Guru-Guru yang Galau

Oleh:  Saida, M.Pd*

RABU malam pengumuman Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) diumumkan melalui internet. Dari 6.547 peserta yang mengikuti PLPG di Provinsi Aceh  terdiri dari guru PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK yang dinyatakan lulus hanya sekitar 1.500 peserta. Jika di presentasekan hanya sekitar 23 persen yang lulus. Sisanya 77 persen yang tidak lulus dengan berbagai kriteria yaitu  SUTN (seleksi Ujian Tulis Nasional), SUTL (seleksi Ujian Tulis Lokal), dan Praktik. Dari sekian banyak peserta ada yang tidak lulus SUTN saja, ada yang tidak lulus SUTL, ada yang tidak lulus  SUTN dan SUTL, bahkan ada yang tidak lulus ketiga-tiganya.

77 persen Sebuah angka yang sangat fantastis, sangat ironis. Padahal sebelum mengikuti PLPG seorang guru harus mengikuti Uji Kompetensi Awal (UKA), hanya guru yang lulus UKA yang dapat mengikuti PLPG, muncul pertanyaan mengapa?. Secara sederhana jawaban yang diberikan adalah memang kompetensi guru yang masih rendah. Sementara jika kita melihat dari sudut pandang yang lain maka akan mendapatkan jawaban yang lain pula.

Seorang peserta yang mengikuti PLPG  mengatakan bahwa dalam pelaksanaan PLPG peserta dibebani dengan tugas-tugas berupa merancang kegiatan pembelajaran, menulis Penelitian Tindakan Kelas dan lain sebagainya. Peserta dibebani dengan berbagai tugas yang harus dikumpulkan keesokan harinya, peserta seperti berada dibawah tekanan psikis. Waktu pelaksanaan SUTN dan STUL diakhir masa pelaksanaan PLPG dimana peserta sudah merasa jenuh  sehingga mereka terkonsentrasi dalam mengerjakan soal.

Sementara peserta yang lain mengatakan ia lulus SUTN tetapi tidak lulus SUTL, ia bingung ketika ditanya kenapa, padahal soal yang ditanyakan pada SUTN lebih sulit dari pada SUTL. Saat ini ia sedang mengikuti pelatihan guru sains dan matematika yang diselenggarakan atas kerjasama Pemerintah Aceh dengan Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, yang telah berlangsung sejak 27 Agustus yang lalu dan berakhir pada 15 September yang akan datang. (3 minggu di Banda Aceh dan seminggu di Malaysia). Ia mengatakan terpaksa tidak bisa ikut ke Malaysia karena akan ikut ujian susulan pada hari minggu mendatang, padahal pada hari Minggu itu pula rombongan guru matematika dan fisika dari sekolah unggulan dari 23 kabupaten/kota akan berangkat ke Malaysia.

Kecewa jelas terpancar dari raut wajah sang guru yang tidak lulus, padahal mereka berangkat dari rumah dengan susah payah ada yang terpaksa meminjam uang untuk biaya transportasi dan biaya hidup di Banda Aceh selama sepuluh hari, sementara sang dosen seperti seorang penguasa, memberikan ancaman, rasa tidak bersahabat serta tekanan-tekanan, sementara mereka juga seorang guru hanya saja beda sebutan.

Pelaksanaan PLPG yang telah dilaksanakan selama sepuluh hari perlu dipertanyakan, hal ini dikemukakan karena hasil yang didapati hanya 23 persen yang lulus. Beberapa sebab telah diungkapkan narasumber di atas, faktor lain diantaranya adalah jadwal yang terlalu padat, kisi-kisi soal STUN dan STUL tidak diberikan, materi yang diberikan fasilitator tidak sesuai, kelelahan peserta PLPG berimplikasi pada rendahnya pemahaman peserta, peserta hanya mengajar pada satu tingkatan kelas pararel sehingga materi pada tingkatan lainnya sudah lupa, serta ada juga peserta yang sudah menjadi kepala sekolah yang sama sekali tidak pernah aktif mengajar melainkan disibukkan dengan tugas manajerial, dan lain-lain.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PLPG gagal, PLPG tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi guru,  PLPG hanya menghambur-hamburkan uang negara. Idealnya seseorang mengikuti pendidikan dan pelatihan mendapat tambahan ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya di lapangan, setelah mengikuti PLPG seorang guru dapat menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan. Sebuah pelatihan dikatakan berhasil jika pelatihan tersebut mampu memberikan apa yang diharapkan dalam tujuan pelaksanaan pelatihan tersebut. PLPG yang baru dilaksanakan hanya mampu meluluskan 23% pesertanya, oleh karena itu pelaksanaan PLPG masih terdapat banyak kelemahan.

Diumumkannya hasil PLPG membuat guru-guru yang tidak lulus merasa galau, berbagai perasaan berkecamuk dalam hati, rasa malu, minder, stres, takut, dan sebagainya. Solusi yang saya tawarkan dalam hal ini adalah sebagai berikut: tetapkan sebuah standar untuk seorang guru berdasarkan mata pelajaran yang diajarkannya, sehingga jika seorang guru mengetahui standar tersebut ia dapat mempersiapkan diri untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan.(saidampd[at]ymail.com)

*Guru SMA Negeri 1 Takengon Aceh Tengah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.