Takengon | Lintas Gayo – Penguji Kualitas Kopi (Q-Grader) asal Gayo Armiadi mengkuatirkan generasi petani kopi di Gayo akan punah, karena petani kopi di Gayo tidak membolehkan anaknya jadi petani, karena dianggap pekerjaan petani sebagai pekerjaan buangan
“Dikatakan bekerja kalau sebagai pegawai negeri sipil atau pekerjaan yang digaji,” kata Armiadi pada acara “Konser Konsep Membangun Gayo” yang di gelar media Online Lintas Gayo di Warung presiasi (Wapres) Kota Takengon, Sabtu malam lalu, 12 Januari 2013.
Pengurus Koperasi Baburayan ini menyebutkan, hasil penelitian yang mereka lakukan menggambarkan kalau pendapatan petani kopi di Gayo berkisar Rp.60 juta – Rp 150 juta pertahun,namun pengangguran masih tinggi. Tetapi untuk minat mempelajari tentang kopi juga tidak mau.
“Beberapa waktu lalu Koperasi Baburayan membuka lowongan perkerjaan, tapi sampai sekarang tidak ada yang melamar hanya gara-gara bahasa Inggris,” katanya.
Padahal, mendalami soal kopi sangat penting bagi orang Gayo, karena kopi Gayo merupakan kopi yang punya segala citarasa kopi dunia, ini memberi prospek cerah. “Orang Gayo harus menghilangkan anggapan bekerja bekerja sebagai petani hanya sebagai pembuangan,” ujar Armiadi. (LG009)