Oleh: Mahyuddin*
MELIHAT gelagat dan riak riuh persiapan pemilu legislatif 2014 semakin hari semakin kentara terasa dan terlihat, mulai dari penyebaran kalender bakal calon hingga pemasangan spanduk partai politik yang mengusung slogan-slogan menjanjikan.
Sebagai salah satu orang yang awam mengenai perpolitik saya melihat bahwa fenomena yang berkembang tentang perpolitikan negeri ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak ada perubahan, baik pola dan prilaku partai politik dalam meraih simpati masyarakat. Hal ini kami dapatkan melalui pembicaraan-pembicaraan yang berkembang diberbagai tempat yang saya dengar. Artinya, bahwa kemungkinan besar para wakil rakyat yang terpilih di 2014 hasilnya sama dengan wakil rakyat yang terpilih diperiode sebelumnya, ini merupakan pendapat saya selaku orang yang awam perpolitikan sekaligus sebagai urang kampung.
Mari kita lihat pola kalender yang disebarkan oleh para bakal calon dalam meraih simpati masyarakat, terlihat jelas bahwa foto-foto yang dipampang di dalam kalender kebanyakan tidak ada hubunganya dengan tugas seorang anggota dewan walaupun ada kaitannya, hanya sedikit sekali.
Sebagai orang yang awam politik, saya ingin mengatakan bahwa ini masih kajian tingkat foto sudah seperti itu belum lagi kajian lain-lain yang sifatnya berhubungan langsung dengan proses pemilu serta produk yang dihasilkan.
Lalu apa pesan pentingnya dari masalah ini, bahwa kemungkinan tingkat rasionalitas dan kesehatan berpolitik itu di negeri ini masih jauh dari harapan atau dengan kata lain pemilu cerdas itu belum ada di negeri ini.
Selanjutnya saya pernah bertemu dengan beberapa bakal calon yang tidak etis saya sebutkan dari partai mana, dalam pertemuan itu kami melihat ada beberapa catatan penting yang cukup membuat saya terperangah serta penuh keheranan, ketika kami meminta kepada si calon untuk menjelaskan secara rasional, apa motivasinya dan apa yang bakal dia lakukan ketika terpilih nantinya, dengan lantang dan gampangnya si calon menjawab namun sangat disayangkan jawabanya jauh dari harapan ketika dikaitkan dengan tugas seorang anggota parlemen.
Kemudian, melihat isu-isu yang berkembang di masyarakat yang menanggapi tentang pemilu ini juga masih sama dengan pola-pola yang mereka pakai sebelumnya, dimana mayoritas dari masyarakat pemilih masih bersifat apatis dan tanpa analisis dalam memberikan hak suaranya kepada orang yang mereka pilih, misalnya berdasarkan kedekatan keluarga, sanak famili, kenalan dan lain-lain walaupun mungkin orang yang mereka pilih itu tidak memiliki kapasitas untuk menjadi seorang anggota parlemen, selanjutnya tipe pemilih yang memilih karena diberikan imbalan dalam bentuk materi atau sejenisnya yang di dasari oleh faktor ekonomi dan pengalaman negatif terhadap orang yang mereka pilih sebelumnya karena ingkar janji, tertipu dan lain–lain (Gayo: jejeren).
Kemudian pemilih cerdas, ini yang sangat–sangat sedikit sekali jumlahnya dimana mereka memilih penuh dengan analisa dan pertimbangan. Sebagai catatan akhir kami selaku orang kampung, bahwa kemungkinan para wakil rakyat yang terpilih di 2014 nanti tidak jauh beda dengan hari ini. Bagaimana kondisi anggota parlemen kita hari ini silahkan anda tanggapi sendiri dan kami yakin anda pasti bisa memberikan penilaian tersendiri.
Lalu apakah kondisi ini salah jawabanya juga tidak, tetapi yang harus kita lakukan secara bersama-sama, memberikan pencerdasan politik kepada masyarakat baik perorangan, kelompok atau massa dalam berbagai bentuk dengan menitikberatkan kepada bagaimana memilih pemimpin yang baik, memang ini sesuatu yang sulit dan membutuhkan waktu yang panjang namun bila kita menginginkan sebuah parlemen yang berkualitas maka mau tidak mau suka tidak suka pencerdasan politik itu harus tetap dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok bahkan kepada si calon-calon juga penting untuk disampaikan agar calon itu bisa berkaca dengan baik apakah dirinya layak untuk menjadi seorang anggota parlemen.(mhdtkn[at]gmail.com)
*Mahasiswa tinggal di Takengon