Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Oleh : Dr. Darul Aman, M. Pd*

SEMUA kita harus ada kegiatan belajar dan pembelajaran. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju. Sementara pembelajaran adalah kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan guru atau guru dengan siswa. Pembelajaran memberikan kesan saling belajar, saling berdiskusi dan saling memberi.

Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi pelajaran yang mungkin belum diketahui oleh guru maka guru boleh juga bertanya kepada siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas guru adalah mengajar (materi yang sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan guna untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa). Selanjutnya, belajar merupakan kegiatan orang sehari‑hari.

Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak didik  terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.

Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental dengan daya didorong oleh tindak pendidikan atau guru. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa guru. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring. Dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan hak asasi siswa menuju kemandirian.

Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindak mendidik kegiatan guru yang memberikan materi ajar sesuai dengan kriteria persiapan guru. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku baik yang dikehendaki oleh aturan persekolahan sehingga menghasilkan anak didik yang berjiwa besar dalam dunia pendidikan sekaligus menjadi orang yang benar-benar berbudi dan berharga di mata masyarakat.

Selanjutnya, Belajar merupakan perilaku yang kompleks. Skinner, memandang bahwa perilaku belajar adalah prilaku atau sikap yang bisa teramati oleh guru karena terdapat perubahan sikap prilaku anak didik dari tercela menjadi terpuji (sering bolos menjadi rajin, tinggal kelas vs naik kelas, dan lain-lain). Oleh karena itu, Skinner mengedepankan betapa pentingnya belajar bagi semua orang terutama bagi anak didik sendiri. Zamsiswaya (2009) menjelaskan bahwa belajar merupakan kemampuan membaca diri tentang prilaku atau sikap pribadi berupaya untuk menjadi sebaik mungkin dan menjadi orang yang terpuji di dalam lingkungan keluarganya sendiri atau di mata orang lain.

Dengan demikian, guru sebagai pengatur acara pembelajaran yang sesuai dengan fase‑fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki oleh anak didik. Berhubungan dengan pendapat Skinner dan Zamsiswaya, maka Piaget memandang bahwa belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu satu dengan yang lainnya, artinya setiap individu saling mengisi, diskusi, berdebat dan berusaha mencari solusi yang terbaik baik terhadap prilaku maupun prestasi belajar di sekolah.

Dalam proses pembelajaran, terdapat empat fase perkembangan intelek, di antaranya adalah: berupa prediksi, eksperimentasi, analisis dan eksplanasi). Gambaran prediksi bagi siswa dalam belajar adalah merupakan bentuk pendugaan anak didik terhadap kondisi hari ini terhadap situasi kemajuan masa depan yang penuh dengan tantangan sehingga perlu mencari solusi terbaru dalam bentuk rekayasa teknologi (seperti yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 Takengon yang berhasil menjadi juara ISPO tingkat Nasional di Jakarta  tanggal 24 Februari 2012).

Gambaran eksprimentasi adalah sebagai ajang untuk menguji coba sejauh mana pengaruh rekayasa yang telah dilakukan, kemudian hasil rekayasa tersebut kembali dianalisis dengan sebaik mungkin sehingga hasil mana yang bisa dipakai atau dikembangkan dan hasil mana yang perlu direvisi kembali, dan terakhir fase ekplanasi yakni berubah kepada ranah sosialisasi hasil kepada publik untuk dipergunakan/dimanfaatkan kehidupan sehari-hari.

Gambaran di atas, patut dijadikan sebagai acuan bahwa hakikat ”belajar” justru membawa pengaruh yang fantastik dalam kehidupan dunia pendidikan dan memberikan kontribusi yang baik pula pada masyarakat. Sementara, sisi lain bahwa ”pembelajaran” sebagai tahapan proses dalam rangka merubah sikap, pola fikir dan tingkah laku, baik buruk dan ketepat-gunaan dalam pergaulan sehari-hari.

Semua itu adalah produk dari olahan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik dalam mengembangkan anak didik ke arah yang berguna.  Dengan cara ini dipastikan bahwa anak didik mampu membekali diri dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang disertai akal dan budi luhur.

*Guru SMA Negeri 1 Takengon/Dosen STAI GP Takengon Bidang Studi Bahasa Inggris

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.