Meneropong Sifat Pemimpin

Oleh Drs. Jamhuri, MA[*]

SEBUAH pertanyaan sering muncul di benak setiap orang tentang siapakah yang akan menjadi seorang  pemimpin di sebuah daerah atau negara, pertanyaan ini seringnya hanya muncul dari mereka yang tidak mempunyai kehendak, tidak mempunyai  kemampuan dan tidak mempunyai kemauan untuk menjadi pemimpin, mereka yang  seperti ini hanya mempunyai kewajiban untuk memilih pemimpin  dan akhirnya siapapun menjadi pemimpin ia hanya diam, menerima dan setuju. Sebaliknya pertanyaan yang hampir sama tidak pernah muncul dari mereka yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, seperti seorang calon pemimpin hampir tidak pernah bertanya kepada dirinya, layakkah saya menjadi seorang pemimpin ? atau sanggupkah saya menjadi pemimpin ? atau juga ia tidak pernah bertanya pada dirinya untuk apa saya menjadi pemimpin ?

Kabanyakan mereka yang mencalonkan diri hanya karena emosional atas ketidak mampuan orang lain menjadi pemimpin, atau karena orang lain ingin mejadi pemimpin maka ia juga ikut. Padahal sebenarnya dalam pandangan dirinya sindiri dan orang lain ia belum layak menjadi ikutan dan panutan semua orang.

Karena itu dalam tulisan ini kita ingin mencoba melihat apa yang ada pada diri orang yang ingin menjadi pemimpin yang dapat dijadikan contoh atau panutan oleh masyarakat, kemampuan apa yang dimiliki oleh seorang caloh sehingga ia mampu membawa daerah yang dipimpin sesuai dengan harapan emua masyarakat. Dalam bahaagama juga perlu adanya kharisma sehingga seorang pemimpin tidak mudah di demo apaila meneluarkan kebijakan, karena itu diantara hal yang harus kita lihat sebagai kategori umum, diantaranya adalah :

Pertama, adakah sifat yang disenangi oleh warga masyarakat pada umumnya pada diri seorang pemimpin, sifat ini biasanya dapat dikenali dari kepopuleran seseorang, kendati terkadang kepopuleral bukanlah  menjadi sifat yang mutlak untuk menjad seorang pemimpin, tetapi ini menjadi modal penting guna memperoleh pengikut yang banyak. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak dikenal oleh anggota masyarakat sebagai pemilih dapat menjadi pemimpin, apalagi ketidak populerannya bukan hanya dikalangan masyarakat pemilih tetapi juga tidak dikenal oleh masyarakat di luar daerahnya, sehingga kita tidak dapat berharap banyak dalam rangka mempopulerkan daerah, baik berupa SDM dan SDA yang kitamiliki. Untuk zaman sekarang kendati populeritas bukan merupakan sifat mutlak namun menjadi sifat utama.

Kedua, adanya sifat yang diidam-idamkan oleh masyarakat secara umum dan nantinya akan ditiru. Oleh karenanya banyak pemimpin yang berupaya mengembangkan sifat-sifatnya, ia berupaya menghilangkan kritikan-kritikan terhadap kepemimpinannya dan berupaya menutupi kelemahannya. Sebagai imbalan dari upaya yang dilakukan dalam memenuhi apa yang diidam-idamkan masyarakat, maka kebaikan yang dilakukan akan dibesar-besarkan dan orang-orang akan melupakan kelemahannya. Seperti masyarakat yang mengidam-idamkan kedamaian, kejujuran dan kehidupan yang agamis, maka mereka akan memilih pemimpin yang menurutnya dapat membawa kearah tersebut. Masyarakat yang mengidam-idamkan kecerdasan tinginya ilmu pengetahuan, maka ia akan memilih calon pemimpin yang paham dan mengetahui serta memperhatikan pendididikan baik untuk dirinya, keluarga dan orang lain. Bagaimana mungkin sebuah kedamaian akan muncul dari orang yang tidak paham arti kedamaian, juga kejujuran tidak pernah lahir dari orang yang selalu hidup dalam kecurangan, demikian juga dengan kehidupan agamis tidak akan tercermin dari mereka yang tidak hidup saleh, baik saleh individual maupun saleh soaial. Poin yang kedua ini sangat erat kaitannya dengan kepopuleran sesorang sebelum memimpin, karena mustahil mengetahui seseorang yang memiliki sifat yang diidam-idamkan tanpa ada kepopuleran sebelumnya.

Ketiga, memiliki keahlian yang diperlukan dan diakui oleh warga masyarakat. Banyak orang yang memiliki kahlian dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan  masyarakat, mereka mendapat legalitas dari masyarakat yang pada akhirnya memilihnya menjadi pemimpin. Sebuah sekolah yang memiliki guru yang mempunyai keahlian sesuai dengan yang dikehendaki masyarakat, maka semua orang akan menyekolahkan anaknya kesekoah tersebut. Seorang yang mempunyai terobosan dalam menghidupkan perekonomian, mengembangkan tekhnologi pertanian sesuai dengan keadaan wilayah, mencari peluang pasar dalam rangka pemasarah hasil pertanian, mempromosikan potensi wisata dan budaya ke daerah dan negara lain, maka ia akan dijadikan pemimpin oeh masyarakat.

Keempat, Pengesahan resmi. Dalam masyarakat tradisional prosedur biasa dilakukan dengan serangkaian upacara atau disebut dengan penobatan sebagai pemimpin. Sedang  dalam masyarakar modern prosedur bisa dilakukan melalui pemiluhan umum. Mereka  yang menang dalam pemilihan umum adalah sebagai pemimpin yang telah mendapat peresmian dalam sebuah prosedur.

Kelima, Mempunyai sifat yang kharisma. Mereka yang mempunyai kharisma biasanya ditaati, disegani bahkan ditakuti, kharisma ini lahir karena kelebihan yang dimiliki melebih orang lain dan ini bukan merupakan sifat yang dibuat-buat. Utamanya sifat ini kita temukan dalam bidang agama dan adat atau budaya. Untuk sebagian masyarakat sifat ini terkadang memiliki lambang kepemimpinan, seperti dalam masyarakat Gayo dikenal dengan istilah memiliki bawar

Keenam, Memiliki kekuatan. Masyarakat tradidional memahami kekuatan ini dengan kekuatan fisik, sehingga dalam kepemimpinan masyarakat tradisional pemimpin mereka adalah orang yang ditakuti dan dipatuhi karena mengandalkan kekuatan fisik dan biasanya pemimpin seperti ini tidak dapat bertahan lama. Karena itu banyak para pemimpin yang mempunyai sifat seperti ini menggunakan alat negara sebagai upaya untuk menpertahankan kekuasaannya, dan mereka yang tidak mempunyai kekuatan fisik bila ingin mendapatkan kekuasaan biasanya juga menggunakan kekuatan harta untuk membayar orang yang mempunyai kekuaatan fisik untuk menjaga dirinya. Pemahaman masyarakat modern tentang kekuatan fisik ini bergeser menjadi kekuatan intlektual, dimana orang yang dijadikan pemimpin adalah orang yang mempunyai kecerdasan intlektual dikonkritkan dalam visi dan misi. Dengan visi dan misi semua orang akan mengetahui arah dan tujuan dari kepemimpinan, apakan prioritas mengarah kepada pembangunan fisik, pendidikan, perekonomian rakyat atau akan membawa suatu daerah kejenjang insdustri dan jenjang agraris atau juga ke arah tekhnologi informasi.


[*] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.