Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[i]

Jamhuri-Ungel

Dua bentuk pemikiran akidah Islam dalam menyikapi hidup,  termasuk didalamnya sebagai upaya menatap masa depan. Satu bentuk meyakini bahwa kehidupan manusia telah ditentukan oleh Tuhan baik yang telah berlalu, sedang berjalan  dan yang akan datang. Bentuk Kedua meyakini bahwa manusia mempunyai kewenangan dalam mengupayakan kehidupan secara individu atau secara bersama-sama baik pada masa lalu yang telah diupayakan, masa sekarang yang sedang diupayakan dan untuk masa depat yang belum terjadi.

Mereka yang berpikir sebagaimana kelompok pertama menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan dan selalu berkeyakinan bahwa apa yang ia dapat dan terjadi pada dirinya sudah merupakan takdir atau ketentuan Tuhan yang Maha Kuasa. Untuk mereka yang berpikir sebagaimana kelompok kedua meyakini bahwa Tuhan berkehendak terhadap diri manusia, namun kehendak Tuhan tersebut berkisar pada takdir bahwa kehidupan manusia berakhir dengan kematian, kebaikan berakhir dengan kebahagiaan dan kejahatan berakhir dengan kesengsaraan.

Kebanyakan mereka yang hidup di Indonesia pada umumnya menganut teologi sebagaimana kelompok pertama yaitu seluruh seluk beluk kehidupan telah ditentukan oleh Tuhan, sehingga kegagalan-kegagalan yang didapat diyakini telah ditetapkan oleh Tuhan dan manusia tidak punya upaya untuk merubahnya. Sedangkan teologi kelompok kedua berpahaman bahwa kehidupan ini merupakan ketentuan Tuhan, karena Tuhan yang berkuasa untuk menciptakan manusia, Tuhan juga yang mempunyai kuasa untuk menjadikan segala yang belum ada sehingga menjadi ada. Namun manusia harus selalu berupaya mencari apa yang telah diciptakan oleh Tuhan, kalau tidak ada upaya untuk mencarinya maka apa yang telah diciptakan dan itu sebenarnya untuk kebutuhan manusia, maka manusia tidak akan mendapatkannya, ketidak dapatan setelah berupaya bukanlah merupakan takdir Tuhan. Namun untuk hal ini harus ada upaya lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena sangat boleh jadi keterbatasan kemampuan untuk mencari apa yang telah diciptakan Tuhan merupakan ketentuan Tuhan bahwa manusia itu mempunyai keterbatasan.

Untuk merealisasika teologi kedua tersebut di atas kedalam kehidupan manusia, bisa dijelaskan dengan : Adanya program masing-masing individu untuk menjadikan masa depan sebagai pilihan, manusia harus mempunyai kemampuan untuk menggambarkan masa depannya dan menentukan akan jadi apa ia nanti satu saat, hal ini tentu dimulai dari “apa tujuan Tuhan menciptakan manusia”. Tujuannya tidak lain adalah untuk menyembah atau beribadah kepada-Nya, untuk seluruh apa yang dimiliki merupakan  sarana untuk beribadah. Jadi kehidupan masa depan adalah untuk memenuhi sarana untuk beribadah.

Tuhan telah menentukan bahwa sarana beribadah kepada-Nya dalam wujud apapun dibolehken sepanjang tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan. Apakah seseorang menjadikan sarana bertani, berdagang, pegawai,militer, pengusaha atau apa saja yang dipilih tetap dibenarkan oleh Tuhan. Sebagian orang berpendapat bahwa sarana bertani merupakan sarana yang paling dekat dengan Tuhan, sebagian lagi mengatakan berdagang karena keduanya pernah dipraktekkan oleh Rasul. Dan ada juga yang berpendapat bahwa usaha lain juga sama dengan bertani dan berdagang karena Tuhan menjadikan profesi kehidupan manusia itu beragam dan karenanya semua adalah sama dan merupakan sarana yang utama  dan tidak ada beda.

Pada dasarnya semua manusia mempunyai hak yang sama dalam memilih dan menentukan masa depan mereka, namun pada kenyataannya tidak semua manusia mampu mengetahui masa depan. Karena itu Tuhan mengingatkan manusia bahwa mereka yang mempunyai ilmu selalu mendapat derajat yang lebih baik dibanding dengan mereka yang tidak mempunyai ilmu. Mereka yang mempunyai ilmu yang dapat  mengetahui potensi apa yang dapat dikembangkan untuk masa depannya, pemimpin yang mempunyai ilmu yang dapat menentukan arah kemajuan daerah yang ia pimpin, orang tua yang mempunyai ilmu yang dapat menentukan pilihan kehidupan anaknya di masa mendatang, Guru yang mempunyai ilmu yang luas yang bisa memberi tahu kepada anak didiknya akan jurusan, fakultas dan perguruan tinggai mana yang harus masuki untuk menjawab tantangan kehidupan di masa depan.

Pilihan yang didasarkan pada kecerdasan akan lebih cepat membawa perubahan yang mengarah kepada kemajuan, demikain juga sebaliknya pilihan yang salah akan membawa kepada kegagalan dan akan terlambat sampai kepada tujuan bahkan tidak sampai kepada tujuan.

Kalau kita kembalikan kepada pemaknaan perintah yang ada dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi, maka kita bisa memahami bahwa makna perintah yang ada dalam al-Qur’an adalah plihan untuk melakukan perbuatan dan tidak melakukan peruatan, demikian juga dengan perintah yang ada dalam hadis Nabi. Mereka yang melaksanakan perintah adalah orang yang memilih kebenaran dan mereka yang tidak melaksanakan perintah adalah mereka memilih kesalahan. Dan semua perintah dalam pemaknaan bahasa berarti berorientasi ke depan, karenanya kemampuan untuk memahami perintah, tujuan dari perinyah itu sangat dibutuhkan.



[i] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.