Karakteristik Guru Masa Kini dan Masa Depan

Oleh: Istarani*

????????????????????????

 

 A. Guru Masa Kini

Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh guru masa kini agar ia dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan umumnya, dan perkembangan keilmuan, sikap dan kemandirian siswa pada khususnya. Adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  1. Guru masa kini harus lebih banyak memberikan keteladanan dari pada nasehat. Jadi, guru masa kini harus memegang prinsip bahwasatu keteladanan lebih baik dari seribu nasehat. Untuk itu, guru masa kini menempatkan diri sebagai model dalam melaksanakan suatu perintah yang dianjurkan oleh agama, dan terdepan dalam menerapkan disiplin sekolah. Artinya, kalau sekolah melarang anak-anak tidak boleh merokok, maka gurulah yang terlebih dahulu jangan merokok. Kalau sekolah menerapkan disiplin masuk kelas, maka gurulah terlebih dahulu berada di muka kelas ketika bel sudah berbunyi sebagai tanda masuk ke kelas, dan sebagainya.
  1. Guru masa kini tidak boleh terlalu membangga-banggakan masa lalunya. Menurut penulis ada beberapa kesalahan yang mendasar yang dilakukan oleh guru dalam mengajar atau memberikan nasehat kepada anak-anak, seperti mengatakan, anak-anak sekarang bandel sepatu koyak sedikit saja tidak mau sekolah, bapak/ibu dulu tidak pakek sepatupun mau pergi sekolah. Anak-anak sekarang harus pakek komputer baru rajin belajar, bapak/ibu dulu  mesin ketikpun payah. Nah, yang menjadi catatan kita adalahkata-kata dulu. Perlu diketahui bahwa dulu tidaklah sama dengan sekarang, dulu ya dulu, sekarang ya sekarang. Jadi, kalau  mendidik bukan kita mengajak anak untuk ke arah belakang, membawa anak mundur kezaman dulu. Itu artinya membawa anak bukan kearah kemajuan, tetapi ke arah mundur. Guru masa kini harus berorientasi pada masa depan. Bila memberi contoh haruslah yang sepadan dengan masa sekarang yang dapat berguna bagi anak pada masa yang akan datang. Untuk itu, guru masa kini harus menghindari kata-kata bapak/ibu dulu, tetapi rubahlah dengan kata-kata kalau kamu tidak belajar rajin dan bagus, maka pada masa yang akan datang kamu akan begini, kamu akan begitu, kamu akan … dan seterusnya.
  1. Sedikit bicara banyak bekerja. Inilah prinsip hakiki dari guru masa kini, artinya guru masa kini tidak terlalu banyak berkarya kata, tetapi berkarya nyata. Untuk itu, yang penting bagi guru masa kini bukanlah lamanya ia mengajar, tetapi yang terpenting adalah hasil dari proses pembelajaran itu. Dengan demikian, guru yang dibutuhkan masa kini dan masa yang akan datang adalah guru yang dapat menunjukkan hasil kerjanya, sebagai bentuk atau wujud dari kreativitas yang dilakukannya.
  1. Guru masa kini adalah guru yang dapat menjaga lisannya. Aidh Abdullah Al-Qarni mengatakan “sesungguhnya lisan adalah penerjemah resmi organ-organ tubuh, kalimat-kalimat yang mengungkap niat. Orang-orang beriman senantiasa berhati-hati dengan penggunaan lafazh dan kata-kata yang akan diucapkan lisannya. Orang-orang beriman memiliki kata-kata yang mereka pergunakan pada waktu yang dihajatkan. Jika terjadi musibah dan datang bencana, mereka mengatakan,Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji`un. Jika mereka ditakut-takuti dengan sesuatu yang menakutkan dan diganggu dengan gangguan sebuah kabar mereka akan berucap, Hasbunallahi wa Ni`mal Wakil. Jika mereka tidak mampu membawa beban berat dan tidak mampu melakukan sesuatu, maka akan keluar ucapan, Laa Hawla wala Quwwata Illa Billahi Al-`Ali Aal-`azhim.[1] Ketepatan ucapan adalah gambaran ketepatan pendapat. Indahnya lafazh merupakan gambaran kesempurnaan akal, dan pemilihan kata yang tepat berasal dari cahaya akal budi.[2]
  1. Gemar membaca. Guru masa kini harus gemar membaca sehingga ilmu pengetahuan yang ia mimiliki tetap di up-gread (disesuikan dengan perkembangan masa). Kalau guru tidak gemar membaca tentunya pengetahuan yang dimiliki akan ketinggalan zaman. Dengan gemarnya guru membaca maka segala jenis dan bentuk pengetahuan yang ia miliki tetap relevan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ayah Edy mengatakan bahwaajarkan anak-anakmu sesuai dengan zamannya, jangan ajarkan anak mu sesuai dengan zamanmu, sebab ia hidup bukan pada zamanmu, tetapi pada zamannya. Dengan demikian, membaca merupakan kebutuhan atau makanan otak guru yang dapat mencerahkan pengetahuan yang dimiliki guru sehingga ia mengajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa yang sesuai dengan kehidupan di zamannya.
  1. Gemar menulis atau meneliti. Menulis bagi guru masa kini merupakan kewajiban, sebab apabila tidak, ia tidak bisa naik pangkat.Peraturan saat ini menyatakan bahwa setiap guru harus membuat karya tulis ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ketika ia mau naik pangkat dimulai dari pangkat/golongan III-b ke atas. Jadi, jika ia tidak mampu membuat PTK, maka pangkatnya akan jalan ditempat atau tidak bisa naik.

