Malu akan Aceh, Saat Bersama Parlemen Europa

Oleh : Johan Makmor*

Johan Makmor

TEPATNYA 17-03-2012, saya mendapat undangan untuk menghadiri sebuah meeting tentang peran Denmark terhadap Uni Europa. Dalam meeting itu banyak masalah yang selama ini sedang aktual dibicarakan, salahsatunya adalah masalah pengangguran anak muda yang mencapai 26 juta orang di Europa yang tidak ada pekerjaan. Selain itu dalam meeting itu membahas tentang ekonomi dan politk.

Kalau mengingat Europa di masa lalu, maka Europa tidak terlepas dari perang, tak bersahabat, saling bermusuhan, saling curiga dan tidak jujur antara mereka.

Semangat untuk membentuk Uni Europa (UE) sebenanrya untuk menghindari masalah tersebut. Mereka mau bersatu dalam banyak bidang, dalam satu bendera, ekonomi, pendidikan dan politik.

Adapun peran Denmark dalam hal ini adalah sangat penting. Karena Denmark adalah sebuah negara yang paling berhasil di seluruh jagat raya tentang mensejahterkan rakyat, dan sering Denmark dinobatkan sebagai negara dimana rakyatnya paling bahagia di jagat raya.

Yang paling fokus sekarang ini di Europa adalah bagaimana Europa bisa keluar dari krisis global yang berkepanjangan, sebab penggangguran sangat berkaitan dengan ekonomi, tanpa perbaikan ekonomi maka pengangguran akan terus bertambah, lapangan kerja akan semakin sedikit.

Hal ini bukan saja mengancam akan membludaknya pengangguran, tapi akan mengancam kesejahteraan rakyat. Sebab itu, di Europa saat ini mereka lebih menghabiskan waktu untuk berpikir tentang bagaimana memulihkan ekonomi.

Cara terbaik untuk mengurangi pengangguran adalah, mengembalikan dan mengstabilkan kembali ekonomi dan menarik kembali perusahaan yang sudah memindahkan operasionalnya ke luar EU. Tapi hal ini tidak mudah dilakukan, sebab banyak pengusaha lebih memilih negara yang penduduknya bisa dibayar dengan gaji murah untuk mengoperasionalkan pabrik mereka.

Kendala lain adalah, kalau negara-negara yang sedang berkembang tidak diberikan dukungan, maka negara Europa akan susah untuk mengexport barang mereka. Sebab negara yang sedang berkembang inilah lahan uang yang paling baik.

Disamping itu Denmark juga ingin, agar demokrasi dan solidaritas di EU lebih ditingkatkan lagi. Sebab banyak negara di Europa tidak benar-benar mengamalkan demokrasi dan solidaritasnya sangat rendah, terutama di Europa Timur.

Memang demokrasi bisa jadi bobrok, kalau pengertian demokrasi itu disalah artikan dalam bentuk perbuatan bukan dalam bentuk kata ”Demokrasi”. Yang Denmark mau demokrasi itu harus dilakukan dalam bentuk perbuatan bukan hanya kata-kata kosong belaka.

Memang hal ini tidaklah mudah, sebab mental dan moral orang Denmark yang sudah “dipupuk” sejak ratusan tahun akan susah diserap oleh otak orang dimana dinegaranya masih mengamalkan korupsi dan kekerasan dan kurangnya perhatian tentang kesejahteraan rakyat.

Ada kendala lain yang dihadapi oleh perusahaan di EU, yaitu ancaman dari pihak-pihak yang merasa hanya mereka yang bisa duduk di Europa. Jadi kalau sebuah perusahaan ada mengerjakan pendatang dari luar maka perusahaan itu akan diancam bakar atau pemiliknya diancam macam-macam.

Untuk mengantisipasi masalah ini bukannlah mudah, karena orang yang mengancam ini juga punya organisasi yang terdaftar secara legal. Walaupun dalam ADRT organisasi mereka tidak tercantum bahwa mereka tidak suka dengan orang luar. Tapi prakteknya ternyata jauh melenceng dari ADRT organisasi.

Tujuan utama meeting kali ini sebenarnya berkaitan dengan akan diadakan vote, apakah Denmark mau penuh jadi anggota EU atau tetap seperti sekarang. Kalau penuh jadi anggota EU berarti Denmark harus menukar mata uangnya dari Kronor ke Euro, ini sangat susah tantangannya, karena orang Denmark sangat bangga dengan Raja dan mata uang mereka. Alasan mereka memang tepat untuk tidak masuk full ke dalam EU.

Kalau masuk full ke dalam EU, maka mereka kehilangan jati diri. Sebab orang Denmark sangat kental jati dirinya, mereka masih susah menerima hal yang baru yang datang dari luar. Karena mereka sudah di “jejelin” dengan mental Jante Law.

Walaupun law ini tidak diajarkan di sekolah-sekolah, tapi mereka dengan sendirinya akan mengamalkan law itu. Sebab law itu sangat melekat di otak mereka, tanpa perlu diajarkan mereka akan mengamalkan law itu. Meskipun sebenarnya hal itu dibawah sadar mereka, karena banyak diantara mereka berkata mereka tidak mengamalkan law itu, tapi tingkah dan kelakuannya sehari-hari mereka dipengaruhi oleh law tersebut.

”Jante Law itu adalah seperti software dalam computer yang bisa mempengaruhi semua sistem atau program komputer anda.” anda bisa google sendiri apa itu Jante Law (red).

Bagi saya sebenarnya tidak terlalu penting masalah EU itu, karena tidak ada untungnya untuk Aceh. Bicara masalah Aceh kita sudah malu dengan orang Parlemen Europa, sebab apa yang diberikan oleh mereka kita tidak buat dan praktekkan. Jadi saya pun sudah segan mau bicara tentang Aceh dengan mereka.

Tapi, apa yang saya ambil manfaat dalam meeting ini adalah, bagaimana cara ataupun ide mereka menyelesaikan masalah ekonomi, pendidikan dan politik. Saya hanya berpikir, bahwa kelak kita bisa mentranformasikan cara mereka dan mengadopsinya sesuai dengan keadaan kita untuk membangun Aceh.

Jangan berhenti menuntut ilmu dan jangan pernah bosan untuk belajar dimanapun kita berada. Sebab kalau hanya mengandalkan logika untuk membangun sebuah peradapan, ekonomi, pendidikan, pembangunan dan politk maka itu sama dengan CET LANGET.
*Reporter The ACEH TIMES Perwakilan Europa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments