Oleh : Kosasih Ali Abu Bakar
Masa tumbuh kembang manusia seringkali disebut dengan “The Golden Age” atau “Usia Masa Emas” seorang manusia ketika ia berumur 0 – 6 tahun berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau 0 – 8 tahun berdasarkan dunia internasional, UNESCO.
Masa penting ini tidak dapat tergantikan lagi apabila sudah terlewati, karena masa ini disebut dengan masa mempersiapkan segenap potensi fisik, maupun mental yang ada pada seorang manusia dengan sebaik-baiknya dan menghargai setiap keunikan per individu dari setiap insan.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap keluarga harus mengetahui arti pentingnya masa emas ini dengan dibantu oleh Pemerintah maupun organisasi masyarakat untuk mensosialisasikannya sekaligus menjadikannya sebagai salah satu program utama dari kebijakan.
Dan yang terpenting dari semuanya adalah bagaimana melakukannya secara berkesinambungan dan menyeluruh dari berbagai aspek pendukung karena PAUD ini adalah masa terpenting dalam hidup manusia yang tidak akan pernah datang lagi sesudahnya.
Pentingnya PAUD
Gayo mau tidak mau, diakui tidak diakui memang sedikit tertinggal dari daerah lain, tentunya untuk mengerjar ketertinggalan ini diperlukan sebuah strategi jitu yang harus dipikirkan oleh segenap komponen orang Gayo yang ada saat ini.
Salah satu cara untuk melakukan percepatan adalah dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Gayo, mempersiapkan generasi emas Gayo sejak dini. Saat ini sering kali kita berpikir bahwa SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi merupakan puncak dari pendidikan, sehingga untuk tataran inilah yang perlu diperhatikan lebih.
Padahal menurut banyak ahli bahwa masa penting tumbuh kembang manusia itu pada umur 0 – 6 tahun. Bloom dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengembangan intelektual seorang anak sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50%, variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi sejak anak berumur 4 tahun, peningkatan mutu 30% selanjutnya terjadi masa usia 4 – 8 tahun atau mencapai 80% dan sisanya 20 % pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua atau ketika usia 8 – 20 tahun.
Carla Shaz mengatakan bahwa masa kritis pengembangan tumbuh kembang anak mencakup 5 (lima) hal, yaitu: pertama¸pengembangan penglihatan ketika berumur empat tahun pertama. Kedua, pengembangan perasan emosi sejak umur 2 (dua) bulan sampai mulai berkembang perasaan stress, kepuasan, girang dan sedih. Sedangkan perasaan iri dan empati baru berkembang pada usia 3 (tiga) tahun. Pada masa-masa ini pengasuhan yang penuh kasih sayang, pemenuhan nutrisi dan perawatan kesehatan merupakan persyaratan mutlak bagi pertumbuhan emosi anak. Dan perlu diingat bahwa pada masa ini juga setiap setiap peristiwa yang tidak mengenakkan atau traumatik akan berpengaruh pada keseimbangan emosi yang kemudian berhubungan dengan perkembangan kecerdasan dan empati. Ketiga, perkembangan kemampauan bahasa, sudah dimulai sejak dalam kandungan, ketika berumur 1 (satu) tahun sudah terbentuk “peta perseptual” untuk dapat mengetahui perbedaan suara atau fonem yang diucapkan dan perkembangan ini ditentukan dengan seberapa banyak anak diajak bicara atau mendengarkan. Keempat, kemampuan gerak anak, masa kritis pengembangan gerakan berlangsung sejak lahir sampai umur 2 tahun, sedangkan masa perkembangan motorik kasar berlangsung hingga berumur 4 tahun. Kelima, perkembangan kemampuan musik, masa kritis pengembangan musik ketika berumur 3 s.d. 10 tahun, hasil penelitian Mozart membuktikan bahwa rangsangan musik sejak dini akan membina pengembangan di bidang visiospatial, matematika dan logika.
Maka, salah satu strategi terbaik untuk mengejar ketertinggalan tersebut dengan lebih memberikan perhatian kepada Anak Usia Dini (AUD). Dengan memandang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) lebih holistik, karena dasar-dasar pembentukan seorang manusia ada di masa usia ini sesungguhnya.
