Oleh: Elviyanti*
Gegap gempita ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-69 sudah kita lewati beberapa hari yang lalu. Berbagai pesta rakyat menambah semarak, senyum merekah menampakkan kebahagian, gelak tawa anak bangsa seakan membuat banyak kalangan lupa bahwa masih banyak persoalan bangsa yang belum selesai, salah satu permasalahan bangsa ini adalah terkait krisis pemuda harapan. Pemuda yang mampu menjadi Changet Agent untuk bangsanya.
Belakangan ini pemuda disibukkan arus perkembangan budaya luar, salah satunya fenomena boy band dan girl band, dengan modal wajah dan suara paspasan mampu meraup pesona masyarakat, hingga kaya di usia muda. Hal ini menjadi inspirasi sesat anak muda dalam menentukan arah tujuan. Kebanyakan anak muda sibuk menghabiskan uang untuk mempercantik tampilan luar, tetapi nihil berkarya.
Selain itu, banyak juga pemuda yang aktif di berbagai kegiatan mahasiswa dan masyarakat yang tumbuh menjadi tokoh muda, pintar menarik massa, tetapi minus hasil perjuangan. Semua karena nilai-nilai dasar mulai pudar. Demi uang dan popularitas, kawan dimakan, integritas digadaikan, kemudian yang tidak pintar dijadikan dayang-dayang. Situasi seperti ini sangat memprihatinkan. Bayangkan jika suatu saat tangan-tangan jahil mereka yang mengurus bangsa ini.
Definisi Pemuda
Definisi pemuda menurut Pasal 1 Ayat 1 dari UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Jelas sekali, bahwa pemuda adalah elemen penting bangsa ini. Dari segi fisik, pemuda memiliki kekuatan lebih dibandingkan anak-anak atau lansia. Kebanyakan pemuda masih mengantongi kesehatan prima sehingga virus-virus penyakitpun enggan berdekatan. Hal ini memungkinkan seorang pemuda tumbuh produktif sehingga menghasilkan karya fenomenal yang berguna untuk bangsa dan negara.
Dari segi emosional, pemuda penuh gejolak. Jiwa muda mampu menghantam segala aral yang melintang, bersahabat dengan badai, bahkan berbagi dengan raja hutan. Visi ditanamkan dalam jiwa dan raga. Pemuda harapan memiki cita-cita yang akan diperjuangkan, peta untuk mengambil langkah, tangan dan kaki yang tidak pernah lelah berjalan. Bahkan darah dan air mata menjadi hal wajib dalam perjuangan. Hasan Al Banna, seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah mengatakan bahwa disetiap kebangkitan, pemudalah pilarnya, disetiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya. Dalam sejarah Islam kita juga sering menemui pemuda-pemuda hebat yang membatu perjuangan Rasullullah seperti Mushaib bin Umair, Ali bin Abi tholib dan Aisyah.
Merdeka atau Mati
Seandainya semua orang menyadari bahwa menjadi pemuda adalah fase terpenting dalam hidup. Pastinya semua pemuda bangsa ini tidak akan pernah melalaikan diri dengan berbagai kesenangan sementara namun memberi efek penderitaan jangka panjang. Semua pemuda dikaruniai kelebihan dan kekurangan. Pemuda harapan mampu memaknai potensi yang dimilikinya sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
Rasa syukur dapat dilihat dalam bentuk kesadaran memerdekakan diri, baik dari rasa malas, menunda, pesimis dan segala macam penyakit yang menyebabkan seorang pemuda menjadi makhluk kelas bawah. Dunia sudah terlalu penuh dengan beban dan masalah. Jadi tidak membutuhkan lagi pemuda yang minus kualitas dan moralitas.
Merdeka atau mati. Pemuda harus mampu mengambil keputusan untuk melakukan segala sesuatu secara total. Jika tidak, jangan sama sekali. Karena tidak ada pilihan setengah-setengah yang membawa kebahagian dalam hidup ini. Jika ingin berkontribusi untuk negeri, berkontribusilah dengan sepenuh jiwa dan raga. Lakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, baik dalam belajar, berorganisasi, dan bermasyarakat.
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan. Baik dengan belajar dengan sungguh-sungguh di pendidikan formal, mengasah bakat menulis, berprestasi dalam bidang olahraga, menjadi pemenang olimpiande matematika, menjadi entrepreneur sukses sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan, bahkan menjadi relawan untuk anak jalanan di lingkungan sekitar. Mari berbuat untuk bangsa, negara dan agama. Mulailah dari diri sendiri, mulai di ingkungan paling kecil dan mulailah sekarang karena menunda berarti tidak sama sekali.
Elviyanti, Penulis adalah Mahasiswi STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara Angkatan Ke IV*
Gi mn mau pemudapemudi maju..
Sedangkan mereka tidak di beri peluang utk melakukan krearivitasnya..