Suasana hiruk pikuk mendadak senyap ketika seorang anak muda mulai memegang mikropon yang disodorkan presenter di panggung acara Festival School Music Competition yang diselenggarakan di salah satu halaman door smer kawasan jalan Lebe Kader Kemili Takengon Aceh Tengah, Sabtu (24/6/2011).
Sesaat kemudian terdengar suara music jenis percusi dari pengeras suara yang ternyata muncul dari mulut si anak muda tersebut yang ternyata peraih juara tiga di ajang lomba Beatbox Honda Talent se Sumatera Utara 2010 silam.
Gema Rahmadoni, kelahiran Takengon 7 Maret 1993 ini tampil sebagai bintang tamu yang sengaja diundang panitia Festival School Music Competition untuk memeriahkan acara untuk para pelajar se-Aceh Tengah dan Bener Meriah tersebut. Dan ternyata memang tampilnya Gema dengan music dari olah mulutnya mengundang decak kagum dari penonton dan peserta festival.
“Dia itu berbakat sekali dalam memainkan music perkusi dengan mulutnya dan sudah punya nama besar di kota Medan Sumatera Utara,” kata Aulia, salah seorang pengamat music di Aceh Tengah yang diminta panitia untuk menjadi juri di festival tersebut.
Musik yang dimainkan Gema merupakan aliran Hip Hop dengan warna Beetbox yang merupakan salah satu bentuk seni yang mengfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, khususnya suara turntable, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya.
Pemain beatbox seperti Gema, mahasiswa jurusan olahraga di Universitas Medan Sumatera ini lebih dikenal dengan beatboxer yang mampu mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-bunyian dengan handal.
Beatbox selalu dikaitkan dengan vokal perkusi maupun dengan multivokalisme. Meskipun pada dasarnya sama, namun secara umum perbedaan Beatbox terletak pada keterkaitannya dengan budaya dan musik Hip Hop. Meski demikian pada prakteknya beatbox juga diterapkan untuk genre musik lainya seperti Rock, Pop, R&B, dan sebagainya.
Pengakuan mantan siswa SMAN 8 Unggul Takengon ini, untuk mengembangkan kemampuannya sebagai Beatboxer, dia bergabung bersama Komunitas Gendang Mulut di Medan dan kerap diminta untuk mengisi acara di kota tersebut seperti di Pekan Raya Sumatera Utara, acara perayaan Tahun Baru dan lain-lain.
Selaku putra Aceh Tengah, dia sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten setempat menyediakan sarana penyaluran bakat bagi orang seperti dia. “Kami sangat ingin ada Gedung Seni yang didesain khusus untuk music modern. Juga frekuensi penyelenggaraan even music seperti ini sesering mungkin agar kami bisa mengukur skill kami,” harap Gema.
Ditanya apakah dia bisa memainkan bunyi perkusi khas Gayo seperti bunyi Teganing dan Repa’i, Gema merasa yakin bisa bila diperlukan. “Saya belum mencoba aja bang, nanti saya akan coba dan berlatih untuk memainkan bunyi music pengiring untuk tari Guel dan lain-lain,” janji Gema mengakhiri keterangannya kepada Lintas Gayo, Sabtu (24/6/2011). (Khalis)
keren …
lanjutkan …
mc merajok dia tu ….
hahaha …