Dari Bujang menuju Gelar Doktor, Inilah Kisah Inspiratif Alfiandi Zikra

Doc. Dr, Alfiandi Zikra. SH,MH. Pribadi.

Setiap anak memiliki jalan hidupnya sendiri, tapi tak semua mampu menjalani perjalanan dengan tekad dan keteguhan seperti Alfiandi Zikra.

Terlahir di Desa Bujang, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah Aceh, pada tanggal 29 September 1993. Alfiandi Zikra adalah anak semata wayang dari pasangan Alm. Ansar.J dan Sumarni, S.Pd. di tengah kehidupan desa yang penuh kesederhanaan, semenjak umur kurang lebih 3 tahun, bapaknya meninggal dunia, kemudian pada saat duduk di bangku kelas tiga SD, mamaknya menikah dan memiliki dua adik perempuan, kisah Alfiandi Zikra adalah contoh nyata bagaimana ketekunan, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa mengubah nasib seseorang, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi generasi yang cinta akan ilmu.

Sejak kecil, Alfiandi Zikra telah dibesarkan dengan nilai-nilai agama yang kokoh, berkat didikan langsung dari neneknya, Almh. Fatimah, dan juga didikan dari mamak yang sangat menekankan pentingnya ilmu. Beliau percaya bahwa menuntut ilmu agama adalah kewajiban (fardu ain), sementara ilmu dunia adalah kewajiban (Fardu kifayah). Keyakinan ini menjadi pilar awal perjalanan panjang Alfiandi dalam dunia pendidikan.

Pendidikan di TPA, baik di desa maupun di sekolah dan di rumah menjadi landasan kokoh bagi Alfiandi dalam memahami nilai-nilai agama, etika, dan tanggung jawab sosial.

Pelajaran penting yang bisa diambil dari sini adalah bahwa pendidikan, terutama pendidikan agama, harus dimulai dari rumah. Seorang anak yang dibekali nilai-nilai agama sejak dini akan tumbuh dengan kesadaran yang lebih kuat akan tanggung jawab, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat. Alfiandi tidak hanya meniru jejak-jejak keluarga yang juga bersekolah, tetapi ia melangkah lebih jauh untuk mengembangkan potensi dirinya hingga ke tingkat pendidikan tinggi.

Meski tumbuh berkembang di lingkungan yang sederhana, masa kecil Alfiandi penuh dengan aktivitas yang membentuk karakter kuatnya. Membantu orang tua di kebun, wajib tidur siang, setelah ashar mandi baru boleh beli jajan dan hobi mengumandangkan adzan adalah kegiatan sehari-harinya. Kesederhanaan hidup di desa yang jauh dari kemewahan justru menjadi bekal berharga yang membentuk disiplin dan etos kerjanya. Kerja keras sejak usia muda membuatnya terbiasa dengan tantangan dan mendorong untuk terus berjuang mencapai impian.

Alfiandi tidak hanya menjalani hidup dengan bermain dan bekerja, tetapi juga memiliki komitmen kuat terhadap pendidikan agama. Mengaji di meunasah kampung setiap malam adalah rutinitas yang tidak pernah ia lewatkan. Tradisi mengaji ini menjadi bagian penting dari pembentukan spiritualitasnya, yang kemudian menuntunnya dalam perjalanan panjang ke dunia pendidikan.

Banyak orang mungkin beranggapan hidup di desa sebagai sebuah keterbatasan, akan tetapi Alfiandi membuktikan bahwa keterbatasan hanyalah soal cara pandang. Baginya, hidup di desa adalah modal yang sangat berharga, kesederhanaan mengajarkannya ketekunan, dan lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal menjadikannya pribadi yang tangguh.

Pada tahun 2012, Alfiandi menamatkan pendidikannya di SMA Terpadu Bustanul Arifin Bener Meriah. Dari sini, dengan arahan pengasuh Dayah Terpadu Bustanul Arifin, ia memutuskan untuk melanjutkan studi di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur. Pilihan ini tidak biasa, namun menunjukkan bahwa ia memiliki keberanian untuk mengambil langkah yang jauh dari keluarga. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut pada 2017, ia sempat di berikan kepercayaan menjadi tenaga pengajar, ketua kamar, kepala daerah, bahkan menjadi staf administrasi pengasuh, dan juga menjadi bidang keamanan santri di pondok yang memiliki santri kurang lebih 20 ribu santri putra maupun putri. Kemudian pada tanggal 24 Januari tahun 2019 ia sowan ke pengasuh dan resmi menjadi alumni, ia memulai karirnya sebagai guru di Dayah Terpadu Bustanul Arifin pada tahun yang sama.

Sebagai seorang pengajar, perjalanan Alfiandi Zikra tidak berhenti di situ. Pada tahun 2021 ia diberikan amanah menjadi ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Bustanul Arifin Bener Meriah pada usia 28 tahun. Melalui dedikasinya semenjak 2013 kampus ada, baru pada tahun 2021 ada penerima beasiswa dari pemerintah berjumlah 7 orang. Dan itu menjadi sejarah awal beasiswa di kampus yang di pimpinnya. Tidak puas hanya dengan gelar S2, Alfiandi kembali mendaftarkan dirinya ke UINSU Medan pada Tahun 2022 untuk mengejar gelar Doktor. Akhirnya pada bulan agustus daftar ulang dan perkuliahan di mulai pada bulan september. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seorang anak desa yang memulai karirnya dengan hidup sederhana.

Alfiandi adalah contoh nyata bahwa pendidikan bisa membuka pintu gerbang perubahan. Dari kehidupan desa yang penuh keterbatasan, ia kini menjadi seorang Dosen yang berpengaruh. Dengan tekad dan perjuangan. Alfiandi telah menjembatani jarak antara dunia kebun tempatnya tumbuh dengan dunia akademik yang kini digelutinya.

Meskipun pencapaiannya sudah sangat luar biasa, Alfiandi tidak berhenti belajar. Hingga saat ini ia masih berjuang pada program Doktor Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dan mendapatkan IPK dengan (pujian) cumlaude.

Sikap tidak pernah merasa puas terhadap ilmu inilah yang seharusnya kita contoh. Dalam hidup, menjadi seorang pembelajar sejati berarti terus mencari ilmu dan tidak berhenti pada satu pencapaian saja.

Bagi Alfiandi, pendidikan adalah ladang amal. Apa yang ia lakukan hari ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk keluarganya,masyarakat,suku,daerah,dan generasi mendatang. Ia tahu bahwa sebagai seorang pendidik, tanggung jawabnya tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga menjadi teladan yang baik bagi mahasiswanya.

Perjalanan Alfiandi Zikra adalah inspirasi bagi kita semua, terutama bagi generasi muda yang sering kali merasa terbatas oleh keadaan. Alfiandi telah membuktikan bahwa asal-usul bukanlah penghalang untuk sukses. Dari kebun dan Dayah, ia menjemput ilmu hingga ke pulau seberang. Kisah hidupnya mengajarkan kita bahwa dengan kerja keras,ketekunan, dan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT. Kita bisa mencapai apapun yang kita impikan.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm:39)
Apa yang telah di usahakan Alfiandi adalah bukti nyata bahwa usaha kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Apapun tantangan yang kita hadapi, ingatlah bahwa Allah selalu bersama hamba-nya yang berjuang dengan kesungguhan.

Jadilah seperti Alfiandi Zikra, yang tak pernah berhenti berusaha dan belajar. Meskipun berasal dari tempat yang sederhana. Perjuangan menuju sukses adalah milik mereka yang berani bermimpi besar dan bekerja keras untuk mewujudkannya. (Mhd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.