Bale Atu | Lintas Gayo – Semakin tambah tahun, musik Gayo semakin kedengaran monoton atau datar, demikian pernyataan salah seorang pengamat music di Takengon Kabupaten Aceh Tengah, Hendra atau lebih dikenal dengan panggilan Hen Level 72. Kesimpulan ini dilontarkan Hen berdasarkan amatannya sejak membuka toko penjualan kaset atau compact disk (CD) lagu Gayo di tahun 1997 hingga sekarang.
“Jika dulu keluar lagu Singkite maka semua penggemar music di dataran tinggi Gayo kenal lagu Singkite, begitu juga saat keluar lagu Gurdi atau Damora, SABA Group dan lain-lain. Namun sekarang penggemar lagu Gayo sudah terkotak-kotak,” kata Hen saat ditemui di toko music dan olahraga miliknya “Level 72” dikawasan terminal Bale Atu Takengon, Sabtu (17/9).
Dia mencontohkan saat keluarnya lagu Arita, maka sebagian kampung saja yang gemar lagu tersebut. Begitu juga lagu dari grup-grup lainnya. Dan itupun hanya laris sekitar 2 bulan saja, setelah itu hilang, timpalnya.
Hal ini menurutnya akibat keinginan pencipta, vokalis, aransemen dan permintaan pasar lagu Gayo itu tidak sinkron sehingga jika ada sejumlah lagu dalam sebuah kaset maka seluruhnya beda bait lagu saja, sementara aransemennya mirip-mirip.
Sementara yang memiliki karakter vocal yang khas menurutnya hanya To’et dan Arita akan tetapi sayangnya kurang didukung dengan aransemen musik yang maksimal. Yang agak sinkron anatara music dan lagu disimpulkan Hen diantaranya album SABA Group dan Bintang Pitu serta album-album AR Moese.
Khusus untuk AR Moese dan Bintang Pitu, pengakuan Hen adalah album yang paling laris dan bersifat sepanjang masa. Selalu saja ada yang mencari kedua album ini. “Seperti itu music dan lagu yang ideal,” ujarnya.
Dan untuk produser, Hen menyebut Almarhum Aneuk Gayo. “Dia rajin dan paling produktif sebagai produser lagu Gayo,” ungkap Hen.
Walau sudah agak pesimis dan miris terhadap perkembangan music dan lagu Gayo saat ini, Hen mengaku menaruh harapan besar kepada vokalis muda Irvan yang merupakan vokalis grup Zommbeetnica. “Dia punya karakter vocal yang ideal dalam membawakan lagu Gayo, tidak monoton atau datar. Juga dapat menjawab permintaan pasar dengan didukung kemampuan penguasaan beberapa alat music modern dan tradisional Gayo,” puji Hen mengakhiri keterangannya.
Irvan merupakan cucu salah seorang mantan Ceh klub Didong Lakiki, M Des dan anak dari vokalis Gayo Abadi Ayus. Dalam tahun 2011 ini, Irvan dan kawan-kawan dikabarkan akan meluncurkan album lagu Gayo “Tutit Liet” yang diperkirakan akan menguasai pasar lagu Gayo hingga tahun depan. (Windjanur)
namun apapun kekurangannya…Sisi positifnya adalah bahwa musik gayo msh ttp exsis…semua itu kan bth proses…sehingga bhs gayo tdk akan punah sprti yg dipredeksi bbrpa orng…