Catatan : Syah Antoni*
Siapa yang tak kenal Suling Gayo ?, salah satu alat musik kebanggaan masyarakat Gayo yang telah melalang buana. Mashur karena kelembutan suara yang dihasilkan, suara yang lazimnya mampu menjadi dinamisator suasana hati para pendengarnya.
Sama seperti alat musik tiup lainnya, untuk bisa memainkan suling Gayo dibutuhkan keterampilan, ketekunan, latihan yang cukup, serta ketersediaan suling Gayo itu sendiri. Tidak seperti alat musik tradisional lain yang sebagian eksistensinya mulai kabur, suling Gayo cukup diminati generasi muda di Dataran Tinggi Gayo. Hal tersebut terbukti dari banyaknya konten – konten musik ataupun video seniman muda Gayo meracik musik menggunakan suling khas dari daerah berhawa sejuk tersebut.
Salah satu seniman muda Gayo yang pantas dijuluki Pawang Suling Gayo adalah Rizkan Fahmi. Julukan pawang suling merujuk pada kemampuan sang seniman menjinakkan nada – nada fals yang dihasilkan suling tersebut.
Kemampuan Rizkan Fahmi memainkan suling tidak perlu diragukan lagi, puluhan ribu penonton pada konten – konten video di youtubenya menjadi salah satu bukti. Selain itu, Fahmi juga sering diundang untuk tampil pada acara – acara lintas paguyuban maupun sebagai penghibur di acara pesta pernikahan.
Selain suling, mahasiswa yang terdaftar di jurusan seni Unsyiah ini juga sangat piawai memainkan alat musik lain, seperti saxophone, gitar klasik dan harmonika. Ia juga mahir menyanyikan lagu didong, dalam beberapa kesempatan, ia juga pernah menjadi penari guel.
Fahmi lahir di Takengon pada 09 januari 1999, ia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Darah seniman mengalir dari sang ayah yang merupakan seorang pegawai negeri sipil sekaligus seniman seni rupa. Keinginan bermain suling secara intens dimulainya saat SMP, ketika itu Fahmi lama berguru pada peniup suling Gayo sekaligus Ceh Didong legendaris Daud Kala Empan yang saat ini aktif di klub Didong Biak Cacak Toa. Berawal dari hal itu juga, Fahmi memiliki kedekatan emosional dengan sang maestro didong sampai memanggilnya dengan panggilan Awan.
Dalam karir sebagai seniman, puncak dari prestasinya adalah saat menjadi pemenang nominasi peniup suling terbaik pada acara Nahma Ni Gayo yang diselenggarakan salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang seni di Kuta Raja, Banda Aceh. Selain itu, ia juga pernah ditunjuk sebagai perwakilan Aceh mengikuti Peksiminas di Jogjakarta. Peksiminas merupakan kompetisi di bidang seni bagi mahasiswa Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud.
Saat ini, selain menyelesaikan kuliahnya, penggemar musik jazz ini tetap aktif dengan perannya sebagai seniman. Tidak cukup dengan tiupan sulingnya dalam lagu berjudul Bohmi yang cukup sukses sampai direview beberapa youtuber Aceh, atau lagu berjudul harmoni yang membuat jatuh hati orang nomor satu Bener Meriah saat itu, H. Abuya Syarkawi, Fahmi terus berupaya menciptakan karya – karya yang tak kalah bagusnya. Baik karya yang ditelurkannya secara solo maupun bekerjasama dengan seniman – seniman muda Gayo lainnya. Disamping itu, Fahmi terus mengasah kemampuan bermain sulingnya. Tidak hanya suling, ia juga mempertajam kemampuan memainkan saxophone dengan berlatih bersama guru – guru saxophone lokal Aceh, nasional, bahkan guru Saxophone dari luar negara.
Rizkan Fahmi adalah satu dari banyak seniman muda Gayo yang perlu mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Baik pemerintah, pelaku maupun pemerhati seni. Suling Gayo adalah identitas Tanoh Gayo, bagian dari budaya yang harus dijaga kelestariannya. Salah satu cara pemerintah atau kita menjaga keberadaan suling Gayo adalah dengan mendukung dan mengapresiasi seniman – seniman muda baik secara moril maupun materi.
Comments are closed.