by

Sosok Pelopor Kepemimpinan Perempuan

Nurhayati Sahali, S.Pd.I, dilahirkan di Kota Blangkejeren pada tanggal 29 September 1972. Pada mulanya ia diberi nama “Raihanah”  yang artinya “pintu/bunga surga”, namun dalam adat istiadat Gayo, bila setelah anak ditabalkan namanya dan sering sakit, maka nama anak tersebut harus diganti dengan nama yang lebih ringan maknanya. Digantilah nama “Raihanah” menjadi “Nurhayati” yang artinya “cahaya kehidupan”.

Perempuan yang hobi membaca ini, anak dari seorang bapak yang bernama Sahali alias Cibit, bersuku Gayo asal Kampung Kutelintang. Pada tahun 40-an, orang tua Nurhayati (Pak Sahali  menjabat sebagai Wedana (camat). Dimasa mudanya, Pak Sahali terkenal sebagai joki dan pemain bola yang handal. Sedangkan ibunya seorang perempuan cantik dan sangat lembut yang bernama Ratna Sari. Ibu Ratna Sari yang berdarah Minang, sangat piawai dalam hal memasak, mengait, menyulam, menyanyi dan menari.

Sekolah Dasar Muhammadiyah Blangkejeren merupakan jenjang pendidikan dasar pertama yang ia kecap. Namun ketika naik kelas II SD, ibunya memboyong anak-anak pindah ke Kutacane.  Kelas II hingga kelas VI diselesaikan Nurhayati di SD Negeri Inpres No. 1 di Lawe Bulan, Kutacane, Aceh Tenggara. Berbekal kemampuan analitiknya yang tinggi, walaupun masih SD, ia sudah merasakan diskrimasi pandangan guru dan teman-teman tentang tanah kelahirannya Blangkejeren yang identik dengan keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan.  Hal ini menyebabkan mental “Sang Juara” telah dibangunnya sejak usia SD. Nurhayati bertekad, benar-benar harus menjadi sang juara di kelasnya.

Sejak usia kelas II SD Ia telah diajarkan berdagang oleh ibunya dengan membawa makanan ke sekolah, menitip es disekolah-sekolah sehingga ia mampu membiayai kebutuhannya sendiri. Selain itu ia juga  menjadi kacung (penjaga bola) di Lapangan Tenis Kabupaten. Pendapatan sebagai kacung lumayan besar pada saat itu, setara dengan Rp. 5000.- Rp. 10.000.- jika diuangkan dengan kondisi saat ini. Mungkin ada yang tidak percaya tetapi demikianlah adanya. Kehidupan masa kecil beliau seperti layaknya sinema-sinema anak di televisi.

Perempuan yang berjiwa baja ini, kerap mengikuti beragam kompetisi mulai dari SD sampai tingkat perguruan tinggi. Pada setiap kompetisi, ia hampir selalu mendapatkan peringkat terbaik. Diantaranya juara bersepeda, juara cerdas cermat 4 tahun berturut-turut, pelajar teladan SMP dan SMA tingkat kabupaten, lomba MTQ, dan berbagai even dalam lomba pidato dan dakwah.

Kepiawaanya dalam memimpin, tidaklahlah datang begitu saja. Akan tetapi melalui tempahan pengalaman. Ia mulai aktif berorganisasi sejak SMP, ia terpilih menjadi satu-satunya ketua OSIS SMP dan SMA yang satu-satunya perempuan masa itu. Ia juga aktif di organisasi Remaja Masjid dan Nasyiatul Aisiyah.

Pada tahun 2003 – 2010, ia diamanahkan menjadi ketua DPD PKS Gayo Lues (satu-satunya perempuan se-Indonesia). Berbagai program ia lakukan untuk melayani masyarakat. Diantaranya program tanggap bencana, tebar hewan kurban, paket lebaran untuk anak yatim dan duafa serta program bea siswa pendidikan untuk 400 (empat ratus) generasi Gayo Lues mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi, yang disebar ke pulau sumatera dan jawa. Bahkan salah satu putra Gayo asal Pintu Rime Kecamatan Pining telah mendapatkan beasiswa ke Malaysia jurusan syariah.

Pemilu legeslatif 2009 mengantarkannya menjadi satu-satunya anggota DPRK Gayo Lues yang perempuan. Ia diamanahi sebagai Ketua Badan Legeslasi, Sekretaris Badan Anggaran dan Sekretaris Komisi D yang membawahi Dinas Pendidikan, Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah, Sosial dan Syariat Islam. Selama 3 tahun anggaran yakni 2010, 2011 dan 2012 keberpihakannya kepada masyarakat telah berhasil memperjuangkan penambahan insentif imam desa, penganggaran pengadaan baju perwiritan, peningkatan anggaran pendidikan, peningkatan anggaran kesehatan dan pengesahan lebih dari 9 (sembilan) Qanun inisiatif dan qanun eksekutif. Prestasinya sebagai pelopor kepemimpinan perempuan mendapat penghargaan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2010 dalam Expo Budaya Leuser Antara di Takengon, Aceh Tengah.

Nurhayati menikah dengan Ahmad Zaini, S.Pd.I, S.H yang sedang menempuh pendidikan Magister Kenotariatan di Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara. Dari hasil pernikahan ini, mereka dianugrahi dua orang buah hati, Mujahidah Belangi SD kelas 2 (6 tahun) dan M. Hilmi (4 tahun). Kesehariannya selain beraktifitas sebagai aktivis dakwah, dan anggota legeslatif, ia juga sama seperti ibu rumah tangga yang lainnya, memasak, mencuci, berbelanja, mengurus anak dan suami.

Pada pemilukada 2012 mendatang, masyarakat meminta beliau maju menjadi salah satu kandidat yang akan bertarung dalam kancah pemilihan kepala daerah. Ia maju berpasangan dengan Mayor Karim Cukup melalui jalur independen. Dengan tekad yang tulus mengemban amanah rakyat, ia menandatangani kontrak politik kepada masyarakat yakni menginfakkan 50 % gaji wakil bupati selama 5 (lima) tahun untuk kepentingan beasiswa pendidikan anak yatim dan duafa yang khusus pada bulan pertama diinfakkan untuk mesjid Asal Penampaan.

Biodata

Nama :  Nurhayati Sahali, S.Pd.I

Lahir :  Kutacane, 29 September 1972

Suami  :  Ahmad Zaini, S.Pd.I, S.H.

Anak  :  2 orang

  • Aisyah Mujahidah Belangi
  • Muhammad Hilmi Az-Zuhra

Pengalaman Kerja :

  • Teller (Kasir) Bank BRI Unit Kutacane  (1996 – 1998)
  • Manager Apotik Sentosa Kutacane  (1999 – 2000)
  • Anggota DPRK Gayo Lues  (2009 – Sekarang)

Riwayat Organisasi :

  • Bendahara DPD Partai Keadilan  Aceh Tenggara (1998 – 2000)
  • Sekretaris DPD Partai Keadilan Aceh Tenggara   (2000 – 2001)
  • Ketua Komisi Perempuan MPU Gayo Lues  (2003 – 2008)
  • Sekretaris BKMT Gayo Lues  (2006 – 2009)
  • Sekretaris Yayasan Beasiswa Aceh Gayo   (2008 – Sekarang)
  • Ketua DPD PKS Gayo Lues  (2003 – 2010)

Pendidikan   :  S1 – PAI

Comments

comments