“Banteng Merah” Dibawah Beringin dan Awan Biru

Surya ApraOleh: Surya Apra*

BERINGIN DAN AWAN BIRU

Alkisah bermula disalah satu negeri kayangan yang bernama jagad meriah, jagad meriah merupakan daerah yang subur makmur ibarat kata “gemah ripah loh jinawi”, dimana alamnya memiliki kekayaan yang begitu melimpah, rumput, daun, buah dan bunga hidup dengan begitu indahnya sehingga jagad meriah banyak disebut negeri serpihan surga.

Pada saat itu, hiduplah sebuah pohon besar yang diperkirakan satu tahun lebih umurnya, dimana pohon besar itu hidup dikelilingi awan biru yang dahulu banyak orang mengaguminya. Tumbuhnya pohon besar tersebut adalah pohon beringin yang telah menjadi naungan bagi seluruh hewan baik dari hewan pekerja keras seperti semut, hewan yang suka bernyanyi selalu seperti burung, hewan yang mencari makan dimalam hari seperti kekelawar, hewan yang pemalas seperti kuda nil, hewan yang suka memangsa seperti harimau, dan masih banyak hewan-hewan yang lain, seluruh hewan mancari makan, hidup dan berkembang biak dibawah pohon beringin dan awan biru itu.

 

SAPI YANG MALANG.

Satu ketika, musim panas terik, hujan badai dan angin kencang  terjadi silih berganti secara terus menerus melanda jagad meriah sehingga kawanan seluruh hewan mencari perlindungan dibawah pohon yang hidup hanya satu yaitu pohon beringin tersebut. Tiba-tiba, ada segerombolan sapi penghasil susu yang dinikmati oleh seluruh mahluk di alam jagad meriah  datang dan juga mencari tempat perlindungan dibawah pohon beringin itu, akan tetapi pohon beringin yang begitu besar ternyata tidak memberikan tempat untuk berteduh dibawahnya, sehingga sapi kecewa begitu mendalam.

Sapipun berkata “wahai beringin dan awan biru, mengapa hewan-hewan yang lain diberi kesempatan sedangkan kami tidak”, “wahai beringin dan awan biru kenapa engkau membedakan kami dengan yang lain, apa salah kami” begitulah sapi berkata. sapi pun memohon sambil menangis meminta belas kasihan sang beringin, tapi beringin dan awan biru malah tidak memperdulikan seolah-olah beringin tidak menghiraukannya. Dan setelah itu, sapipun mengadu pada awan biru yang mengitari beringin dan ternyata awan birupun enggan berbicara malah memberikan hujan yang deras bagi sapi, sungguh amat malang nasib sapi.

 

IDE SANG KANCIL

Setelah itu, para sapi kebingungan kepada siapa mereka hendak mengadu. Kemudian ada beberapa sapi duduk dekat dengan rumput-rumput, tiba-tiba terlintas gerombolan kancil yang sedang asik bermain riang, dan akhirnya sapipun meminta pertolongan kepada kancil dan kancilpun menolongnya dengan sepenuh hati. Kancilpun dengan sejuta idenya membuat siasat bagaimana caranya agar beringin mau berbagi kepada seluruh mahluk yang hidup di jagad meriah, tercetuslah ide untuk memakai jubah serigala dan mengaung keras didepan pohon beringin dan awan biru tersebut.

 

BANTENG MARAH

Akhirnya, beringin dan awan birupun ketakutan, sehingga awan birupun ingin mencoba pergi meninggalkan beringin. Sebelum itu terjadi beringin dan awan biru pun berbicara apakah benar yang mengaung saat itu adalah serigala, dan pada saat itu juga mereka tau bahwa ini adalah ulah si kancil. Beringin dan angin birupun menuduh bahwa kancil ini adalah anak-anak satu marga dengan si banteng merah. Banteng merah merupakan jelmaan  dari sang anak beringin kecil yang kehadirannya tidak diinginkan dan berubah menjadi banteng disebabkan beringin besar  menginjak-injak beringin kecil itu. Bantengpun marah dan mengatakan “ wahai beringin yang besar dan awan biru, kenapa engkau takut dengan kancil yang berjubah serigala, engkau harus bertanggungjawab mengapa sapi tak kau beri perlindungan,mana janji mu wahai beringin dan awan biru menaungi mereka, janganlah engkau panik menghadapi sikancil, mereka bukan anak-anakku meskipun satu marga kami berbeda spesies, jadi engkau perlu tau itu’’ ujar si banteng. Saat ini bantengpun siap mengamuk bila dia dituduh sebagai aktor sikancil.

SANG BURUNG DATANG

Dikemudian harinya, beberapa kawanan burung yang cantik datang dan mengitari alam jagad meriah dan meminta agar awan biru dan beringin tetap mengitari alam jagad meriah sambil  berteriak dengan lantang “ wahai awan biru dan beringin, janganlah salah satu dari kalian meninggalkan kami, kami tak tau kemana lagi mencari tempat berlindung, hanya kalianlah yang saat ini kami harapkan untuk menjadi tempat naungan, tempat teduh, tempat hidup kami, kami mohon, jangan tinggalkan kami” ujar burung-burung cantik.

Hingga saat ini, negeri jagad meriahpun semakin mencekam membuat seluruh mahluk yang hidup didalamnya, gelisah, ketakutan, entah apa yang akan terjadi selanjutnya, semoga tuhan menunjukkan jalan yang terbaik agar seluruh mahluk alam jagad meriah dapat hidup rukun, damai dan sejahtera tanpa ada masalah. Amin

* Berdomisili di Panji Mulia,  Kec. Bukit,  Kab. Bener Meriah

*Ketua Umum (MPM) Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Malikusseleh (BEM-UNIMAL) 2012-Sekarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.