Gayo Lues Jelang Pilkada Mulai Memanas (Bag 1)

Akhir-akhir ini sungguh ramai dan semarak pemasangan spanduk dan baliho maupun stiker terutama pada waktu menjelang pemilihan bupati dan wakil bupati di Gayo Lues. Spanduk tersebut menghiasi sudut-sudut kota Belang Kejeren dan juga di jalan-jalan yang dianggap strategis dan dipersimpangan jalan hingga di pedesaan. Dipasang di lokasi strategis, bahkan tempat yang tidak pantas seperti, tiang listrik dan kios-kios, serta di tempat lainnya, dengan maksud agar dapat dilihat secara luas dan jelas oleh masyarakat.

Di tengah daerah ini akan menyelenggarakan pesta demokrasi lokal yang masih lama lagi, maraknya pemasangan spanduk yang dilakukan oleh politisi, pejabat publik dan kalangan independen untuk memperkenalkan diri melalui spanduk, menimbulkkan kesan seolah-olah mereka sudah curi start kampanye. Hal ini cukup beralasan karena bunyi teks yang tertera dalam spanduk sudah bernuansa kampanye, yang secara jelas merayu membujuk serta mengajak publik untuk bersimpati kepadanya. Namun si pemasang spanduk mempunyai asumsi bahwa mereka tidak melakukan curi start kampanye, Argumentasi mereka, karena tidak ada kata-kata pemilihan kepala daerah di sana.Aspek lain yang mendasari pemasangan spanduk bernuansa kampanye dilakukan, kemungkinan dirasakan masa kampanye yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan terlalu singkat hanya lebih kurang 14 hari, karenanya momentum gratis itu menyapa publik melaui media seperti spanduk benar-benar dimanfaatkan.

Asumsi tersebut sangatlah masuk akal dan logis , karena sangat sedikitnya waktu yang diberikan untuk berkampanye, sehingga para kandidat balon cabup/cawabup ini lebih memilih menggunakan spanduk dan baliho atau pun stiker yang berukuran besar mau pun kecil yang siap di pasang dan ditempel-tempel, untuk memudahkan mereka agar dikenal di tengah-tengah masyarakat, sehingga perang spanduk pun terus berjalan.

Para kandidat pun tidak mau kalah, dengan jargon yang terkadang bertolak belakang dengan kandidat lainnya seolah-olah bertentangan, Demikian pula dengan pendukung/simpatisan dari masing-masing kandidat saling adu argumen bahwa kandidatnya lah yang terbaik, dengan kata – kata sindiran bahwa kandidat lain tidak sehebat kandidat yang didukungnya, sehingga terjadilah pergolakan dan perpecahan antara pendukung kubu kandidat, dilain sisi mahasiswa pun yang seharusnya bersipat netral malah ada yang ikut-ikutan dalam pilkada raya ini bukan tidak boleh mahasiswa ikut dalam perpolitikan tapi alangkah baiknya mereka-mereka yang berintelektual tinggi ini netral tidak memihak kesiapun bukan malah ikut memanas-manasi suasana, sebagian masyarakat bingung harus mendukung yang mana di antara kandidat yang muncul, kandidat yang ikut berkompestisi untuk mendapat gelar Bupati Gayo Lues periode 2012-2017, merupakan orang-orang lama, sedikit banyaknya masyarakat sudah tau sepak terjang dari masing-masing dari pada balon-balon yang ikut meramaikan pekan raya pemilihan kepala daerah Gayo Lues, kandidat yang muncul dan ikut berkompetisi pemilukada ke-3 untuk daerah gayolues ini, tidak tertutup kemungkin akan muncul nama-nama calon baru namun yang muncul dan telah menampakkan dirinya. Adalah :

1. Amru – Ramli
2. Irmawan – Yudi (IYA). Jargon (Perubahan)
3. Karim Cukup – Nurhayati ( Kati Musara)
4. Ibnu – Adam , Jargon (Lanjutkan)
5. Tahmin – Khaidir (Takdir)

Dari nama kandidat yang diatas yang sangat penomenal di tengah-tengah masyarakat, namun sekarang muncul isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat bahwa kandidat Amru – Ramli memundurkan diri, begitu juga dengan Tahmin – Khaidir, sudah jelas dan pasti ketiga kandidat yang tersisa merupakan pasangan yang sangat kuat. (Salihin Putra)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. bnar sekali,,,jadi mahasiswa itu harus netral.
    memang benar kita semua berhak untuk memilih siapa pemimpin kita kedepannya,bukan berarti kita harus masuk kedunia tersebut dan bagi para kandidat jangan pernah melakukan penawaran terhadap mahasiswa,karena itu merupakan penyalah gunaan aturan,jangan mendidik kami ke aturan yang salah jika menginginkan generasi pemimpin yang jernih.”perbuatan jelek anda sudah mengotori generasi anda sendiri”.

    1. saya sendiri merakannya, mahasiswa ikut ke ranah perpolitikan, waktu lalu salah satu organisasi mahasiswa diajak jalan-jalan ke pante diBNA, oleh salah satu kandidat bupati apa yang terjadi disana sebagian mahasiswa tidak dapat makan pun, sebagian kenyang terus…malah ada organisasi bersipat kedaerahan ikut ambil peran dalam hal politik ini, mahasiswa yang bodoh atau siapa…?

  2. jadiiiiiii mahasiswa harus netral,jangan asalikutan berpolitik tetapi tdak tau,para kandidat juga harus mematuhi Bawaslu,jangan curi start dan money politik,key smoga sucses pilkada GayoLues