Menumbuhkan Semangat Pengorbanan Agama

Hikmah Idul Adha

Oleh: Muklisi Lahuddin.S.S

PADA hari 10 zulhijjah adalah hari raya yang dinamakan Hari Raya Idul Adha, pada hari itu berkumpullah kaum muslimin yang datang dari seluruh dunia dikota Mina, sesudah menunaikan wukuf dipadang Arafah, satu tempat 22 km sebelah timur kota Mekkah Al-Mukarramah.

Pada tanggal 9 zulhijjah, dipadang Arafah berkumpul kaum muslimin, melepaskan baju kebesaran, apakah ia kepala Negara ataukah Raja, atau mentri, atau seorang rakyat biasa, mereka hanya berpakaian satu macam saja, dua helai kain ihram putih-putih tidak berjahit untuk laki-laki, pakaian biasa untuk wanita dengan terbuka muka dan kedua telapak tangannya, ini adalah menjadi lambang dari jiwa kesederhanaan, jiwa persamaan dan ketulusan. Tidak ada perbedaan antara manusia, karena warna, deajat atau miskin semua sama disisi Allah SWT, kalaupun itu ada bedanya itu semata-mata karena ketakwaan kepada Allah SWT.

Di Padang Arafah manusia memperoleh kepribadian dirinya, sebagai hamba Allah yang pada hakikatnya bahwa tidak ada kelebihan dan kekuasaan hanya yang ada adalah karunia dari Allah semata-mata, Allah yang menghidupkan dan meamtikan mereka, memberi rizki, dicabut dan diberinya nikmat kepada yang dikehendakinya, sebagai Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Imran : 26 yang artinya: Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Perjuangan dan pengorbanan orang-orang yang melaksanakan ibadah haji yang berada ditanah suci Mekkah Al-Mukarramah adalah sesungguhnya apa yang mereka kerjakan adalah sebagian besar dari upacara-upacara ibadah haji yang merupakan rekontruksi dari peristiwa –peritiwa penting dalam sejarah kehidupan tiga tokoh yaitu Nabi Ibrahim as, Ibunda Siti Hajar, dan Nabi Ismail as, Thawaf adalah pengenangan kembali pengembaraanNabi Ibrahim diseluruh daerah timur tengah dalam pelaksanaan Risalah dari Messopotamia ke Palestina, Mesir dan Arabia

Mengenai Ka’bah adalah hasil bangunan paduan tenaga generasi tua dan muda yaitu Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As, pelemparan jumrah adalah manifestasi dari kemarahan kepada syaitan yang hendak mengoda Ibrahim dan Ismail waktu sang ayah akanm melakukan perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail, kemudaian Sa’i antara Shafa dan Marwah adalah pengalaman pahit Ibunda siti Hajar yang kehabisan bahan makanan dan air minum untuk dirinya dan bayinya Ismail, dan pada waktu itu mereka ditinggal oleh Nabi Ibrahim, yang pergi atas perintah Allah swt, dan penyembelihan binatang Qurban adalah bukti kapetuhan dan ketaatan Nabi Ibrahim ibunda Siti Hajar, dan Nabi Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

Pengorbanan Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim bapak Nabi-nabi yang mendapat julukan Khalilullah (sahabat Allah) adalah sebagai iman dan kehidupan yang berperadapan sepanjang sejarah kemanusiaan yang beriman kepada Allah SWT, sebagai pemimpin ditengah manusia yang percaya kepada keesaan tuhan, nabi Ibrahim mempercayai dasar Tauhid, ini bukan lah sekedar turut-turutan, sekedar mengikuti nenek moyang dan Ayah Bundanyam, guru-guru atau dukun, tetapi kepercayaan tauhid itu setelah melalui pengalaman yang panjang dalam usahanya mencari tuhan, dia berpikir dan merenung dalam alam semesta , dia mengamati ruang angkasa akhirnya ia sampai iman tauhid, dengan indah Allah menggambarkan pengalaman Nabi Ibrahim mencari tuhan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 1:

Artinya: segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

Nikmat iman dan islam yang dituangkan Allah kedalam jiwa  Nabi Ibrahim melalui pengalaman dan pengamatan dan disempurnakan dengan wahyu Illahi lalu dikembangkanya ketengah2 umat, memang berat membawakan ajaran tauhid ditengah masyarakat Musyrik, Nabi Ibrahim menerima reaksi keras dari segala pihak hingga ayah kandungnya sendiri dan terakhir dijatuhi hukaman dibakar hidup-hidup oleh penguasa waktu itu, akibat perbuatan beraninya merusak dan mengejek patung didalam kuil sembahan bangsanya.