Pentingnya PAUD dapat dianalogikan dengan wadah dan air. Ketika kita membuat wadah yang kecil, maka air yang akan tertampung juga akan sedikit. Akan tetapi bila kita berhasil membuat wadah yang besar maka air yang tertampung juga lebih besar. Tumbuh kembang anak usia dini adalah sama dengan pembuatan wadah, bila kita salah maka wadah yang terbentuk akan kecil, dan untuk selamanya air yang tertampung tidak banyak. Wadah itu adalah potensi kemampuan otak anak dan air itu adalah pengetahuan.
Dengan menguatkan PAUD, dikemudian hari diharapkan kita akan mendapatkan anak-anak yang telah kita berikan bekal dan mempunyai potensial cukup untuk menimba ilmu pengetahuan sehingga kelak akan digunakan untuk mengelola dan memimpin Gayo dikemudian hari.
Menggali Adat Gayo Demi PAUD
Dalam tulisan saya terdahulu sesungguhnya orang-orang Gayo itu adalah orang yang pintar dan berani bukanlah sebuah pepesan kosong. Karena yang membuat pintar orang Gayo itu adalah Adat dan Alam. Sebagai salah satu contoh marilah kita menggali adat Gayo yang melarang satu belah untuk melakukan pernikahan walaupun tidak ada hubungan darah.
Melalatoa dalam Enslikopedi Suku Bangsa Indonesia, 1995, mengatakan bahwa suku Gayo mempunyai adat, larangan keras untuk menikah dengan belahnya sendiri atau satu belah atau satu kampung, bila ini dilanggar maka perkawinan endogami ini akan dikenakan sanksi atau hukuman adat yang dikenal dengan nama Farak (hukuman ganti rugi menyembelih kerbau kalau tidak harus keluar dari kampong) walau pun tidak mempunyai hubungan genealogis.
Akibat dari adat seperti ini ialah seorang anak kemudian sebagai anak bersama, dirasakan sebagai anak kandung, anak bersama, karena tidak ada pemikiran lain untuk saling menikahkan antara anak dalam satu kampung, atau sesama remaja bisa dikatakan sudah tertempa untuk tidak saling menyukai satu sama lain karena larangan adat yang cukup keras tersebut.
Sehingga anak akan mempunyai sebuah ruang bermain yang luas, semua orang akan memberikan kasih sayang kepada anak-anak usia dini tersebut seperti halnya mereka memberikan kasih sayang kepada anaknya sendiri. Stimulasi anak-anak akan semakin bervariasi dan beragam sehingga menjadikan mereka akan lebih cerdas dikemudian hari.
Selain itu, bentuk kekerabatan seperti ini juga akan membuat anak merasa terayomi, tenang dan nyaman. Bila kita tanyakan kepada ama ine kita dahulu, mereka pasti akan menceritakan kalau mereka sewaktu kecil tidak pernah tahu nama-nama dari pun-pun, pakcik-pakcik, awan anan atau datu mereka, seperti halnya mereka tidak tahu mana yang sekandung atau tidak. Tentunya ini menunjukkan penghormatan mereka dan kasih sayang mereka sama semuanya, seperti halnya seluruh kampung tersebut cenderung menganggap semua anak adalah anak bersama.
Teringat saya, bahwa Istri dari Bill Clinton, Hillary Clinton yang juga peduli terhadap pendidikan mengatakan bahwa menstimulasi anak usia dini tersebut membutuhkan orang satu desa. Tentunya ini menunjukkan betapa pentingnya stimulasi seorang anak tersebut dan betapa besarnya potensial anak yang harus dioptimalkan sebaik mungkin untuk kehidupannya kelak.
Alam Gayo Melahirkan Permainan Yang Mendidik dan Menantang. Keindahan alam Gayo tentunya tidak perlu dipertanyakan lagi, seringkali kita mengatakan bahwa alam Gayo seperti serpihan surga yang jatuh ke bumi. Dengan kondisi alam seperti ini orang Gayo telah berhasil begitu banyak permainan, sebagai bentuk keceriaan seorang anak, sinergi orang tua dan lingkungannya demi sang Anak.
Dalam PAUD, alat permainan edukatif (APE) merupakan sarana yang paling penting dalam melakukan stimulasi terhadap anak-anak. Karena menstimulasi dan pembelajaran anak-anak usia dini selalu digunakan permainan karenan dasar pembelajarannya adalah bermain.
Bila melihat keindahan alam Gayo tentunya akan melahirkan anak-anak yang cerdas dan berani terhadap tantangan. Sesuatu yang dianggap alami dengan kondisi alam Gayo yang berbukit-bukit, aliran sungai, suasana dingin, akan melahirkan jenis-jenis permainan yang mencerdaskan dan menantang bagi seorang anak sekaligus alam menjadi tempat bermain.
