Takengen | Lintas Gayo– Tanpa dukungan biaya dari pemerintah daerah, dengan semangat yang tinggi untuk mengharumkan nama daerah, 31 atlet muaythai Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, berangkat dengan biaya sendiri untuk memperebutkan tiket PORA.
Pelatih dan atlet bahu membahu untuk mengikuti pertandingan di ajang pra PORA yang berlangsung di Banda Aceh. Bahkan pelatih yang sudah mendapat lesensi nasional, rela menjual emasnya untuk membiaya atletnya bertanding.
Saat ditemui media ini, di Banda Aceh , Minggu (19/11/2017) ketika mereka sedang latihan, terlihat para atlet ini serius dan bertekad untuk lolos ke PORA walau tidak mendapat dukungan dana dari Pemda. Mereka tetap membawa nama Bener Meriah dan Aceh Tengah.
“Saya cinta daerah saya, makanya kami rela berkoban. Walau nantinya kami belum tahu bagaimana nasib perjalanan kami di pra PORA ini,” sebut Windra yang menjadi pelatih untuk dua kabupaten ini.
“Aceh Tengah hanya memberikan dana untuk makan Rp 3 juta. Biaya yang lainya tidak ada, jangankan untuk penginapan untuk baju dan keperluan latihan, kami beli sendiri,” sebut pelatih yang sudah mendapat lisensi nasional ini.
Lain lagi dengan Bener Meriah, sebutnya. Mereka tidak mendapat bantuan apapun, pahahal atlet untuk Bener Meriah lumanyan banyak. Atlet muaythai untuk negeri lembah merapi ini mencapai 22 orang. 10 atlet putrid dan 12 atlet putra.
Untuk Aceh Tengah 5 putri dan 4 putra. 31 atlet inilah yang menjadi tanggungjawab pelatih serta rasa kebersaman atlet demi mereka dapat bertarung untuk mengharumkan daerah, agar mereka mendapatkan tiket PORA.
“Kami terpaksa masak nasi sendiri untuk bertahan sampai selesai pertandingan. Untuk penginapan saya belum tahu bagaimana nanti mengatasinya,” sebut Windra, yang juga telah mengeluarkan dana pribadi untuk membeli perlengkapan atlet baik untuk bertanding dan berlatih.
Walau tanpa dukungan dana, terlihat para atlet serius berlatih dan memiliki semangat yang tinggi untuk meraih tiket PORA. “ Ya semuanya harus kami jalani, memang seperti ini keadaan kami,” sebut salah seorang atlet yang enggan jati dirinya disiarkan.
Para atlet ini akan tetap bertahan dengan keterbatasan, sampai dengan berahirnya pertandingan demi untuk daerah. “Kami bangga membawa nama daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah,” tambah atlet lainya, sambil berlalu untuk berlatih.
Bagaimana persoalan ini bisa terjadi ? Hingga berita ini diturunkan media ini belum mendapat konfirmasi dari pihak terkait.( Khosy Nawar T)