Tidak hanya itu nabi Ibrahim sebagai seoarang ayah selalu memikirkan kepentingan anak, dan istrinya dan keturunan selanjutnya sebagai amanah Illahi yang dipertaruhkan Allah untuknya, betapa pun cinta Nabi Ibrahim kepada isti dan anaknya, tapi karena datangnya perintah Allah untuk menyampaikan risalah maka nabi Ibrahim hatus rela menempatkan istrinya dan putranya ismail ditengah padang pasir yang gersang dan tandus tanpa tanaman, demikianlah pengorbanan Nabi Ibrahim dalam mempertahan Agama dan rela berpisah dengan anak istrinya.

Pengorbanan ibunda Siti Hajar

Firman Allah SWt dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 158 yang artinya: Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah, Maka Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-‘umrah, Maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. dan Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.

Shafa dan marwah adalah monument sejarah dimana dahulu seorang wanita yaitu Siti Hajar istri Nabi Ibrahim, ibunya Nabi Ismail memperlihatkan dengan sikapnya yang pasti keagungan sebagai seoarang ibu yang bertanggung jawab atas rumah tangganya sepeninggal suaminya, sejarah mengatakan diwaktu Nabi Ibrahim sampai di Mekkah sekarang ini telah memberi tempat tinggal tertentu kepada istri dan anaknya ismail, lalu Nabi Ibrahim bersiap siap pula hendak pergi (meninggalkan istri dan anaknya) lalu Siti Hajar bertanya: hendak kemana lagi engkau suamiku, apakah kami akan ditinggalkan disini dengan bekal begini, mula mula Nabi Ibrahim tidak menjawab, lalu Hajar bertanya lagi apakah Allah member tugas lagi kapadamu suamiku, nabi Ibrahim menjawab benar, mendengar jawaban itu spontan hajar member izin, pergilah wahai suamiku kalau Allah menyuruh mu pergi, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami yang enkau tinggalkan, alangkah hebatnya dorongan isteri yang seperti itu bagi seorang suami, rela mengorbankan kebahagiaan dirinya demi untuk meletakkan perintah Allah diatas segala-galanya dan bahkan permintaan suaminya untuk mengorbankan anaknya hajarpun tidak pernah membantah.

Pengorbanan Nabi Ismail

Sejak kecil nabi Ismail hidup disamping ibunya yang selalu ditinggalkan ayahnya pejuang Illahi yang tua dalam pengembaraan, tidak lah menyebabkan dia menjadi pemuda berandalan yang tidak terdidik, dia dapat membaca air muka ibunya yang punya tanggung jawab berat dalam rumah  tangga, sebab itu dia kasih dan cinta kepadanya, dia terbiasa bekerja keras membantu ibunya tidaklah dia buang waktu dan hidup berpoya-poya, bermain-main menghabiskan waktu pergi dengan percuma. Memburu petang tanpa kerja, diwaktu ayahnya menyampaikan bahwa Allah memerintah kan menyembelih nya sebagai Qurban, bukan dia tak sadar, bahwa itu artinya kematian baginya dan kehilangan anak bagi ayahnya tapi baginya perintah Allah diatas segala-galanya, Nabi ismail tanpa ragu mendorong ayahnya melakukan penyembelihan itu, nabi ismail menjawab hai ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu itu, nanti engkau akan menemuiku sebagai orang yang sabar.

Ambilah I’tibar dari tiga tokoh yang telah kami sampaikan agar kita dapat menumbuhkan semangat pengorbanan kita kepada Agama, walaupun kilauan dunia ini terlalu menggoda, godaan itu hanyalah pengaruh nafsu, ketahuilah bahwa manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsu lebih hina dr hewan, manusia tidak pernah meras cukup dengan kenikmatan dunia sehingga terlupakan bahwa kita masih panjang perjalanan yaitu menuju perjalanan hari akhir, pertanyaan nya adalah apa yang telah kita korbankan untuk agama hari ini,. Berapa jam kita berikan waktu untuk Agama maka wajarlah bila hidup kita selama ini adalah kesempitan, kesusahan, dan jauh dari berkah, wajar lah bila kita dalam ujian dan cobaan Allah,

Mari kita melihat pada masa Rasulullah mengapa sahabat Allah SWT memberikan berkah dan kelapangan hidup, itu tidak lain karena mereka dekat dengan Allah SWT, mereka korban kan harta dan jwa mereka untuk Agama Allah, sehingga kemuliaan dan kejayaan ada pada mereka, oleh karena itu kepada kita sebagai manusia akhir zaman mesti dan harus mengoreksi diri apa yang telah kita perbuat untuk Agama, berapa banyak harta yang yelah kita korban kan untuk Agama.(muklisin_nurdin89[at]yahoo.co.id)

*Mantan Direktur TPQ Baitul Musyahadah (Mukeutup Teuku Umar) Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.