Bahu Membahu Mempertahankan Kualitas Perairan Danau Laut Tawar

 

Oleh : Ridwan Iriadi*

Potret Umum

Danau Laut Tawar (DLT) merupakan danau terbesar di Provinsi Aceh dengan luas sebesar 5.472 Ha atau panjang rata-rata 17 Km dan lebar rata-rata 3,2 Km. Volume air sebanyak Ā± 2,5 Trilliyun Liter (Saleh, et al, 2000). Sebagai sebuah ekosistem, Danau Laut Tawar memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai sumber air, perikanan dan rekreasi. Selain itu melalui Sungai Peusangan air danau dimanfaatkan sebagai sumber energi PLTA yang saat ini masih melakukan tahap konstruksi. Besar kapasitas energi yang dihasilkan yaitu 45 MW untuk power station 1 dan 43 WM untuk power station 2 dalam wilayah Kabupaten Aceh Tengah (Nippon Koei, 2009).

Pada saat ini kualitas dan kuantitas air Danau Laut Tawar dirasakan semakin menurun. Berdasarkan penelitian Muhardy. A (2012) bahwa bila dibedakan berdasarkan titik pengamatan, maka kualitas air DLT sangatĀ  bervariasi, mulai dari Kelas D (cemar berat) pada stasiun Bintang, Kelas C (cemar sedang) pada Stasiun Boom dan Toweren, Kelas B (cemar ringan) pada Stasiun Kelitu dan kelas A (baik sekali) pada Stasiun Mepar.

Permasalahan

Sedikitnya ada empat penyebab langsung penurunan kualitas perairan Danau Laut Tawar yaitu; pemukiman, pertanian, jasa/industri kecil dan keramba jaring apung. Terhadap sumber tersebut sebagian besar limbahnya berupa limbah organik. Hal ini senada dengan Porpraset (1989) limbah organik merupakan sisa atau buangan dari berbagai aktivitas manusia seperti rumah tangga, idustri, permukiman, peternakan, pertanian dan perikanan yang berupa bahan organik, yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya.

Limbah organik yang masuk ke perairan seyogyanya dimanfaatkan oleh ikan, benthos dan lain-lain. Namun tidak semua limbah organik tersebut dimanfaatkan, ada residu yang kemudian diurai oleh mikroba. Dalam suasana aerob (cukup oksigen terlarut) hasil penguraian tidak menimbulkan masalah, namun pada saat anaerob (tidak atau sedikit oksigen terlarut) hasil penguraian seperti NH3 dan H2S (dalam konsentrasi tertentu) dapat menjadi masalah dan menjadi racun bagi ikan dan lain-lain termasuk manusia.

Selanjutnya menurut Soemarwoto et al (1979), kadar pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organisme akuatik secara langsung (keracunan akut) yaitu kontak langsung atau melalui jasad lainnya seperti plankton, perifiton dan bentos, sedangkan kadar rendah dalam badan air kemungkinan besar menyebabkan kematian organisme dalam waktu yang lama yaitu akibat akumulasi pestisida dalam organ tubuhnya. Pestisida masuk ke dalam perairan melalui berbagai jalur, antara lain melalui buangan limbah domestik, limpasan dari persawahan, pencucian tanah, dan curah hujan.

Di lain pihak ada logam berat seperti besi (Fe), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg). Logam Fe dan Pb berasal dari limbah domistik, pertanian, emisi tranportasi melalui buangan asap kendaraan yang jatuh ke perairan, limbah cair Doorsmeer tidak dikelola dengan baik dan lain-lain. Selanjutnya terhadap logam Hg dapat dihasilkan dari pencucian perhiasan (emas) yang berada di perkotaan, kegiatan pertanian, peternakan, limbah domistik dan lain-lain. Masih terlalu dini untuk mengklaim adanya kegiatan tersebut sebagai penghasil logam berat, karena logam berat tersebut dapat juga berasal dari proses alam sehingga diperlukan pembuktian lebih lanjut agar besar kontribusi dapat diketahui secara akurat. Namun harus diketahui apabila konsentrasi logam tersebut melawati baku mutu yang telah ditetapkan, sudah pasti keberadaannya akan mengganggu ekosistem perairan danau dan daratan.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh LP-USU (2006), menunjukan bahwa telah terjadi pencemaran terhadap logam Fe dengan konsentrasi 0,62 mg/l (lokasi pengambilan sampel di sekitar jembatan Bale) yang seharusnya tidak boleh melebihi 0,3 mg/l sebagaimana dimaksud dalam PP No. 82 tahun 2001. Logam Pb masih dalam kategori aman, sedangkan terhadap Hg belum dilakukan pengujian.

