Kualitas Air Inlet Lot Kala Kebayakan Danau Lut Tawar Kian Memburuk

Iwan Hasri, M. Si

SALAH satu inlet Danau Laut Tawar yang bermuara ke Kampung Lot Kala merupakan suatu perairan mengalir yang memiliki permasalah yang komplek. Sungai ini memiliki debir air yang cukup besar dan merupakan salah satu inlet pemasok air terbesar untuk DLT. Nama sungai ini tidak begitu jelas karena jika kita tanya kepada masyarakat Gunung Kebayakan tentang nama sungai ini masyarakat akan menyebutnya wih Gunung. Begitu pula di desa lain kita akan mendengar hal yang sama wih Lot Kala dan sebagainya.  Namun beberapa masyarakat menyebutnya wih (sungai)  Kebayakan.

.

Inlet Danau Lut Tawar Lot Kala Kebayakan. (Foto : Munawardi)

.

Sungai ini kita sebut saja sungai Kebayakan. Dari hulu sampai hilir pemanfaatannya cukup tinggi. Mulai dari pengairan sawah sampai pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk mencuci. Sungai ini melintasi beberapa kampung yang cukup padat penduduknya. Belum lagi semua buangan limbah rumah tangga menuju ke sungai ini. Sungai ini mengalami tekanan lingkungan yang tinggi. Kondisi sungai semakin memprihatinkan hal ini ditunjukan dengan kualitas air sungai secara fisik dan biologi mulai menurun. Bulan lalu kami program studi Budidaya Perairan  Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih tepatnya bulan Desember 2011 melakukan kunjungan lapangan untuk mengamati kualitas air salah satu inlet ini. Dalam pelaksanaannya mahasiswa juga ikut serta harapnnya agar mereka dapat menerapkan teori yang didapat dikuliah. Namun hal yang terpenting adalah muncul kesadaran mahasiswa akan pentingnya kesadaran akan kebersihan lingkungan perairan.

Pengamatan kami lakukan di 3 daerah yaitu Menasah Gunung Kebayakan, Jembatan Lot Kala dan Muara Sungai. Parameter yang kami amati adalah parameter biologi, fisika dan kimia. Masing-masing daerah pengamatan kami lakukan tiga ulangan. Pengamatan kami lakukan secara diskriptif terhadap kondisi lingkungan perairan sungai. Kondisi kualitas air ditentukan dengan parameter biologi yaitu makrozoobentos. Acuan yang kami pakai yaitu indikator biologi yang cocok dengan sungai di Indonesia yang dikeluarkan oleh P2-Biologi LIPI dan MSP-FPIK-IPB.

Hasil yang kami dapat bahwa kualitas air sungai Kebayakan berdasarkan indikator biologi  memiliki tingkatan sedang mengarah keburuk. Biota yang ditemukan merupakan biota yang toleran terhadap perairan yang memiliki bahan organik yang tinggi.  Biota yang ditemukan seperti cacing pipih, larva nyamuk, lintah, larva lalat Dobson, nimfa lalat sehari perenang, kerang, kijing dan siput.

Parameter fisika dan kimia perairan menunjukkan kualitas perairan yang baik. Dengan nilai oksigen terlarut berkisar antara 5.6-6.0 ppm dan nilai pH berkisar antara 7.5-7.7.  Hal ini diduga karena pengamatan dilakukan pada saat musim hujan. Sungai merupakan perairan mengalir maka pada saat musim hujan terjadi pencucian bahan organik oleh air hujan. Namun yang tidak bisa di hindari adalah pada titik tertentu air terasa bau,  dikhawatirkan akan mengganggu pengunjung dan masyarakat sekitar.

Kondisi di muara sungai tidak kalah buruknya beberapa tahun lalu substrat masih berupa pasir yang bersih namun sekarang berupa sampah plastik, kaleng, kain, dan lain-lain. Kijing yang kami temui setelah dibuka mengalami kondisi biologis yang tidak seperti kijing yang hidup di perairan lain.  Pada cangkang kijing bagian dalam tidak mulus terdapat benjolan kecil-kecil yang keras. Bejolan ini diduga disebabkan oleh linglkungan perairan yang buruk hal ini sangat menarik untuk dilakukan penelitian lanjutan. Diduga ada faktor yang meyebabkan kerusakan jaringan kijing pada daerah Lot Kala.

.

Kijing (memin kul: Gayo-red) Danau Lut Tawar. (Foto Munawardi)

.

Secara morfometri sungai mengalami perubahan yang  sangat signifikan akibat pembetonan di badan sungai. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sampah menyebabkan keindahan sungai cukup terganggu. Pada saat pengamatan tidak jarang sederetan kotoran manusia melintasi sungai. Belum lagi sampah berupa popok bayi, sampah plastik dan sampah lainya.  Kondisi ini memperburuk kondisi perairan ini.

Masyarakat Aceh Tengah memiliki kesadaran yang kurang terhadap kebersihan lingkungan. Tugas berat bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem ini sehingga kesadaran tersebut meningkat. Kegemaran masyarakat membuang sampah ke sungai bukan hal yang asing. Membuang sampah ke Sungai bukan solusi yang baik malah pada satu saat akan mendatangkan bencana bagi masyarakat sekitar Sungai.

Pemerintah sudah selayaknya memonitoring kualitas air di Kabupaten Aceh Tengah secara berkala. Minimal dalam setahun 4 kali pengamatan, harapannya ketika terjadi perubahan yang signifikan kita sudah memiliki data. Sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan yang kita yakini semua akan benar karena menggunakan data yang akurat. Perubahan kondisi lingkungan suatu perairan dapat dilihat bila kita punya data bertahun-tahun sehingga dapat dibuat model yang dapat disimulasikan.

*Dosen Prodi Budidaya Perairan Fak. Pertanian UGP

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.