Sebagai bukti dalam www.lintasgayo.com pada rubrik Gayo, 6 September 2013 menjelaskan terdapat 54 permainan tradisonal di Aceh, kebanyakan di daerah Gayo bila melihat nama-nama permainan tersebut. 54 permainan ini tentunya dihasilkan dari adaptasi keinginan bermain mereka dengan orang tua dan alam sekaligus menjadi modal dasar APE PAUD di Gayo. Ke 54 permainan ini kiranya bisa dipikirkan kegunaannya secara ilmiah, kemudian dipikirkan juga untuk bisa digunakan dalam kurikulum pengajaran PAUD.
Selain itu, tentunya APE tersebut bisa juga didapatkan dari alam sekitar. Sebagai contoh adalah tanah liat, aneka bahan untuk dianyam (daun-daunan, tanaman mendong, pandan, dan sebagainya), bambu, sabut kelapa, ranting-ranting kayu, tempurung, papan-papan tipis, kaleng-kaleng kosong (bekas kaleng susu, bekas kaleng odol, atau makanan kaleng lainnya), kawat-kawat, batang padi atau jerami, tanduk kerbau atau sapi, tulang, perkebunan, sawah dan ladang, danlain sebagainya yang semuanya menggunakan alam sebagai alat bermain. Tergantung kemampuan Guru untuk melakukan sebuah pembelajaran dari alat-ala tersebut.
Semua Bersinergi Untuk PAUD
Bila melihat perkembangan PAUD saat ini, tentunya kita semua akan merasa sedikit kecewa, karena banyak orang yang belum melihat PAUD tersebut secara holistik.
Maka sebelum melakukan sinergi, perlu diluruskan seluruh persepsi tentang PAUD secara holistik, karena bila ini tidak dilakukan maka PAUD hanya akan bersifat proyek, insidental, tidak berkesinambungan, dan berbahaya bagi masa depan anak.
Satu hal yang perlu diingat, bila kita salah dalam melakukan penanganan PAUD, maka yang terjadi bukanlah sebuah pencerdasan akan tetapi sebuah pembodohan, kata hati hendak menjadi anak inovatif tapi malah membuat mereka seorang manusia yang cenderung seperti kerbau di cocok hidungnya.
Untuk mendapatkan PAUD dengan karakter Gayo, maka sudah saatnya Dewan Adat Gayo atau Pemangku Adat Gayo melakukan sebuah kajian-kajian secara mendalam mengenai adat-adat Gayo yang bisa memberikan karakter dalam pendidikan di Gayo, khususnya PAUD, tuk mengetahui bagaimana masyarakat Gayo memperlakukan anak-anak mereka dan adat-adat Gayo apa saja yang memberikan perlindungan dan mencerdaskan terhadap anak.
Kemudian untuk orang tua, khususnya Ibu seharusnya berkeinginan untuk mengetahui persoalan tentang tumbuh kembang anak dengan baik, karena baik buruknya seorang anak tergantung kepada ibunya. Sedangkan di sekolah Guru PAUD yang berperan untuk membantu peran Ibu di rumah. Guru PAUD haruslah mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang tumbuh kembang anak. Sehingga kerjasama dengan orang tua juga menjadi utama.
Pemerintah juga diharapkan memberikan perhatian lebih kepada PAUD, tidak saja anggaran, akan tetapi bagaimana memberdayakan “Ibu-Ibu” sebagai tulang punggung pendidikan seorang anak untuk bisa mengetahui tentang tumbuh kembang anak secara baik. Tidak lupa memberikan ilmu yang mumpuni bagi Guru PAUD, selain “Ibu”, maka Guru PAUD juga berperan besar dalam membentuk anak-anak ke depannya seperti apa, utamanya seorang Guru yang berpikir holistik untuk anak didiknya.
Selain itu, mensosialisasikan pentingnya PAUD dan menggugah hati masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap PAUD itu sendiri, saling bekerjasama antara Pemerintah dan masyarakat. Bekerjasama dengan Pemangku Adat untuk menggali nilai-nilai Gayo agar menjadi corak atau karakter dalam pembangunan PAUD di Gayo.
Kosasih Ali Abu Bakar; pemerhati pendidikan . Tinggal di Jakarta