PILKADA telah selesai dilaksanakan, untuk sebagian Kabupaten/Kota pemimpin mereka telah ditetapkan, sementara sebagian lagi mesih menunggu beberapa saat untuk penetapan ataupun pemilihan ulang. Untuk itu pada hari jum’at (20/04) acara Keberni Gayo hadir dengan tema “Harapen Kin Reje”, narasumber yang dihadirkan pada malam sabtu tersebut adalah Drs. Juanda (Pengawai Dinas Pendidikan Kebupaten Bener Meriah) dan Marah Halim, M.Ag (Pegawai Diklat Provinsi Aceh).
Kedua narasumber dalam paparannya mengatakan bahwa pergantian pemimpin dalam sebuah organisasi ataupun daerah sudah merupakan keharusan, namun setiap pergantian seorang pemimpin dari lama kepada pemimpin yang baru tentulan memunculkan harapan dari semua orang yang tinggal di daerah tersebut guna menuju ke arah yang lebih baik. Harapan itu tanpa kecuali untuk semua aspek lehidupan. Sebagai orang akademisi dan birokrasi kedua narasumber memberi penekanan kepada dua hal, yakni Agama dan Pendidikan.
Penekanan pada kedua bidang tersebut bukan berarti meninggalkan atau mengabaikan yang lain, tetapi lebik karena pertimbangan akan langgengnya sebuah kemajuan. Bidang Agama merupakan fondasi dari semua bidang pembangunan, terlebih bidang ini memberi penekanan pada pembangunan sumber daya manusia yang selama ini nampak sudah keropos. Masih menurut narasumber, upaya yang dapat dilakukan adalah menghidupkan pengajian untuk setiap kelompok masyarakat mulai dari usia yang paling muda sampai kepada yang tua, membiasakan shalat berjamaah setiap waktu, menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Membina kahidupan saling menghargai dan saling menghormati diantara keberagaman yang ada.
Cerminan rusaknya moral selama ini dapat kita lihat dalam pergaulan antara sesama pejabat, pejabat dengan masyarakat dan antara sesama anggota masyarakat. Seakan orang tidak bisa hidup dan berkarya tanpa uang, sehingga ada sebagian orang yang beranggapan bahwa masyarakat tersebut dapat diperjual belikan. Demikian juga sebaliknya ada anggapan yang muncul dari masyarakat itu sendiri, dimana mereka selalu menganggap bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang sanggup memberi uang. Karena mereka telah menjadikan uang sebagai standar baik dan buruknya seseorang.
Tidak kalah pentingnya bidang pendidikan, menurut informasi yang disampaikan narasumber jumlah mereka yang sudah menyelesaikan program strata dua (master) di Kabupaten Bener Meriah tidak cukup kendati dihitung dengan jumlah jari sebelah tangan. Ini membuktikan kurangnya perhatian terhadap pendidikan selama ini, untuk itu harapan kepada pemimpin baru yang akan memimpin Bener Meriah supaya memberi kesempatan kepada semua orang yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan. Karena kita yakin semakin banyaknya masyarakat yang berpendidikan tinggi maka kemajuan akan lebih cepat kita capai, naamun bila perhatian terhadap pendidikan diabaikan maka tidak terlalu berlebihan bila dikatakan keterbelakangan selalu membayangi kehidupan sebuah daerah.
Fenomena pendidikan yang sudah menjadi rahasia semua orang, ketika ujian akhir berlangsung semua yang terlibat dalam pendidikan memasang target agar semua lulus dalam ujian. Sebenarnya kalau kita menyadari, maka hal yang dilakukan selama ini adalah salah dan sangat berimbas kepada moral pendidikan dan pendidikan moral yang telah diajarkan. Pada tahun 2009 ada upaya untuk tidak memasang target kelulusan sampai 100 %, namun kesepakatan ini ada yang melanggar sehingga ada sebagian sekolah yang lulus semua dan ada lagi yang sebagian besarnya tidak lulus. Untuk itu juga kita berharap kepada pemimpin baru, supaya memberi perhatian lebih kepada lembaga pendidikan.
Alasan kenapa narasumber bisa berharap banyak kepada pemimpin baru (utamanya) Bener Meriah dan juga daerah Gayo lainnya, karena daeran ini punya potensi kekayaan alam yang luar biasa yang selama ini belum tergali secara maksimal, seperti luasnya perkebunan kopi dan banyaknya hasil palawija yang belum memberi jaminan kehidupan kepada pemiliknya. Untuk itu pembinaan dan bimbingan dari pemerintah sangat diperlukan. (Drs. Jamhuri, MA)