Lapak Semrawut, Pemkab AT Diminta Contoh Bireuen

Takengen | Lintas Gayo : Sejak para pedagang Pasar Pagi Takengon di jalan Peteri Ijo Pasar Bawah merambah waktu dari dini hari hingga siang, sejumlah pedagang buah dikawasan Pasar Inpres Takengon mengaku turun omzet penjualannya.

Hj.Sari Murni (65) misalnya, yang berdagang buah alpukat dan jeruk di Pasar Inpres Takengen, Rabu (15/6) kepada Lintas Gayo mengeluhkan sering mengalami kerugian. Buah jeruk dagangannya serta beberapa pedagang lainnya sering layu dan akhirnya dibuang begitu saja karena tidak ada yang membeli.

Ibu dari 9 orang anak ini mengaku memperoleh buah alpukat yang dibandrol dengan harga Rp.3.000 perkilogram dari Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah, sedangkan buah jeruk keprok yang berkisar antara Rp. 5 ribu sampai Rp. 12 ribu perkilogram berasal dari Kabupaten Bener Meriah dan hanya sebagian kecil berasal dari Kabupaten Aceh Tengah.

“Beberapa tahun lalu daerah ini merupakan pasar buah, tapi kini penjual buah sudah jarang, kebanyakan penjual kain dan baju,” kata ibu yang mengaku sudah 20 tahun berjualan ditempat tersebut dengan menyewa toko milik Pemkab Aceh Tengah Rp. 2 juta pertahunnya.

Apa yang dirasakan oleh Hj. Sari Murni tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh Irfan, pria asal Bireuen yang telah 4 (empat) tahun berjualan buah alpukat dan jeruk di lorong yang mayoritas wanita janda tersebut.

Menurutnya hasil perkebunan Kabupaten Aceh Tengah khususnya buah-buahan masih sangat kurang terutama buah jeruk keprok, sehingga harus didatangkan dari Kabupaten Bener Meriah.

Ia berharap Pemda dapat mengambil inisiatif dalam menanggulangi kekurangan hasil perkebunan tersebut. “Setiap tahunnya pasar mengalami masa kelangkaan buah, biasanya terjadi pada bulan Januari-Februari, buah alpukat yang semula berharga Rp. 3 ribu perkilogramnya menjadi Rp. 8 ribu. Sedangkan pada Bulan Agustus-September para petani buah mengalami panen besar sehingga pedagang harus menurunkan harga jual buah alpukat hingga Rp. 2 ribu perkilogram agar laku dan habis terjual,” papar Irfan.

Ia juga mengeluhkan kurang tertibnya jalanan di Pasar Inpres. Di kanan-kiri jalan telah dipenuhi oleh pedagang, parkir kendaraan dan tempat becak mangkal. Sehingga terkesan semrawut dan menyulitkan pengendara kendaraan bermotor yang akan melintas.

“Saya berharap sekali Pemda dapat menertibkan mereka. Alangkah bagusnya jika mereka memiliki tempat berjualan seperti kami. Coba lihat pedagang keripik di Kota Bireuen sekarang, Pemda berhasil menertibkan kesemrawutan yang diakibatkan oleh lapak mereka, dan saya optimis Pemda Aceh Tengah juga dapat berbuat hal yang sama”, sarannya.

Banyaknya tamu yang datang ke Aceh Tengah seperti kunjungan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan sejumlah pejabat dari seluruh penjuru Aceh beberapa hari lalu sangat menguntungkan bagi pedagang-pedagang buah dan sayur di kawasan pasar kota Takengon seperti Hj. Sari Murni dan Irfan.

“Banyak orang yang masuk ke Takengon membawa berkah bagi kami, karena para tamu yang hadir membeli buah-buahan sebagai buah tangan”, ujar mereka. (yy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.