Oleh: Siti Aminah*
Berbicara soal perempuan memang tidak akan pernah usai. Namun karena sosok perempuanlah bisa lahir seorang laki-laki ke dunia ini. Dari itu, sosok perempuan seharusnya selalu dihargai tanpa harus menyakiti.
Saat ini, banyak perempuan yang terjebak dalam berbagai persoalan. Masalah tersebut tidak terlepas dari pergaulan bebas, pemerkosaan, kekerasan, dll yang banyak merugikan kaum perempuan itu sendiri.
Di sisi lain, kita tidak bisa menyalahkan dan siapa yang harus disalahkan. Karena banyak persoalan yang muncul juga lahir dari perempuan itu sendiri.
Sekarang coba kita analisis persoalan khususnya perempuan Gayo saat ini. Banyak anak-anak yang terjebak dalam merried by acident ( hamil sebelum menikah) sebuah pernikahan yang terpaksa disandingkan dengan menanggung Aip dari kedua belah pihak keluarga. Rata-rata usia mereka masih belasan tahun, bahkan ada yang sembilan tahun. Gelar ” pernikahan dini” pun harus mereka telan sejak dini tanpa mempertimbangkan dampak kedepannya.
Tidak terhenti di sini saja, pemerkosaan kerab terjadi di dataran tinggi gayo ini. Sepertinya ada beberapa masalah yang harus kita cermati.
Pertama, angka pengangguran di Gayo semakin meningkat. Banyak perempuan dan laki-laki gayo yang tidak menamatkan sekolahya hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Selain faktor ekonomi, juga dipengaruhi dengan pergaulan bebas, sehingga banyak yang memilih menikah dini.
Kedua, saya melihat adanya ketidakstabilan entesitas sikap yang dipengaruhi perempuan itu sendiri. Sikap yang paling mencolok adalah ” gengsi gede-gedean” dalam hal positif tetapi suka memposisikan diri ” Tinggi” padahal sikap yang dipelihara adalah hal yang rendahan. Ini terkait lemahnya aqidah yang diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Sehingga perlakuan semena-mena pun bisa terjadi dan menjatuhkan harkat dan martabat kaum perempuan itu sendiri.
Ketiga, ini disebabkan karena perempuan itu sudah menjajakan dirinya seperti “barang dagangan” pasalnya, masih banyak kelakuan orang tua dan perempuan itu sendiri yang meninggikan maharnya setinggi-tingginya dengan menganggap bahwa letak penghargaan perempuan terakhir pada tinggi dan rendahnya “maharnya”.
Masalah ini juga menghambat laki-laki tidak bisa menikah dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan belahan jiwanya, hingga memilih untuk kawin lari. Na’uzubillahminzalik.
Pesan penulis bagi laki-laki, tidak sepantasnya kau mendapatkan perempuan yang kau inginkan dengan menghalalkan berbagai cara sehingga hilanglah akal sehatmu. dan untukmu perempuan, sepandai-pandainya kau menjaga seluruh hartamu, alangkah indahnya jika kita bisa menjaga hati untuk yang halal bagimu.
Semoga bermanfaat.
*Aktivis HMI Banda Aceh