diketahui dan apa juga pengetahuan yang perlu ditanyakan. Sehingga mereka tidak mampu membuat pertanyaan dan tidak mampu menjawab pertanyaan kenapa tidak bertanya.
Untuk kasus kedua, mungkin kita beranggapan bahwa dia adalah orang yang mempunyai pengetahuan bahwa al-Qur’an bukanlah makhluk, sehingga ketika ada orang yang menyebut bahwa al-Qur’an adalah makhluk, dia berupaya mencari dukungan dari apa yang diketahuinya dan ada anggapan dalam dirinya bahwa pernyataan atau pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya adalah salah dan perlu penjelasan untuk pembenaran. Namun ketika apa yang ditanyakan belum lagi dijawab, bahkan baru menjelaskan pertanyaannya dia telah merasa puas. Lalu apa sebenarnya yang diharapkan dari pertanyaan yang diajukan oleh penanya pada kasus kedua ? Mungkin kita bisa menduga-duga bahwa pada awalnya ia ingin menjawab pernyataan orang yang berbeda dengan pendapatnya, namun ketika diketahui bahwa pendapat orang tersebut hanya berbeda dengan pendapatnya dan tidak memerlukan jawaban, maka ia tidak lagi berupaya untuk menjelaskan pendapatnya kepada orang lain.
Beranjak dari hal tersebut, apa sebenarnya arti dari pertanyaan bagi seorang penanya, apakah berupaya untuk mendapatkan informasi baru yang sebelumnya sama sekali belum ia ketahui atau berupaya menambah informasi yang sebagiannya sudah ada pada dirinya dan ia berupaya mencari penguatan terhadap informasi yang sudah ia dapat, atau juga lebih jauh dari situ, bahwa makna pertanyaan bagi penanya adalah ingin mendapatkan penguatan dan legalitas terhadap pengetahuannya.
Sebagian orang berpendapat bahwa tidak ada gunanya pertanyaan kalau jawaban dari pertanyaan tersebut tidak memunculkan diskusi, sehingga mereka yang mendengar pernyataan itu berpikir, sesulit itukah bertanya atau membuat pertanyaan. Tidakkah selama ini kita sering menjawab pertanyaan atau juga sering bertanya tentang masalah yang spele dan ringan. Lalu dapatkah kita katakan bahwa sebenarnya pertanyaan yang diajukan itu menjadi standar bagi pengetahuan dari penanya, sehingga orang yang ditanya mempunyai kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kebutuhan penanya, karena juga kita ketahui bahwa pertanyaan yang diajukan sangat dipengaruhi oleh siatuasi dan kondisi orang yang bertanya dan keadaan itulah yang membentuk lahirnya pertanyaan tersebut.