“Inilah Gayo 2” Wadah Menjaga Eksistensi Budaya Muyang Datu”

Takengon | Lintas Gayo : Keinginan membangkitkan kembali budaya masa lalu kerap hadir dalam fikiran dan tindakan beberapa kalangan sebagai upaya mengenang kembali keagungan budaya dan karakter masyarakat dahulu yang sarat dengan nilai dan makna.

Wadah yang sering dipilih untuk mengungkapkan rasa dan mengembalikan kejayaan masa lalu adalah seni, karena seni dipandang sebagai saluran yang tepat untuk mengaktualisasikan fikiran dan tindakan menjadi buah karya yang indah didengar dan disaksikan serta mudah diingat agar makna terserap tanpa terasa seiring dengan nilai yang terpancar dari suatu peragaan seni. Sebagaimana kata orang bijak mengatakan “Dengan seni hidup menjadi indah, Dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan agama hidup menjadi terarah”.

Rasa serupa juga menghinggapi fikiran beberapa kalangan seniman dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah, yang merasa tergerak hatinya untuk memvisualisasikan kebudayaan muyang datu yang telah mampu memberikan semangat bagi masyarakat Gayo hingga kini dan masa mendatang.

Setelah sukses dalam kegiatan yang bertajuk “Inilah Gayo” sesi pertama di Loyang Mendale Kebayakan awal April 2011 lalu, situs berita Lintas Gayo bekerjasama dengan Gayo Fotografer Club (GFC) dengan dukungan wartawan dan sejumlah pihak kembali menggelar pagelaran bertajuk serupa berbeda edisi kembali digelar, dengan tajuk Inilah Gayo II bertempat dilapangan YPI kampung Bale Dedalu Hakim Bale Bujang Kecamatan Lut Tawar, “Inilah Gayo II” mengusung seni Ketibung dengan kolaborasi musik Teganing dan pameran foto  sejumlah temuan benda pra sejarah di Loyang Mendale, Minggu (11/9/2011).

Fauzi Ramadhan, selaku ketua panitia pelaksana, mengatakan bahwa kegiatan satu hari penuh tersebut juga  diisi dengan sejumlah acara, diantaranya nonton bareng film dokumenter Radio Rimba Raya,  pertunjukkan Seni Ketibung yang dilakoni Ramadyah warga Kayu Kul Pegasing,  penampilan tarian oleh sanggar Oloh Guel dan pagelaran musik etnik bersama Zoombeetnica, Beby Steven Sound, Manohara, siswa SMAN 4 Takengon serta pembacaan puisi yang mengusung Gayo dengan segala potensi oleh Fikar W Eda, Salman Yoga, Ipap Suprapto, Uswatuddin, Anto Kieting dan lain-lain.

Acara tersebut mengundang decak kagum dari para penonton yang hadir karena suguhan-suguhan seni yang ditampilkan sangat menarik yang diperankan oleh penyair dan musisi yang memang papan atas di Takengon.

Menanggapi acara tersebut, pada kesempatan terpisah, Bupati Aceh Tengah, Ir H. Nasaruddin,MM mengungkapkan dukungannya agar acara serupa tetap dilanjutkan, menurutnya hal tersebut dapat membangkitkan dan mempertahankan nilai dan makna kehidupan yang diwariskan oleh Muyang Datu  Gayo.”Pemerintah daerah akan selalu memberikan dukungan terhadap upaya-upaya membangkitkan kembali  nilai budaya dan seni yang telah lama terpendam.

Bentuk dukungan Pemda tersebut, menurut Nasaruddin  ditenggarai kekhawatiran akan memudar dan hilangnya budaya Gayo kelak bila tidak diantisipasi sejak dini diantaranya dengan pagelaran seni,”Kita tidak menginginkan anak cucu kita nanti tidak mengetahui siapa diri mereka, karena budaya, karakter bahkan bahasa gayo tidak menjadi bagian dari hidup mereka sehari-hari”, ujar Nasaruddin yang kemudian menegaskan,” ingat!, punahnya suatu bangsa karena mereka melupakan budaya leluhur dan mudah terpengaruh oleh budaya asing”, urai Bupati.

Lebih lanjut Nasaruddin mengatakan, tanggung jawab bersama sangat diperlukan agar budaya Gayo senantiasa hidup dan menyemangati karakter masyarakat dimasa mendatang,”seluruh pihak harus bertanggungjawab  terhadap eksistensi budaya Gayo”, tukasnya. (Ril)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.