Peraturam ini tertuang dalam Permenpan dan Reformasi Birokrasi nomor Per/16/M.PAN-RB/11/2009 tanggal 10 Nopember 2009, tentang : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) menyatakan bahwa PERSYARATAN DALAM KENAIKAN GOLONGAN : Wajib sebagai syarat kenaikan pangkat/golongan III/a ke atas dengan minimal jumlah angka kredit yang bervariasi berdasar jenjang pangkat/golongannya.

Untuk itu, jangan pernah menghayal dan bermimpi jika guru bisa naik pangkat/golong tidak ada karya tulis ilmiahnya.

  1. Menguasai teknologi komputer. Guru masa kini harus menguasai komputer, sebab pada umumnya setiap pekerjaan sekarang ini hampir bisa dipastikan menggunakan media komputer. Untuk itu, guru masa kini haruslah memberikan contoh pada siswa tentang penggunaan komputer sehingga siswa tidak menyatakan bahwa ada guru yang ketinggalan zaman, guru kolot, tolol dan lain sebagainya.

B. Guru Masa Depan

Sebagai cerminan guru masa depan adalah ia tipe pekerja keras, ulet, pantang menyerah dan gemar menerima tantangan. Di samping itu, ia punyak daya jelajah pikiran jauh pada masa depan.

Apa yang orang lain belum pikirkan saat ini, ia sudah terlebih dahulu memikirkannya.

Orang melangkah satu langkah ke depan, tetapi ia sudah melangkah 10 (sepuluh) langkah ke depan.

Orang lain belum berbuat, tetapi ia telah melakukannya.

Orang lain belum mendapatkannya, tetapi ia sudah terlebih dahulu memilikinya.

Demikianlah gambaran guru masa depan yang diidam-idamkan semua orang.

Adapun perlakukan ideal guru masa depan adalah sebagai berikut :

  1. Mengajar tetap bersungguh-sungguh walau tanpa diawasi. Baginya menjadi guru adalah panggilan dan bernilai ibadah. Jadi mengajar merupakan beribadah kepada Allah swt, untuk itu, diawasi atau tidak diawasi tetap semangat dan sungguh-sungguh mengajar.
  2.  Terus-menerus melakukan terobosan-terobosan dan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.
  3. Merasa senang dan bahagia ketika mengajar. Malah, ia merasa tidak enak badan ketika tidak bisa masuk ke kelas untuk mengajar karena ada halangan yang tidak bisa dielakkan.
  4. Bersedia bekerja diluar jam tugas walaupun tanpa digaji atau dibayar uang lemburnya.
  5. Bekerja selalu diilhami oleh hati nurani, di mana menurut Ali Qaimi dalam buku Mengajarkan keberanian & kejujuran pada Anak mengemukakan bahwa ada empat kriteria orang yang selalu bekerja dengan hati nuraninya, yaitu :

(1)  Prilaku yang bersih dari perkataan bohong, tipuan, dan riya (pamer diri). Prilaku ini sesuai dengan tuntutan batin, selaras dengan keindahan, serta tidak disertai dengan kegelisahan atau keresahan.

(2) Nihil dari siksaan dan tipuan. Bila terdapat perilaku yang tidak baik, segera saja hati nuraninya menolak

(3) Senantiasa dibarengi dengan ketenangan  dan ketenteraman

(4) Dengan menghidupkan hati nurani, seseorang tak akan dilanda perasaan sesal dan berdosa, serta tidak ingin melakukan perbuatan buruk apapun.[3]

  1. Menguasai teknologi. Guru masa depan setidaknya sudah mahir dalam penggunaan komputer, di mana apabila perlu ia sudah menggunakan komputer sebagai media pembelajaran sehari-hari. Dengan demikian, ia telah menunjukkan keahlian dan kemahirannya menggunakan salah satu alat teknologi yang paling banyak manfaatnya pada masa-masa yang akan datang.

[1]Aidh Abdullah Al-Qarni, Berbahagialah, Al-Kautsar, Jakarta, 2005. Hlm.110

[2] Ibid, hlm. 111

[3]Ali Qaimi, Mengajarkan Keberanian & Kejujuran Pada Anak, 2003. hlm. 134

*Konsultan Pendidikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.