Seribuan Makam di Linge, Bukti Otentik Masa Kejayaannya

Oleh : Irwandi MN*

Komplek Makam Reje Linge (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)
Komplek Makam Reje Linge (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)

BERCERITA Kerajaan Linge massa lalu seperti tak pernah habisnya, setidaknya hal itu yang dirasakan oleh masyarakat  Gayo  di  wilayah pedalaman Aceh. Mereka berupaya merangkai identitas  untuk  mengungkap dan mencari jatidirinya.

Tim Balar Medan yang sedang melakukan penelitian dan ekskavasi di sana hingga kini belum menemukan prasasti atau sumber tulis  untuk mengungkap secara menyeluruh keberadaan  Kerajaan Linge masa lalu. Namun, adanya sekitar seribuan kubur  di antara makam Reje (raja) Linge  merupakan bukti otentik kerajaan tersebut pernah ‘berkibar’.

“Bila dinilai dari jumlah penduduk yang hanya puluhan KK menetap di Buntul Linge saat ini.  Sepertinya Tidak mungkin  lokasi penguburan manusianya bisa menghabiskan satu gunung dengan jumlah makam  cukup banyak. Dari itu, saya menilai pada saat itu Linge ini pernah menjadi  daerah pemukiman dengan jumlah warga begitu padat,” jelas  Lucas Partanda Koestoro, ketua tim arkeologi, kepada Waspada, saat mengunjungi  lokasi Makan Reje Linge di Buntul Linge, Aceh Tengah.

Dia mengatakan, dimungkinkan di masa kejayaan Kerajaan Linge selain, penduduknya telah mengenal ilmu pertanian, dagang (barter) juga telah mengenal dan mengikuti perkembangan zaman  dengan baik. Hal ini diperkuat dengan temuan fragmen keramik dan gerabah,  diduga merupakan barang mewah pada masanya.

“Kesimpulan kami sementara, mereka mengenal benda mewah karena  punya selera dan indikasinya memiliki budaya yang tidak rendah. Selain itu keberadaan makam yang rapat ditengah belantara hutan ini bisa membuka sejarah, bagaimana  keberadaan kerajaan Linge saat itu,” terang Lucas, sembari menambahkan tingkat ekonomi penduduk Linge waktu itu sangat tinggi,  diperkirakan berlangsung sekitar abad 19 sampai awal abad 20 masehi.

Diprediksi, Kerajaan Linge Terpendam di Bawah Tanah

Titik ekskavasi di Buntul Linge (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)
Titik ekskavasi di Buntul Linge (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)

Secara bersamaan, Dani Sutrisna, merupakan ahli arkeolog lainnya dari Balar Medan  mengatakan, keberadaan fisik kerajaan Linge diprediksi  telah terpendam di dalam tanah, dan posisi tepatnya ditaksir berada di bagian bawah umah pitu ruang (rumah adat Gayo) yang hingga saat ini masih berdiri kokoh.

“Dari keterangan tetua di sini, ada kemungkinan bentuk fisik kerajaan ada dibawah tanah di lokasi  berdirinya  rumah adat Gayo ini. Namun tidak mudah untuk membuktikannya. Hal ini selain membutuhkan waktu, juga musti ada temuan lain yang mengarah kepada pengakuan warga ini,” ucapnya.

Dia menambahkan, dalam ekskavasi dan penelitian yang dilakukan pihaknya di Buntul Linge, hingga saat ini  penggalian masih dilakukan diluar benteng lokasi  kerajaan.  Tidak dibagian dalam . Hal ini karena belum adanya izin dari pihak penjaga makam.

“Ada tiga titik yang kami gali di luar benteng lokasi kerajaan dalam penelitian kali ini. Dari situlah fragmen (pecahan)  gerabah, keramik  dan tulang ditemukan pada kedalaman 50 centimeter,” sebut Dani.

Nuansa Mistis di Lokasi Kerajaan Linge

Abd Razak Aman Jalil, merupakan juru makan Reje Linge, dalam keterangannya menyebutkan, bagi pendatang yang mengunjungi lokasi ; makam dan umah pitu ruang atau tempat berdirinya kerajaan Linge, harus bersikap sopan sesuai aturan. Sementara bila melanggar, bisa tejadi sesuatu yang tak dinginkan.

“Pernah kami lihat, sekelilingi kerajaan ini mengeluarkan cahaya dengan sinar yang cukup terang. Hal ini setelah adanya rombongan pengunjung yang masuk ke sana tanpa permisi. Mereka akhirnya berlarian keluar dan untung tidak terjadi apa-apa,” ungkapnya.

Dari itu katanya, hendaknya bagi siapa saja yang berkunjung dan melakukan aktifitas di sana, hendaknya terlebih dahulu meminta izin. Guna menghindari terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Secara terpisah, Gecik Buntul Linge, Karismansyah menyebutkan, keberadaan wilayah kerajaan tersebut merupakan tempat yang ‘dihormati’ oleh warga di sana. Masyarakat secara bersama menjaga dan melestarikan keberadaannya.

“Kami telah menetap secara turun temurun di Buntul Linge ini. Mayoritas rakyat kami bersawah dan mengembangkan ternak. Ada juga sebagian yang berbudidaya coklat, kopi robusta dan berbudidaya tanaman lainnya,” ringkasnya.

Temuan Balai Arkeologi (Balar Medan) berupa fragmen gerabah, keramik dan tulang  di Buntul Linge, Aceh Tengah, setidaknya telah menguak  tabir sejarah  keberadaan Kerajaan Linge  dan manusianya di masa lalu.  Akankah mereka  menemukan temuan berikutnya dalam ‘misinya’ ke Gayo ini? Semoga…..(Habis)

*Wartawan Harian Waspada. Tulisan ini sudah pernah di harian Waspada edisi 27 Nopember 2012

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.