Catatan : Muhammad Syukri
Rumah ibadah, seperti masjid, menasah dan mushala merupakan bagian yang sangat penting dalam menjalani ibadah puasa dibulan ramadhan. Rumah ibadah itu merupakan tempat warga melaksanakan shalat berjamaah, baik rawatif (lima waktu) maupun shalat tarawih, termasuk bertadarus. Beberapa hari lagi bulan ramadhan akan segera tiba, tetapi mereka telah “kehilangan” masjid, menasah dan mushala.
Sungguh malang nasib warga yang tinggal di kawasan Kecamatan Ketol dan Kecamatan Kute Panang Aceh Tengah. Gempa dahsyat pada skala 6,2 SR meluluh lantakkan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 2 Juli 2013 lalu pukul 14.56 WIB. Pola gempa yang menghentak keatas dan kebawah menghancurkan seluruh bangunan gedung di kawasan itu, termasuk rumah ibadah.
Saat memasuki kawasan yang dilanda gempa itu, tidak ditemukan bangunan masjid dan menasah yang masih berdiri utuh, kecuali beberapa mushala yang dibangun dengan konstruksi semi permanen atau kayu. Biasanya, kalau terjadi bencana alam di desanya, warga mengungsi ke masjid atau rumah sekolah. Sekarang, tempat itu juga rubuh sebagaimana rumah warga.
Kemudian, mereka mendirikan tenda dari terpal plastik di depan rumahnya. Dalam ruang yang sangat sempit itu mereka berlindung dari hujan dan terik. Derita itu mereka sampaikan kepada kompasianer, Kamis (4/7/2013) yang sedang membuka jalur evakuasi dan penyaluran bantuan ke kawasan Desa Cangduri, Jerata dan Jaluk.
Mendengar rintihan mereka yang berkisah tentang detik-detik menjelang terjadinya gempa sore kemarin itu, anak-anak mereka masih berlari-lari keluar masuk rumah gedung diantara ladang tebu itu. Dalam hitungan detik, rumah tempat mereka berteduh telah berubah menjadi puing-puing. Sungguh sangat memilukan, matapun basah mendengar penuturan mereka.
Mereka tidak pernah menduga, gempa dahsyat itu akan memporak-porandakan permukimannya. Namun mereka mampu bersabar menghadapi cobaan itu. Meski tinggal dalam tenda, tanpa listrik dan penerangan, mereka malah bertanya dimana nantinya shalat tarawih. “Masjid dan menasah di Desa Cangduri sudah pada roboh semua,” ungkap Kasman Kepala Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol.
Kasman juga bingung, siapkah warganya menjalani ibadah puasa di bulan ramadhan yang sangat berbeda dengan ramadhan tahun lalu. Sekarang mereka harus makan sahur dan tarawih ditendanya atau dialam terbuka (jika tidak hujan), tidak mungkin lagi berjamaah seperti ramadhan tahun lalu. Demikian juga dengan sumber air yang sangat tergantung dari air hujan, karena intake air minum desa mereka dihantam longsor akibat gempa dahsyat itu.
Ramadhan tahun ini, kami tanpa masjid. Itulah ungkapan warga yang berkerumun diantara Kepala Desa Cangduri itu. Memang kehilangan masjid dan menasah yang hancur akibat hentakan gempa bukan hanya dialami warga Desa Cangduri, tetapi dirasakan oleh seluruh warga di wilayah Kabupaten Aceh Tengah. Sulit membayangkan bulan ramadhan tanpa tadarus dan tarawih di masjid. Tetapi, itulah fakta yang akan dialami sebagian warga Aceh Tengah menyongsong masuknya bulan ramadhan.
Sampai sore ini (pukul 15.00 WIB) data yang berhasil dikumpul terkait jumlah rumah ibadah yang rusak berat sebanyak 36 unit, rusak sedang 25 unit, dan rusak ringan sebanyak 70 unit. Memahami kondisi itu, Kasman dan warganya sangat menyadari bahwa hancurnya rumah tinggal dan rumah ibadah bukan hanya terjadi di desanya, tetapi diseluruh wilayah Kecamatan Ketol dan Kute Panang, bahkan sampai ke Kota Takengon. “Ini adalah cobaan, kami harus bersabar,” pungkas Kasman yang diamini oleh warganya. (Sumber : Kompasiana)