Membangun Stigma Positif di Masa Pandemi


Catatan : Rahmat Erik Aulia*

Virus Corona atau lebih akrab dengan sebutan Covid-19, merupakan pendemi yang bisa dikatakan sangat berpengaruh secara global. Kini Covid-19 menjadi momok menakutkan di kalangan masyarakat terutama dalam aspek sosial dan ekonomi.

Kini Covid-19 nyata terjadi di dataran tinggi Gayo, terbukti dengan semakin meningkatnya pasien yang terpapar virus Covid-19 setelah melakukan tes swab pada Balitbangkes Aceh. Namun masyarakat banyak yang tidak menghiraukan protokol kesehatan, memakai masker dan menerapkan sosial distancing.

Usut punya usut ternyata penyebab awal dari salah satu pasien klaster asal Bener Meriah tersebut pernah mengunjungi RSUD Datu Beru Takengon untuk menjenguk keluarganya sedang dirawat.

Ketika ada informasi yang beredar di Bener Meriah ternyata keluarga pasien yang pernah mengunjungi RSUD Datu Beru tersebut telah di nyatakan positif corona, sehingga direktur RSUD Datu Beru dr.Hardi Yanis pun menelusuri siapa saja yang pernah berhubungan atau kontak fisik dengan pasien tersebut. Setelah ditelusuri jumlahnya 10 orang dan 2 orang dinyatakan positif setelah hasil swab Balitbangkes Aceh keluar.

Status zona hijau di Aceh tengah kini telah berubah menjadi zona kuning yang selama ini nihil kasus positif Covid-19, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah pemerintah Aceh tengah dan tim gugus tugas penanganan Covid-19. Namun perlu di garis bawahi Virus Corona adalah musuh yang tak tampak jika ingin melawannya kita harus, memutus rantai penularannya dengan syarat menaati protokol kesehatan, menjaga sistem imun dengan meminum suplemen yang dapat menaikkan daya tahan tubuh.

Menurut saya Covid-19 telah membuat siapapun yang terkena dan dinyatakan positif seolah – olah mendapat stigma negatif dari masyarakat di sekitarnya. Itu ditandai dengan masyarakat resah dan panik, serta mereka berasumsi bawasannya Covid-19 adalah sebuah penyakit kutukan sehingga masyarakat mengucilkan penderitanya sampai psikis pasien tersebut terganggu.

Seharusnya kita sebagai makhluk sosial membangun stigma positif dengan memberikan empati, support, dan jangan mengucilkan penderitanya karena itu bukan lah sebuah aib melainkan suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

Padahal Covid-19 bisa di sembuhkan sampai 90 %, tetapi seakan – akan pasien Covid-19 tidak mempunyai harapan hidup untuk esok. Edukasi terhadap masyarakat dan pasien sangatlah penting pada masa pandemi dikarenakan pemicu utama down nya pasien Covid-19 adalah tingkat stress sehingga sugesti otak merespon negatif.

Sejak pandemi covid-19 masuk khususnya di Aceh seluruh masyarakat menjadi panik serta mencari penangkal Covid-19 seperti hand sanitizer, disinfektan sampai menimbun masker demi menjaga dari terpaparnya virus Corona.

Hal tersebut sebenarnya sangat berlebihan padahal yang utama adalah, menerapkan protokol kesehatan serta rajin mencuci tangan saja sudah cukup meminimalisir terjadinya resiko terpapar Covid-19.

Intruksi Presiden melalui gugus tugas penanganan Covid-19 untuk Indonesia dengan menerapkan new normal, membuat masyarakat berasumsi virus Corona telah mengalami degradasi tapi kenyataannya kita belum siap menerapkan new normal dengan mengikuti protokol kesehatan.

Edukasi merupakan salah satu hal yang kongkret dalam memberi wawasan terhadap masyarakat, karena kini masyarakat mulai acuh tak acuh dengan Covid-19 terlihat setelah munculnya berita yang beredar dari berita, media sosial maupun media masa tidak memberikan efek apapun selain panik dan rasa resah di kalangan masyarakat.

Corona belum berakhir ia akan terus menghantui kita apabila protokol kesehatan diabaikan, rasa takut beserta panik berlebihan. Dengan cara membangun stigma positif dan menaati peraturan dalam new normal saya rasa kita bisa melawan Covid-19.

Mungkin dengan adanya edukasi dan membangun stigma positif adalah hal yang relatif positif karena Covid-19 menyerang sistem imun tubuh manusia, oleh karena itu marilah jadi masyarakat yang produktif mencegah dan memutus rantai penularan Covid-19.

* Koordinator Gayo Lawan Corona ( GALACO) dan Mahasiswa Profesi-Ners STIKes Darussalam Lhokseumawe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.