DIALAH penyair perempuan kelahiran Takengon yang bangkit dari “kemalasan” menyimpan karya-karya yang telah dia tulis, dan kemudian tersadar kalau Puisi-puisi yang pernah ditulis dan dimuat media ini adalah sebuah karya yang harus diselamatkan, hingga akhirnya berkat bantuan sang putri semata wayang, puisi Arjuliska Zuska terselamatkan.
Arjuliska–atau biasa disapa Ulis Zuska adalah Ibu Rumah Tangga yang menulis puisi. karya-karyanya selain di media, juga dimuat pada buku antologi puisi Lampion, terbitan Lappena Banda Aceh. Kini penyair yang lulusan sarjana Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini kembali aktif,. berikut dua Puisi terbarunya kami tayangkan.
Arjuliska Zuska
Tunjuk Telunjuk
Saatkau arahkan jari telunjuk dengan tajam
Sadarlah kau, empat lainnya tak tersimpan dalam dada kelam
Ia terhujam menunjuk lubuk hatimu
Dalam gerak gerikmu
Dalam pandangan sekitarmu
Kiranya taklah berat menjinjing cermin
Setiap langkah akan mengingatkanmu
Adalah atid menulis qalam dikirimu
Tak terlupa roqib di setiap kananmu
Tintanya tak pernah kering merangkai amal dan khilafmu
Adalah baik kau gunakan telunjukmu untuk pengingatmu
Sebagai fikirmu
Untuk pencerahanmu
Karna taklah semata mata surga menantimu wahai anakku
Walau tirai kau gunakan melingkari tubuhmu.
Bila bau busuk samar tercium saat ayunan langkahmu, jaga mulutmu.
DEPOK, 28 Februari 2012
—
Andai Esok Tak Datang
Andai hangatnya matahari esok pagi,tak sempat lagi kurasakan.
Embun yang mengiringi pergantiannya hanya dapat kunikmati dalam kenangan
Senyum manis penghuni bumi hanya dapat terlihat siri
Bila ada air mata, adalah cinta yang menggerakkannya
Panggilan pagi pertanda hari berirama lamban
Menghantar edaran waktu dalam pusaran angin
Tertambat erat dalam kulum doa
Kutitipkan gumpalan rinduku lewat angin
Kupintakan doa penerang jalan menuju surga.
Letupan bara cinta tersimpan hangat disanubariku
Terpatri di batu kesetiaanku
Kunanti bertemu,untuk menatapmu
Di alam lain, dikeabadianku.
DEPOK,7 april 2012