Redelong| Lintasgayo.com – Calon Reje sejumlah kampung di Kecamatan Syiah Utama Kabupaten Bener Meriah menginginkan pembangunan kedepan difokuskan ke lokasi perkampungan asal sebelum dipindahkan ke lokasi pemukiman saat ini.
“Alasan keamanan saat konflik Aceh di tahun 2002, pemerintah memindahkan kami dari kampung kami di seberang sungai sana kesini,” ungkap Dasril, calon Reje Uning di Samarkilang, Rabu 7 Agustus 2019.
Karenanya, kata Dasril, siapapun yang akan terpilih sebagai Reje diharapkan mengarahkan pembangunan infrastruktur ke lokasi awal kampung mereka.
“Dulu disana sudah ada rumah, sawah, kebun dan ternak. Disanalah sumber ekonomi kami,” ujar Dasril.
Hal senada diutarakan Muhammad Karim, calon-calon Reje lainnya seperti dari Kampung Gerpa, Goneng, Tempen, Geruti, Payung, dan lain-lain.
Terpisah, ketua forum Reje Syiah Utama, Iskandar menegaskan pemulangan mereka ke kampung awal harus dimulai secara bertahap.
“Sumber kehidupan kami ada di kampung awal, tidak efektif jika sawah dan kebun dikelola dari sini karena jarak tempuhnya cukup jauh,” ujar Iskandar.
Diakui wacana ini akan menelan biaya besar karena seluruh tatanan kehidupan di sana hancur akibat konflik.
“Tak ada kata lain jika ingin melihat ekonomi warga Syiah Utama membaik maka harus dipulangkan ke Kampung awal,” tandas Reje Kute Lah Lane ini.
Camat Syiah Utama, Khalisuddin yang bertugas sejak 10 Juni 2019 lalu mengaku hampir setiap hari mendengar aspirasi warga yang menginginkan dikembalikan di kampung awal mereka.
“Ini sebagai gambaran jika warga ingin memperbaiki taraf hidup, kami sangat tentunya sangat sepakat karena seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Mereka sangat berharap dukungan dari semua pihak,” ujar Camat ini.
Seperti diketahui, kawasan Samar Kilang sejak zaman Belanda dikenal sebagai basis pertahanan para pejuang.
Kondisi ini berlanjut ke perjuangan DI/TII, AM dan GAM.
Di tahun 2002, pemerintah mengeluarkan kebijakan memindahkan warga sejumlah kampung ke lokasi saat ini.
Akibatnya, warga kesulitan menggarap lahan pertanian mereka karena jarak tempuh terpaut beberapa kilometer. (Samar/ Ihfa)