Apa yang harus dilakukan

Pemantauan terhadap kualitas perairan Danau Laut Tawar harus dilakukan minimal setahun sekali dan dilakukan secara kontinyu. Pemahaman pemantauan tersebut tidak hanya terbatas pada penglihatan fisik semata, namun jauh dari pada itu harus dilakukan uji laboratorium dengan tingkat akurasi yang baik. Kita harus menyadari bahwa perubahan lingkungan terus saja terjadi apalagi bila kita kaitkan dengan perubahan iklim global akan semakin mempercepat pola perubahan lingkungan yang terjadi. Walaupun belum ada pembuktian apakah telah terjadi hujan asam (acid rain) di kota yang kita cintai ini.

Sudah saatnya semua pihak menyadari bahwa manfaat Danau Laut Tawar tidak sebatas air, ikan dan tempat rekreasi. Namun Jauh dari itu keberadaan Danau Laut Tawar itu sendiri merupakan identitas bagi masyarakat Kabupaten Aceh Tengah. Oleh karena itu untuk mengurangi bahan pencemaran yang masuk keperairan, kita harus melakukan pengelolaan limbah disumbernya. Dimulai dari yang sederhana dengan perilaku berhemat atau optimalisasi pemanfaatan sumberdaya; seperti hemat penggunaan sabun, detergen, bahan pembersih lainnya serta banyak perilaku yang bijak yang dapat dilakukan. Disektor pertanian, kita coba sedikit demi sedikit untuk mengurangi penggunaan pestisida. Kita coba beralih ke model pertanian organik yang lebih aman bagi alam, penggunaan attraktan, pengendalian hama secara biologis dan lain-lain. Terhadap kerambah jaring apung, diperlukan pengawasan dan pembinaan terhadap optimalisasi jumlah, penggunaan pakan dan penataan terhadap tata letak keramba itu sendiri.

Sesungguhnya alam memiliki kapasitas asimilasi atau daya homeostasi atau kemampuan air untuk pulih pada kondisi semula (Riani et al. 2005), sehingga masuknya limbah dalam jumlah dibawah kapasitas asimilasinya tidak akan mengganggu kehidupan pada ekosistem perairan tersebut. Namun yang dikhawatirkan adalah ketika kita tidak mengatahui perubahan yang terjadi pada ekosisten tersebut, semua pihak akan terus berkontribusi untuk melakukan pencemaran. Sesungguhnya disinilah hakikat pemantauan kualitas air yang harus dilakukan.

Memandang ekosistem perairan Danau Laut Tawar, harus melalui pendekatan sistem. Harus disadari semua pihak baik langsung maupun tidak langsung berkontribusi terhadap penurunan kualitas air danau. Satu dengan lainnya saling terkait, sehingga membuat hubungan sebab akibat (causal loop) yang bermuara pada penurunan kualitas perairan.

Oleh karena itu penyelesaian masalah Danau Laut Tawar, hakikatnya dimulai dari diri sendiri. Dengan berbuat seoptimal mungkin dari hal yang kecil yang berlandaskan pada nilai-nilai kepatutan dan kebenaran. Tentunya aksi terhadap penyelesaian masalah dimulai dari kewenangan yang tinggi sampai dengan masyarakat kecil sekalipun yang dilakukan secara sadar dan ikhlas. Tentunya tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan semoga curahan kecil ini memberi inspirasi kepada semua pihak untuk melakukan suatu hal yang baik. amien.

ā€œBerbuat untuk kebaikan, bersama menjaga bumiā€

*Mahasiswa Doktoral, PSL IPB, 2012

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.