Persetalian Sejarah Asrama Lut Tawar dan M. Hasan Gayo

Jakarta | Lintas Gayo : Keberadaan asrama Lut Tawar tidak bisa dipisahkan dari sosok M. Hasan Gayo alm, salah satu tokoh Gayo yang berpengaruh di ibukota pada masanya (tokoh nasional). Hal ini terungkap dalam sebuah pertemuan sejumlah tokoh masyarakat, pemuda, dan mahasiswa berkumpul di Asrama Lut Tawar, jalan Muria 46, Manggarai, Jakarta Selatan, kemarin, Kamis (2/6) yang digagas Musara Gayo Jabodetabek.

Selain itu, M. Hasan Gayo juga disebutkan sebagai orang Gayo pertama (generasi awal) yang merantu ke Jakarta. Bahkan, kemajuan orang Gayo sendiri baik di Gayo maupun di perantauan tidak terlepas dari M. Hasan Gayo. Lantas, siapakah M. Hasan Gayo?

M. Hasan Gayo lahir tahun 1923 di Lukup, Takengon, Aceh Tengah. Tahun 1939-1942 bersekolah di Sekolah Normal Islam, selanjutnya di Inlandsche Vervolgschool dan Sekolah Lanjutan Almuslim, yang semuanya di tempuh di Aceh. Tahun 1942, berangkat ke Jawa lewat jalur darat dan meneruskan ke Perguruan Tinggi di Jakarta.

Pada tahun 1943-1944, menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Islam pimpinan H. Kahar Muzzakir. Juga, mengikuti kursis politik di Asrama Indonesia Merdeka, pimpinan Mr. Ahmad Soebarjo, yang gurunya, diantaranya adalah Ir. Soekarno, Muammad Hatta, dan lain-lain. Pada saat itu, Hasan Gayo tidak bisa meneruskan sekolah karena memuncaknya Perang Asia Timur Raya.

Kemudian, Hasan Gayo terjun ke dunia politik dan aktif dalam pergerakan pemuda-mahasiswa untuk mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Setelah aktif berjuang dalam revolusi bersenjata, tahun 1949-1978, selain menjadi wartawan pelbagai surat kabar. Tahun 1960-1967, M. Hasan Gayo jadi Anggota MPRS. Disamping itu, tahun 1962-1964, jadi anggota Musyawarah Perancang Pembangunan Nasional, anggota Badan Pembantu Otorita Sumatra Highway, dan aktif dalam organisasi Angkatan 45 Menteng 31 Jakarta, Sekretaris Jiwa Angkatan 45, dan bergerak di bidang swasta.

Saat jadi anggota MPRS yang diketuai Chairul Saleh, bersama Harsono Ciokroaminoto, Fran Seda, Sakirman, dan Kolonel Dominggus Nanlohi, M. Hasan Gayo ikut pula membantu meneliti lebih jauh mengenai apa dan bagaimana demokrasi terpimpin ketika itu dalam Badan Pembantu Pimpinan yang dibentuk Chairul Saleh.

Dalam riwayat yang lain, saat Soekarno, Presiden RI, menawarkan jabatan Menteri Urusan Veteran kepada Chairul Saleh, sebelum menerima jabatan tersebut, Soekarno meminta agar Chairul Saleh berdiskusi dengan Pimpinan Panitia Penyaluran eks Laskar Rakyat Jawa Barat. Pertemuan itu berlansung di rumah Chairul Saleh sendiri, jalan Lombok, Jakarta yang dihadiri M. Hasan Gayo, ditambah Zainal Simbangan, Bustami, Alizar Thib, Ma’riful, Harun Umar, dan Sumarsono.

Saat ini, nama M. Hasan Gayo diabadikan menjadi nama Lapangan Pacuan Kuda Tradisional Gayo di Belang Bebangka. Juga, jadi salah satu nama jalan di pusat Kota Takengon (Win Kin Tawar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments