Lintas Gayo | Banda Aceh – Persatuan Mahasiswa Takengon-Bener Meriah menggelar Maulid Nabi SAW, Minggu (10/3/2013). Acara yang bertempat di aula Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry dengan penceramah Drs Ali Abu Bakar,M.Ag.
Dalam paparannya, Ali Abu Bakar mengatakan tradisi maulid di Provinsi Aceh merupakan tradisi yang luar biasa karena dirayakan hingga empat bulan mulai dari bulan Rabiul awal hingga Jumadil akhir.
Penggagas maulid awalnya adalah khalifah Abu Tamim yang bergeral Al-Mu’iz li Dinillah (341-365 H/953-975 M) penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bertujuan untuk mempopulerkannya sebagai pemimpin.
Sedangkan pada masa selanjutnya yaitu Salahudin Al-ayyubi dari dinasti Ayyubiyah mengadakan maulid bertujuan untuk membakar semangat kaum muslimin untuk berjihat melawan musuh pada perang Salib yang berlangsung hampir dua abad yaitu 1096-1291.
Lebih lanjut dosen fakultas Syari’ah ini mengatakan Semangat meniru berarti semangat meniru Rasul salah satunya memiliki identitas diri. Salah satu identitas umat muslim adalah disiplin, etos kerja tinggi, bersih dan rendah hati.
“kita bandingkan dengan identitas Gayo yaitu dengan modal kemel, pemurah, setie dan menet maju. Namun jika terjadi peluberan akan menjadi pekemel, pemurah menjadi tiris (royal), setie mujadi soro gadung sedangkan menet maju jika sudah terlalu maka akan menjadi run ranun,” ujar Ali.
Adapun upaya yang dilakukan adalah bidik, mersik, lisik, terdidik sehingga melahirkan generasi yang mersik dan akan menciptakan Sumber Daya Manusia yang paripurna sedangkan jika terjadi peluberan dari upaya itu menjadi cango, cico, celo dan coco sehingga menjadi sumber Daya Manusia yang rapuh.
“Identitas Gayo adalah ajaran nabi yang diformulasi,” tutupnya.(Zuhra Ruhmi/red.04)
