
Oleh, Misdal SPd*
Hati merupakan komponen inti dari segala prilaku manusia, jika hatinya (bathin) baik, maka prilakunya (zahir) akan baik, begitu juga sebaliknya.
Hati merupakan sumber dari kebaikan atau keburukan manusia, sehingga hati bisa menjadi pengarah bagi indrawi yg dimiliki manusia.
Manusia bisa menjadi jahat dan keji ketika memiliki hati yg buruk dan busuk, manusia juga bisa menjadi terpuji dan mulia jika memiliki hati yg baik dan suci.
Rusaknya hati bisa menjadi gelap, keras dan sulit menerima kebenaran yg murni. Manusia merupakan makhluk yg istimewa dgn segala perangkat yg diberikan Allah SWT, baik perangkat keras (jasad) maupun perangkat lunak (akal&hati).
Semua perangkat tersebut, senantiasa memiliki tujuan dan kebermanfaatan bagi tubuh manusia itu sendiri. Semua perangkat harus dijaga dan dilestarikan dgn baik, karena jika tidak, maka akan rusak dan tidak berfungsi dgn baik.
Hati dlm Islam merupakan perangkat lunak yg mempengaruhi perangkat keras((jasad), sehingga apa yg terjadi pada hati, maka akan berdampak pada jasad.
Jika hati baik, maka baiklah anggota badan yg lain, sebaliknya jika hati rusak, maka rusak pula anggota anggota badan lainnya.
Diriwayatkan oleh Imam Nawawi Al-Batani, sesungguhnya rusaknya hati itu disebabkan oleh 6 perkara yaitu:
1. Sengaja berbuat dosa dgn harapan kelak taubatnya diterima. Pernyataan tsb berarti sama saja meremehkan dosa, meskipun dosa yg ringan, maka dosa tsb menjadi besar disisi Allah.
2. Mempelajari ilmu namun tidak mau mengamalkan nya, sehingga ilmu tsb hanya sekedar teori bukan praktek. Jika se org hamba mempelajari sesuatu ilmu dgn tujuan untuk di amalkan, maka ilmu akan membuatnya semakin merunduk, jika se org hamba mempelajari ilmu bukan utk di amalkan, maka itu hanya akan membuatnya sombong.
3. Ketika beramal tidak iklas. Beramal merupakan perbuatan yg baik, karena akan memberi kebaikan bagi dirinya dan sekelilingnya, tetapi kadang juga beramal menjadi tidak bermakna dan berpahala, ketika tidak dilandasi dari rasa ikhlas, atau bahasa sekarang hanya sekedar pencitraan dan pansos semata.
4. Memakan rezeki Allah namun tidak mensyukurinya. Rezeki merupakan karunia Allah SWT yg diberikan kepada hambanya. Jadi sudah sepantasnya kita semua utk selalu mensyukurinya dari setiap apapun yg diberikan kepada kita. Rasullullah bersabda, yg artinya: Barang siapa tidak mensyukuri yg sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yg banyak.
5. Tidak Ridha (tidak puas) dgn pemberian Allah. Ridha dgn pemberian Allah merupakan sifat qana ah yg akan membuat hati sese org merasa cukup dan merasa puas dgn rezeki yg dia miliki, ia juga tidak menuntut lebih terhadap apa yg sudah ada di tangannya. Karena bagi mereka harta dan segala yg diberikan Allah merupakan titipan semata.
6. Menguburkan jenazah, namun enggan mengambil pelajaran dari kematian mereka. Sebaik- baik manusia merupakan yg dpt mengambil hikmah dari peristiwa kematian. Karena kematian bukan hanya sekedar takdir, melainkan hikmah dan nasehat dari Allah utk yg masih hidup. Karena dgn kematian manusia tidak terlalu bernafsu utk mengejar kenikmatan dunia.
*Penulis adalah pensiunan ASN di Lingkungan Pemkab Bener Meriah.
*Tulisan ini merupakan resume Kultum pagi di Masjid Agung Babussalam Kab. Bener Meriah, Selasa (04/03/2025).