Banda Aceh | Lintas Gayo – Sebagai sebuah program di Aceh TV, acara Keberni Gayo hadir kembali menyapa pemirsa pada hari jum’at (16/09) dengan tema “Kesadaran Politik”. Nara sumber yang mengisi acara tersebut adalah Bazaruddin Banta Mede, seorang tokoh masyarakat Gayo yang berdomisi di Banda Aceh.
Perjuangan panjang masyarakat Aceh dalam mempertahankan identitas diri sebagai orang Aceh yang memiliki prinsip dalam hidup, telah dilalui selama puluhan tahun. Berkah Tuhan yang tiada terhingga diberikan melalui bencana tsunami, semua masyarakat menjadi sadar bahwa sebenarnya kemewahan duniawi hanyalah sesaat dan dalam waktu hitungan menit hilang tanpa bekas.
Keperkasaan manusia hanya dapat dibanggakan ketika berhadapan dengan yang lemah, tetapi ketika dihadapkan dengan keperkasaan Tuhan semua menjadi lemah tidak berdaya. Dari situ muncullah kesadaran pada diri manusia, tidak ada artinya pertikaian, peperangan, saling membunuh, toh akhirnya yang rugi adalah manusia itu sendiri. Tidak ada kebebasan untuk mencari nafkah, tidak ada keberanian untuk menjalin silaturrahmi, hubungan kekeluargaan menjadi renggang. Sebenarnya yang dicari dalam hidup ini adalah kedamaian.
Bazaruddin menyebutkan, bahwa kedamaian itu prinsip dan mahal nilainya. Semua orang mencarinya, dengan kedamaian semua orang dapat menjalani hidupanya secara normal, semua mempunyai kesempatan membuat program apa yang akan dikerjakan esok hari. Orang tua punya cita-cita untuk masa depan anaknya, mereka memperluas lapangan usaha, berupaya mengumpulkan harta untuk dapat diwariskan kepada anak-anak mereka.
Bukti nyata dari perdamaian yang ada di Aceh tertuang dalam MoU Helsinky, butir-butir yang ada dalam perjanjian tersebut merupakan tuntutan yang akan dipenuhi, mereka meminta melalui MoU untuk dilahirkan Undang-Undang Pemerintahan Aceh, diperjuangkan adanya partai lokal, bolehnya calon independen yang memikirkan masa depan Aceh dan masih banyak lagi permintaan yang belum terwujud, dengan merbagai alasan dari mereka yang bertanggung jawab.
Tapi masih banyak masyarakat pada level atas yang belum memahami makna dari perdamaian yang ada dalam MoU, sehingga mereka tidak menganggap penting untuk mengisinya. Ketika narasumber bermitra dengan MPD (Majelis Pendidikan Daerah) berupaya berjuang untuk menjadikan MoU, sebagai bahan ajar pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Tetapi tidak mendapat respon dari pengambil kebijakan, sehingga apa yang diperjuangkan menjadi sia-sia.
Pada level bawah, masyarakat hanya pernah mendengar kata-kata bahwa Aceh telah damai, tetapi mereka tidak bisa menunjukkan wujud konkrit dari perdamaian tersebut. Mereka hanya memahami makna perdamaian adalah, ketika siang hari bebas berangkat ke kebun dengan tidak ada ketakutan, tidak mendengar lagi suara senapan, berita tentang kematian sesorang yang tidak beridentitas tidak ditemukan lagi. Itulah makna perdamaian menurut mereka.
Tapi sebenarnya makna perdamaian tidaklah hanya terbatas pada hal-hal yang telah disebutkan, lebih dari situ menurut beliau kedamaian yang ada harus langgeng. Semua masyarakat menjadi sadar dan cerdas dalam menyikapi kehidupan ini.
Bentuk kecerdasan berpolitik dalam hubungannya dengan perdamaian menurut narasumber, tidak ada lagi permusuhan antara kelompok yang menang dengan yang kalah, tidak ada lagi daerah yang termarginalkan dari sisi pembangunan.
Isu pemekaran sebuah Provinsi yang ditanyakan oleh pemirsa dijawab dengan bijak oleh Tgk. Bazar, bahwa kebebasar berpikir, kebesan berpendapat adalah hasil dari sebuah perjuangan masyarakat Aceh, sehingga tidak ada alasan melarang orang untuk berpendapat, asalkan pendapatnya untuk kemajuan dan tidak hanya untuk kepentingan sesaat. Aceh telah lama berargumentasi untuk mendapatkan kemerdekaan, namun tidak dapat dan yang kita temukan adalah perdamaian, karena itu kita harus mengisi perdamaian tersebut dengan sebenarnya.
Demikian juga dengan politik kepemimpinan yang akan berjalan di Aceh melalui proses Pilkada, masyarakat harus cerdas menentukan pilihan. Boleh jadi pilihan ditujukan kepada mereka yang selama ini memimpin, tapi mereka harus bisa mengukur untung rugi dari kepemimpinan selama ini. Serta tidak salah juga untuk memilih yang baru, dengan harapan masyarakat mengetahui bagaimana kiprah orang yang akan dipilih, kemana daerah atau masyarakat yang akan dibawa.
Jadi yang menjadi inti dari kesadaran berpolitik adalah untuk menciptakan perdamaian, dan perdamaian akan terwujud secara abadi apabila dijalankan oleh masyarakat yang cerdas. (Drs. Jamhuri, MA)
selamat berjuang semoga sukses.