Jakarta | Lintas Gayo – Penyair kenamaan Indonesia, Taufiq Ismail, menyumbangkan Majalah Horison untuk Perpustakaan L.K. Ara di Pegasing, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. “Saya kebetulan sedang ada urusan di Jakarta. Makanya, saya mengontak beliau,” kata L.K. Ara di Senayan, Jakarta, Senin (14/11/2011).
Lebih lanjut, penyair Aceh yang tiada henti berkarya ini menerangkan, saat dihubungi, sebenarnya Taufiq—sapaan Taufiq Ismail—mau berangkat ke Cisarua, Bogor. Di sana, dia akan mengisi acara Workshop Sastra bagi Guru-guru Sastra se-Indonesia. Namun, Taufiq memutuskan untuk menunggu kedatangan L.K. Ara terlebih dahulu yang tidak lain adalah sahabatnya, di kediamannya, Utan Kayu, Jakarta Timur.
Setibanya di rumah Taufiq, L.K. Ara pun langsung menceritakan kegiatannya sekarang. Dalam usianya yang senja, L.K. Ara masih aktif dalam pelbagai kegiatan sastra di Aceh dan pelbagai tempat di Indonesia bersama Hidayah, istrinya. Saat ini, beliau berdomisili di Banda Aceh, ibukota Propinsi Aceh. Bahkan, di tengah-tengah kesibukkannya bersastra, penyair nasional kelahiran Takengon, tanoh Gayo ini coba membuat perpustakaan di tanah kelahirannya, tepatnya di Kala Pegasing, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
“Saya punya rumah kecil di Kala Pegasing, Takengon. Sekarang—sejak Ramadan 2010 tahun lalu—saya buat perpustakaan buat masyarakat sekitar. Namanya ‘Perpustakaan L.K. Ara.’ Itu yang bisa saya buat untuk tanoh tembuni (tanah kelahiran) saya. Saya sadar, saya tidak punya uang dan akses yang lebih (seperti Taufiq Ismail),” tuturnya.
Sejauh ini, tambah laki-laki yang sudah dari tahun 1970-an mendokumentasikan sastra Gayo, koleksi perpustakaannya sudah mencapai ratusan buku, tambah beberapa lemari. Sekiranya perpustakaan ini terus berkembang, sudah barang tentu perlu tambahan lemari dan tempat. “Oleh karena itu, saya mengusulkan kepada kepala kampung—gecik (kepada desa) di sana untuk melibatkan masyarakat sekitar. Dan, kepala kampung yang ada di Kecamatan Pegasing pun sangat mendukung gagasan saya. Juga, membantu di lapangan,” ungkapnya senang.
Bila sumber bacaan yang ada terus bertambah dan di rumah saya tidak muat lagi, terangnya lagi, buku-buku yang ada akan ditempatkan di rumah-rumah penduduk sekitar. Buku-buku terkait sastra misalnya, akan ditempatkan di rumah A. Buku-buku soal pertanian di rumah B, dan seterusnya seperti itu. Sampai saat ini, sudah ada beberapa teman-temannya yang menyumbangkan buku-buku buat perpustakaannya. Bahkan, salah satu penyair Malaka, Malaysia, Djazlam Zainal, akan menyumbangkan 1000 buku.
Upaya yang dilakukannya diharapkan dapat meningkatkan minat baca masyarakat Gayo. Khususnya, masyarakat Takengon. Lebih jauh lagi, dapat menginspirasi “membuka ruang kesadaran” tokoh-tokoh Gayo lainnya untuk terus berbuat dan berbagi buat tanah kelahirannya, harap L.K. Ara.
Usai mengakhiri pembicaraannya, Taufiq langsung berujar, “bagus sekali idenya.” Secara pribadi, Taufiq mendukung dan cukup mengapresiasi apa yang dilakukan L.K. Ara. Dalam kesempatan yang terbatas itu, beliau menyerahkan Majalah Horison sebagai wujud partisifasinya pada perpustakaan sahabatnya tersebut (al-Gayoni/03)