Penyair Ibrahim Kadir Terima Anugerah Seni

BANDA ACEH – Seorang teman seniman,yang juga Rektor Sekolah Menulis Dokarim, Fauzan Santa mengabarkan kepada The Atjeh Post, kalau dia sedang bersama Ibrahim Kadir, seorang seniman serba bisa asal Gayo, Sabtu (17/9). Kata Fauzan, dia menemani Ibrahim Kadir, karena sang seniman yang belakangan memang jarang ke Banda Aceh, datang untuk menerima anugerah seni yang diberikan pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, senin (19/9) di Taman Budaya Banda Aceh.

Ibrahim Kadir memang dikenal sebagai kreografer tari Guel. Dialah orang pertama yang menggarap tarian massal di Aceh sewaktu acara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke 12 Tingkat Nasional di Banda Aceh tahun 1981, Kreografer MTQ Tingkat Provinsi Aceh 1979, serta penulis dan designer tari masal di Padang Sumatera Barat tahun 1983. Ia juga menulis buku tentang Tari Guel (1989), juga menulis buku pegangan dosen tentang metode mengajar dan menata tari di Universitas Sumatera Utara.

Sejumlah karya-karyanya telah memperkaya sastra Gayo. Dia juga pencipta lagu Gayo. Lagu yang paling terkenal dia tulis berjudul Batil (lampuan), sebuah lagu tarian sejenis Ranup Lampuan kalau di pesisir Aceh.

Ibrahim Kadir punya intensitas berkesenian yang tidak pernah berhenti sampai tua, dan itupula yang membikin namanya dikenal oleh masyarakat seni nasional dan internasional. Sedikitnya ada 85 puisi berbahasa Gayo yang di tulis sejak tahun 1953. Dia juga pemain film ā€œTjoet Nja’ Dhienā€ (1990, Sutradara Eros Djarot), ā€œPuisi Tak Terkuburkanā€ (2000, Sutradara Garin Nogroho), film dokumenter ā€œPenyair Dari Negeri Lingeā€ (2001, sutradara Aryo Danusiri).

Film ā€œPuisi Tak Terkuburkanā€ Ibrahim berhasil mendapatkan penghargaan ā€œSilver Screen Award For Best Asian Actorā€ pada Festival Film Singapura 2001, dan ā€œThe Best Actorā€ dalam Festival Film Cinefan India 2001, serta penghargaan pemeran terbaik ke 2 dalam Festival Film Jokarno Italia 2000.

Puis-puisi Ibrahim Kadir juga terhimpun dalam ā€œKumpulan Puisi Gayo-Indonesiaā€ 1971, ā€œDatu Beruā€ (Didong Puisi), ā€œGentalaā€ (antologi Puisi 1972), ā€œMalem Dewaā€ (antologi Puisi, 1973) dan ā€œPembangunan Pesantren Nurul Islam Dalam Untaian Puisi Gayo-Indonesiaā€ tahun 2000. (Jauhari Samalanga | Atjeh Post)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.